Bab 15

200 71 22
                                    


Terakhir update tuh gue kapan ya? Udh lama banget ga siekkkk

yaudahlah ya.

happy reading!

Revisi✓

⋆.ೃ࿔*:・

Didalam mobil, Katrina melipat kedua tangannya diatas dada sambil terus mengawasi sosok Kyle yang sedang ikut mengantri membeli es krim diantara barisan anak-anak kecil.

Hal itu sontak saja mengingatkannya pada Liam. Ketika malam itu, kali pertama Liam menyicipi manisnya eskrim vanila sebelum ia menghilang bak lenyap ditelan bumi.

Ada sesuatu yang tidak ia ketahui. Banyak sekali. Liam selalu menarik kembali kartu yang harusnya ia buka untuk Katrina. Liam selalu beralasan, menghindar dan bahkan berbohong ketika Katrina mencoba mengetahui kehidupannya lebih dalam.

Katrina sadar dengan jarak yang membentang mereka. Ia tahu tak akan mungkin Liam akan terus bersamanya ditengah dinding tak kasat mata yang mereka punya.

Lagipula, bertemu dengan Liam adalah sebuah masalah ─setidaknya itulah yang ia pikirkan ketika malam dimana Liam meninggalkannya secara tiba-tiba.

Perasaan antusias yang muncul tidak sama ketika ia menghabiskan waktu dengan Kyle. Rasanya, bersama dengan Liam adalah kebahagiaan tersendiri yang tak bisa ia mengerti.

Sedangkan dengan Liam, hal itu mungkin semacam pelarian?

Yah, Katrina sedang berada pada masa-masa kehilangan, dan ia membutuhkan pengganti untuk mengisi ruang kosong itu.

Kyle. Mungkin Kyle adalah sosok 'pengganti' yang disebut itu.

******

Putri tidur saja membutuhkan cinta sejati seorang pangeran untuk membuatnya terbangun dengan ciuman pertamanya.

Lantas, bagaimana dengan seorang pangeran laut yang kini sedang tertidur di ranjang bawah laut kerajaanya dengan kedua tangan dan kaki yang di ikat dengan sedemikian rupa.

Jangan lupakan dengan aura magis sihir penjaga yang menjaganya di kamar itu dengan kuat.

"Apakah ia sudah sadar?"

Seorang lain yang sedang menjaga di luar kamar sambil memegang tombak emas di salah satu tangannya menggeleng lirih. "Belum, ratu,"

Perempuan berekor ikan dengan warna emas yang begitu mengkilat itu menatap penjaga kamar anaknya dengan khawatir.

"Sudah kau pastikan?"

"Sudah, ratu. Tidak ada perubahan sejak pangeran dibawa ke kerajaan,"

"Kalau begitu coba kau panggil moonsea untuk berkunjung ke kerajaan ini. Ada hal yang harus ku bicarakan tentang pangeran dengannya,"

******

"Katrina, bangun. Kita sudah sampai,"

Sayup-sayup terdengar suara berat itu ketika si empu masih nyaman tertidur di posisi duduknya. Tepukan lembut di pipi membuatnya mengerang kesal.

"Huh?"

"Huh, kau bilang?"

"Aku mengantuk, Kyle,"

"Kau pikir aku tidak?"

Seharian ini Kyle menyetir, mengajak Katrina berkeliling kota sampai larut malam. Padahal niat awal mereka hanyalah untuk berbelanja bulanan, tidak lebih dari itu.

Namun antusias Katrina yang tak pernah Kyle dapatkan membuat lelaki itu menjadi bersemangat mengajaknya jalan-jalan.

Katrina masih tampak enggan bangun dari kursi mobil, sehingga mau tak mau Kyle mengangkat dan membopongnya masuk kedalam rumah, lalu menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang tamu secara perlahan.

Kyle kembali keluar rumah untuk mengambil kantong yang berisi belanjaan mereka. Lalu masuk kedalam rumah dan memasukkan belanjaan itu kedalam kulkas dan membersihkan yang sekitaranya berantakan di dapur.

─yang Kyle dapatkan adalah semua alat dapur masih tertata rapih di tempat semula. Tampaknya Katrina tidak menggunakan tempat itu, sepertinya gadis itu sadar ia akan menghancurkan dapur jika ia memasak.

Lalu Kyle melangkah ke ruang tamu. Duduk di lantai bawah sambil menatap Katrina yang tertidur pulas di sofa. Ia memindahkan helaian rambut panjang terurainya yang menutupi beberapa bagian wajah Katrina.

Setelah itu ia tersenyum puas. Lelaki itu mengamati baik-baik wajah Katrina yang sedang tertidur tampa dosa.

"Bagaimana bisa gadis menyebalkan ini berubah menjadi menggemaskan ketika sedang tertidur?" lirih Kyle. Hampir seperti sayup-sayup udara yang hanya sekedar melintas.

Namun hal yang tak di duga terjadi. Katrina tiba-tiba saja membuka matanya, pandangan mereka sontak saja beradu.

Kyle sibuk menetralkan rasa terkejutnya ketika gadis itu tersenyum lalu terkekeh dengan tingkahnya sendiri.

"Kau bilang apa tadi, Kyle?" ucap Katrina dengan suara khas orang yang habis bangun tidur.

"Tidak. Aku tidak mengucapkan apa-apa,"

"Bohong,"

Kyle berdecak, ia menjitak dahi Katrina gemas. "Kau menyebalkan,"

"Aku tahu,"

"Dan kau gadis yang sangat, sangat, sangat menyebalkan,"

"Terimakasih,"

"Itu bukan pujian!"

"Lalu? Kau menghinaku, kah?"

Kyle hanya berdeham dan Katrina kembali terkekeh. "Tapi aku benar-benar ingin mengucapkan terimakasih, Kyle," katanya.

"Untuk?"

"Semuanya,"

"Kau kira semuanya cukup hanya dengan kata terima kasih?"

"Lalu?"

"Besok pagi ikut dengan ku,"

"Kemana?"

"Hm, kemana yang kau mau?"

Katrina terdiam. Pertanyaan Kyle barusan terdengar membingungkan. "Maksudmu?"

"Kemana saja yang kau mau,"

Satu tempat wisata tiba-tiba saja terlintas didalam pikirannya, terselip makna dan tujuan. "Pantai? Ku rasa akhir-akhir ini aku ingin kesana,"

"Yasudah kalau begitu, kita akan tinggal dua hari disana,"

"Benarkah?!"

"Ya, jadi pastikan barang-barang kau kemas sekarang. Aku mempunyai dua vila yang bersebrangan disana, peninggalan ayahku,"

Katrina tersenyum girang. Ia mengucap banyak terimakasih pada Kyle sambil menemani langkah kaki lelaki itu keluar dari rumahnya.

Tinggallah Katrina sendiri dirumah, berdiri diambang pintu sambil menatap Kyle yang tengah mengunci pintu pagar dari luar.

"Kyle, maaf," ucapnya yang membuat Kyle mendongak lalu menaikkan kedua alisnya seolah bertanya;

'untuk apa lagi?'

Seakan mengerti, Katrina kembali bersuara. "Maaf telah merepotkan mu,"

Dari kejauhan, Katrina melihat samar senyum Kyle sebelum lelaki itu berbalik dan beranjak dari tempatnya.

"Kau memang selalu merepotkan ku, Kat. Tetapi dengan begitu aku senang,"

⋆.ೃ࿔*:・

Prince Merman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang