🪐 26 • Bertambah Satu 🪐

82 13 0
                                    

"Udah, lah, jangan ngalihin topik gitu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Udah, lah, jangan ngalihin topik gitu. Jadi, gimana, nih, Ian? Kapan lo jadian?" Bima menaik-turunkan alisnya, berniat meledek Ian habis-habisan.

Jangan keliru, jelas saja Bima, Sofi, dan Bobi sudah mengetahui bahwa pernyataan Ian tadi hanyalah upaya penyelamatan semata. Namun, tidak ada salahnya menggoda sahabat mereka yang satu itu, kan?

"Oh, iya, bener, tuh! PJ dulu, dong, Ian! Gimana, sih?" ucap Bobi. Tak perlu ditanya, kalau masalah kekompakan menjaili Ian, merekalah juaranya!

"PJ, PJ, PJ, maksud lo penjara? Sini, gue masukin lo ke penjara!" timpal Ian.

"Lagian, lo semua ngapain nyorakin gue dari sini? Bukannya bantuin." lanjutnya.

"Loh? Yang barusan itu bentuk support kita, Ian," ucap Bobi mewakili dengan wajah tanpa dosanya. Sementara, Bima dan Sofi hanya bisa menahan tawa.

"Tapi, jujur aja, lo gokil parah, sih ...,  kemaren-kemaren statusnya masih temen. Eh, sekarang tiba-tiba udah main resmi aja!"

Rasa ingin mencekik leher Bobi mulai muncul, Ian menggeleng pelan. Beralih memandang Tania yang sedari tadi membisu, lelaki itu berinisiatif membisikkan sesuatu. "Nggak usah didenger, Tan. Biasa, lah, tanda-tanda orang kesepian memang gitu, jadi harap maklum." Tak ayal, Tania dibuat tertawa kecil.

"Wah, nggak sopan!" Bobi spontan menunjuk Ian. "Tolong, ya, hargai jomblo di sini!" Jika Bima dan Sofi dibuat penasaran dengan ucapan Ian ke Tania, maka berbeda dengan Bobi yang merasa martabatnya dilecehkan. Coba, katakan, untuk apa mereka berdekatan seperti itu di hadapan seseorang yang sedang 'kosong' alias tak punya pasangan?"

"Lah, memang kenapa? Lo sirik?" tantang Ian.

Lelaki itu diam-diam menyeringai, berniat memberikan serangan balasan. Satu melawan tiga bukan lagi masalah, Ian yakin para sahabatnya itu tidak amnesia. Jadi, pada kesempatan kali ini, ia akan membuat ketiganya sadar bahwa berurusan dengan Drian Alaskar adalah sesuatu yang patut dipertimbangkan ulang. "Eh, Bob, gue kasih tau sama lo, ya. Menurut analisis kedokteran, sendi yang berada dalam tubuh manusia itu berjumlah 350," ucapnya memberitahu.

"Ya, terus? Apa hubungannya sama gue, Jamilah?!" Bobi tak habis pikir mengapa Ian memberikannya teori semacam itu. Masalahnya, ia tak berminat menjadi dokter. Persetan, jika di dalam tubuhnya ada 1000 sendi pun, Bobi tak peduli.

"Tapi ...," Ian sengaja menggantungkan kalimatnya, menatap Bobi serius, "di antara banyaknya sendi yang ada, sendi yang paling menyakitkan adalah ... SENDIrian."

Gelak tawa mulai terdengar, sontak saja Bobi melongo dengan tidak elitnya. Merasa dijebak, lelaki itu sudah bersiap untuk memaki. "BIADAB! Nyesel gue denger sampe akhir, beneran! Mau gelut apa gimana, nih?" Bobi sangat serius menyimak hingga tak sadar bahwa dirinya dijaili.

Beralih melirik Bima dan Sofi yang juga terkekeh, Bobi melanjutkan omelannya. "Asem bener! Lo berdua juga, ya, mentang-mentang udah pacaran, kayaknya demen banget ngetawain penderitaan gue! Ada masalah apa, sih, hah?"

Aku Sandaranmu ✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang