[ BAB - 01 ]

161K 7.7K 493
                                    

Typo akan direvisi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Typo akan direvisi.

BAB 01 — THE WEDDING DAY




‘Selamat atas pernikahan pasangan Satyanto Adhisatyo S.H, M.H, dan Ariny Febriany, S.H.’

Tarikan napas panjang diembuskan seorang gadis yang membaca karangan bunga berisi ucapan selamat. Ia menunduk, untuk menutupi mimik yang terukir di wajahnya.

Tidak.

Ia tidak boleh menitihkan air mata di sini. Tetapi, rasa sesak yang menumpuk di relungnya begitu sulit untuk ditanggulani.

Ia menengadah, menatap ke mempelai pria yang tengah sibuk menebarkan senyum kepada para tamu.

Pria itu merupakan kekasih dirinya yang hilang kabar sejak satu minggu lalu. Hanya berselang seminggu dan ia menerima kabar bahwa Satya ternyata akan menikah.

Hebatnya lagi, acara pernikahan kekasihnya digelar tepat di hari perayaan dua tahun mereka.

Sungguh, hadiah anniversary yang istimewa.

“Jangan nangis, Okta. Jangan nangis,” gumamnya kepada diri sendiri.

Okta kembali mengatur deru napas. Wah, organ dalamnya seakan tercabik-cabik. Tak terbayangkan rasa sakit dikhianati. Seketika, seluruh perasaan campur aduk menggerayangi dirinya.

Enam kali berpacaran— tidak ada satupun kisah cintanya yang berakhir happy ending.

Padahal, membangun kembali kepercayaan yang sudah hancur lebur begitu sulit ia jalani.

Sekarang, pria mana yang harus ia percayai selain papa dan kakaknya?

“Saya enggak menyangka akan bertemu kamu,” ujar seseorang.

Okta menoleh ke sosok insan yang berdiri di sebelah dirinya. Ia mengerjapkan mata dua, lantas mengerutkan kening.

Baritone yang tidak asing.

Aroma parfum yang familiar.

Ia menengadah, lalu membelalakkan mata.

“Lo— lo ngapain ke sini? Lo mata-matain gue?!” seru Okta penuh selidik.

Pria tersebut mendengkus pelan. “Saya salah satu tamu V.I.P.”

“Oh, kirain,” sahut Okta. “Lo kenal pengantin cowok atau ceweknya?”

“Keduanya, bagaimana dengan kamu?”

“Gue kenal cowoknya, doang, sih. Kenal banget malahan,” jawab Okta.

“Kamu terlihat sangat mencintai Satya.”

Okta meneguk ludah, ia menoleh sembari melotot. Apakah ekspresinya memang terang-terangan begitu? Tetapi, mau bagaimana lagi, Okta tak bisa berbohong.

MY SWEETY HUBBYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang