20» Benang kusut

233 14 0
                                    

"nyerah aja beg*o!" Teriakan seseorang membuat pengunjung kafe tak terkecuali Rayna menoleh ke sumber suara. Di bangku dekat pintu masuk ada dua pria yang tengah beradu mulut dengan perhatian mereka yang fokus pada ponsel masing-masing.

"Ya nggak bisa gitu!"

"Bentar lagi lo mati!" "Yah... Yah.. tuh kan! Ngeyel si lo."

Rayna menggeleng, emang dasar laki-laki nggak dimana aja pasti bikin masalah. Ia memilih untuk bangkit dari duduknya dan berlalu pergi dari kedai kopi itu karena merasa terganggu dengan keributan yang dibuat dua pria tadi. Rayna berjalan tanpa arah, hanya mengikuti kemana langkah kakinya membawanya pergi sampai kemudian ia berhenti didepan taman yang ada dipinggir jalan. Ia memilih untuk duduk dibangku panjang yang ada disana. Memikirkan hal-hal yang terjadi hari ini dan segala skenario yang timbul dikepalanya, ia jadi ingin lari dari situasi sekarang.

Alasannya yang suka menolak perjodohan dari ayahnya juga kembali muncul menghantuinya. Bukan karena hal sepele Rayna membangkang perintah ayahnya untuk dijodohkan, tapi memang setakut itulah ia pada pernikahan. Meski disekitarnya tidak ada kasus perceraian atau masalah rumah tangga yang cukup parah, ketakutan Rayna sering kali menghantuinya dan membuatnya membenci betulan benci pada yang namanya pernikahan. Ia takut suaminya akan bosan padanya, selingkuh, perceraian, dan untuk mencegah hal itu adalah hal yang terbingung untuknya. Singkatnya begini, jika sang pria selingkuh itu berarti pria itu bosan atau tidak suka lagi padanya kan? Lalu kalau memang tidak suka lagi, Rayna harus apa? Memaksa agar suaminya tetap mencintainya, begitu? But, bukankah cinta itu adalah rasa yang mana unsur keterpaksaan itu tidak bisa ikut andil didalamnya. Dan lagi jika minta cerai, apa Rayna bisa menolak? Pasti dibalik permintaan itu ada alasan yang membuat pria minta cerai kan? Jika sudah sampai tahap itu, itu berarti ada masalah yang tidak ada jalan keluarnya selain satu hal itu. Bukan begitu?

"Heh!"

Rayna yang sedang melamun tersentak kaget saat seseorang menegurnya.

"Dipanggil dari tadi malah ngelamun." Ucap Bila yang kini duduk disebelahnya. "Gue nyariin lo di kafe nggak taunya malah disini. Mana nggak ngasih tau lagi. Untung gue inisiatif nyari lo kemari coba kalau gue milih pulang. Mau, lo nunggu disini sendirian kayak orang ilang?" Bila berhenti mengoceh saat menyadari kalau Rayna malah kembali melamun.

Ah, bestie satu ini lagi galau-in apa lagi sih?

Bila duduk di sebelah Rayna, dia menepuk pundaknya dengan keras. "Awas kesambet!" Sentaknya yang kembali mengagetkan Rayna.

"Apa sih?!" Sungut Rayna lalu berdiri. "Ke apartemen lo yuk." Ajaknya menarik lengan Bila dan menyeretnya membuat dia tertatih mengikuti Rayna.

Keduanya berakhir di apartemen Bila, Rayna tengah sibuk membongkar belanjaan yang sebelumnya mereka beli di minimarket. Sebagian besar yang Rayna beli adalah minuman keras, bila sampai dibuat kaget. Sejak kapan anak semata wayangnya keluarga Sutena minum miras dari minimarket? Paling bawah standar minuman keras yang Rayna biasa minum adalah wine buatan Italia.

Sebenarnya ada apa dengan anak ini, Bila menggeleng meletakkan semangkuk kulit krispi miliknya.

Rayna mendongak lalu tersenyum bodoh. "Pengertian banget sih, ayang bila." Ucapnya masih berusaha membuka tutup botol minuman keras yang sedari tadi tidak mau terbuka juga.

"Sini gue aja!" Gereget bila merebut botol hijau itu kemudian berlalu pergi ke pantry untuk mengambil alatnya.

Tak!

"Buka botolnya aja nggak bisa sok-sok an mau minum beginian." Bila mendorong botolnya kehadapan Rayna. "Tenggorokan lo sakit, gue nggak tanggung jawab ya!"

Rayna mengibaskan tangannya. "Nggak akan!" Ucapnya abai menggenggam botolnya.

Bila menggeleng. "Yaaa badan lo kan unik, kalau nggak berkelas bisa alergi. Dulu aja lo pernah radang tenggorokan gara-gara makan boba abal-abal punya mang Nurdin. Apa lagi iniㅡ" bila melotot melihat Rayna tengah menenggak botol minumannya.

Troublesome fianceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang