4. Kak Fan

1.5K 186 60
                                    

BROTHER

[ B. Sopan, B. Taufan, B. Solar ]

【 4. Kak Fan 】

Cheiro_Estelle present.

BoBoiBoy © Animonsta Studio

Happy reading!
______________________________________

Taufan Camdan pov.

Halo! Kali ini kalian akan ditemani oleh aku!

Kalian sudah mengenalku bukan? Sopan memberitahu kalian dengan baik. Hanya... Tinggal aku saja yang belum mengenal kalian.

Apa kita harus berkenalan dahulu?

Oke, itu urusan nanti. Saat ini aku sedang ada pekerjaan untuk melanjutkan cerita, hehe.

Pukul 2 siang, bel sekolah berdenting keras. Menyadarkan aku yang hampir saja menjatuhkan kepala di atas meja karena terlalu mengantuk. Mata pelajaran terakhirku adalah Sejarah wajib, dengan sosok guru yang suka berpresentasi dan bercerita panjang lebar mengenai materi kami saat ini. Dua jam cukup panjang untuk mendengarkan sebuah dongeng.

“Fan,” teman sebangkuku, Halilintar memanggil. Aku menoleh padanya.

“Ya?”

“Udah ngerjain LKS Sejind bab satunya belum?”

LKS Sejind bab satu? Oh, astaga!

“...kayaknya belum semua deh.” balasku tidak yakin sambil mengeluarkan kembali buku lembar kerja berwarna biru yang baru saja ku masukkan ke dalam tas. Lalu memeriksa halamannya satu persatu.

“Iya... Sisa penilaian harian yang bagian B-nya.” tambahku.

Halilintar tampak menghela napas panjang. Lalu menggeser bukunya padaku. “Cepat kerjakan, kita kumpul hari ini.” titahnya membuatku mengerang.

Malas lah!

“Lin, Fan, yuk pulang?” suara Gempa muncul di antara kami. Mata emas milik Gempa memandang padaku dan Halilintar secara bergantian sebelum akhirnya aku tersenyum kecil.

“Nanti Gem... Disuruh selesaiin dulu sama si Hali. Hadeh...” ucapku.

Gempa menaikkan sebelah alisnya. “Loh, belum ngumpulin?”

“Belum selesaaii!”

“Padahal jawabannya udah ku kirim di grup...” gumam Halilintar. “Kau saja yang malas buat.”

Aku tertawa kecil. “Benar Hali!”

“Sudah, cepat kerjakan. Kami tunggu.”

“Oke!”

Selama 3 menit pertama, aku asik mengerjakan—menyontek tugas Hali—sampai-sampai menelantarkan ponselku yang menampilkan sebuah panggilan dari Sopan. Sayangnya, ponselku dalam keadaan hening karena pembelajaran hari ini jadi aku tidak menyadarinya.

Tak lama, dari pintu kelas yang terbuka lebar, muncul sosok adik bungsu yang paling aku sayangi.

“Kak Fan!” suaranya membuatku mengalihkan perhatian dari buku. Dengan senyum lebar khasku, aku melambai tangan pada Sopan yang baru saja masuk dengan napas terburu.

Brother! [Sopan B.]Where stories live. Discover now