[ BAB - 08 ]

63.1K 5.2K 1.2K
                                    

Minta tolong, ingatin kalau ada typo, thankyou🦋

Boleh komen dan votesnya?

BAB 08 THE SACRED DAY.



Begitu hendak menggapai cincin di tangan Hangga, si pria menghindari sentuhan fisik mereka dengan menanggalkan sendiri benda spesial tersebut, lalu meminta Okta menengadahkan telapak tangan. Ia menyerahkan cincin bermanik diamond itu kepada sang calon istri.

“Belum halal,” kata Hangga, yang sebenarnya cuma bercanda.

Kerutan halus tergambar di kening Okta. “Oalah, kita macam lagi Ta'aruf.”

“Enggak juga, Ta'aruf syaratnya bukan sekedar enggak boleh sentuhan tangan. Jangankan bertemu berdua begini, chat berdua, aja, enggak boleh.”

Kendati tak terlalu paham secara mendalam tata cara Ta'aruf yang baik— Okta sebenarnya masih paham sesuatu yang diterangkan Hangga barusan. Namun, ia enggan mengatakan, entah untuk alasan apa, Okta sedikit senang mendengarkan penjelasan sederhana Hangga yang terkesan tak menggurui.

“Coba pasang, cocok enggak?” tanya Hangga, ia melirik cincin pernikahan mereka berdua.

Okta mengikuti intruksi Hangga, ia memasukan cincin ke jari manis sebelah kiri.

Keduanya sama-sama terperangah ketika cincin itu melingkar sempurna di jari manis Okta. Ukurannya tidak kurang ataupun lebih.

“Jari saya menemukan pasangan yang sesuai, ya?” tutur Hangga.

“Hah?”

“Saya sebelumnya enggak percaya mitos. Tapi, kali ini saya pengen mempercayai satu. Konon katanya, kalau lingkar jari kelingking laki-laki satu ukuran dengan jari manis perempuan, mereka ditakdirkan berjodoh.”

“Terus— kenapa Mas Han, memutuskan untuk percaya ke mitos?”

“Enggak apa-apa, sesekali percaya ke mitos juga bukan pelanggaran etika, kok,” pungkas Hangga, diselingi tawa kecil.

“Ayo, keluar, nanti kamu request, aja, kebutuhan yang kamu mau. Saya sedain di kamar saya.”

Okta mengangguk-angguk kaku. Ia membasahi bibir bawah yang mengering. Laki-laki yang sikap serta pembawannya seperti Hangga seperti sebuah bom yang siap meledak.

Bagaimana jika sikap itu hanya dilakukan pada awal hubungan, saja? Setelah berhasil mencuri hati, maka mereka akan berubah drastis? Okta sudah khatam atas fenomena 'Habis manis, sepah dibuang'.

Perasaan melambung tinggi perlahan merosot, ia mendadak dikuasai perasaan paranoid.

Tolong— untuk sekarang, Okta benar-benar sudah menyerah menjatuhkan hati.

Saat berjalan menuruni anak tangga, Okta sengaja melepas cincin yang melingkar sempurna di jari. Ia menaruh benda tersebut ke dalam saku celana.

“Hayo— abis ngapain berduaan di kamar?” goda Nesa. “Kiss? French kiss?”

“Enggak, Mami.”

“Oh, Hangga main aman?”

“Sudah, ayo sini duduk,” ajak Raden, menengahi sebelum pembahasan Nesa melampui batas.

Raden duduk di sebelah Nesa, Hangga memilih sofa single, Okta lantas duduk ke sofa panjang seberang calon mertuanya.

“Kamu sudah diberitahu? Penikahan kamu nanti, dibagi dua sesi?”

MY SWEETY HUBBYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang