9. Di Malam Yang Gerimis

739 119 64
                                    

BROTHER

[ B. Sopan, B. Taufan, B. Solar ]

9. Di Malam Yang Gerimis

Cheiro_Estelle present.

BoBoiBoy © Animonsta Studio

Happy reading!
______________________________________

Malam ini sepertinya di langit yang gelap sana awan beludru sedang berkumpul dan membiarkan air mata mereka berjatuhan di sekitar daerah tempat tinggal Sopan. Ketiga saudara yang sedang duduk bersama di ruang tengah itu bisa mendengar suara genting rumah berbunyi seolah-olah ada banyak kerikil yang dilempar ke atas.

Disisi lain, sang saudara tertua mereka tengah berusaha mengeluarkan angin dari dalam tubuhnya dengan sendawa dan pijitan sang adik yang terduduk di belakangnya.

“Kamu beneran bawa jin kukepnya sampai ke rumah ya, Le?” Solar mendengus tidak percaya mendengar suara sendawa kakaknya yang tiada henti keluar sejak beberapa menit lalu.

Sopan yang sedang sibuk memijat bahu dan punggung kakaknya menoleh pada abangnya, lantas cemberut. “Bang, aku sampai bawa-bawa jimat bang Sol supaya gak diikutin tahu... Walaupun tetap dikejar dan yang kena Gentar, sih.”

“Ha! Itu kualat udah nyuri barang abangnya sendiri.”

“Yailah, bang,” Sopan terkekeh kemudian memajukan kepalanya ke depan demi dapat melihat wajah kakaknya. “Kak Fan masih ngerasa pegel gak?”

Hidung Sopan rasanya sedikit gatal. Aroma pedas yang datang dari kakaknya begitu menusuk, namun ia sendiri menikmatinya. Aroma minyak kayu putih dan koyo tidak begitu membuat dirinya terganggu.

Taufan yang kembali bersendawa kecil, lalu membalas pertanyaan adiknya, “Udah gak terlalu. Makasih, Le.”

Sopan mengangguk kemudian segera menjauh dari Taufan dan berlari menuju wastafel di dapur. Berniat mencuci tangannya yang penuh minyak kayu putih.

“Nih, tadi Sol buatin teh untuk Kakak.” Taufan tersenyum kecil melihat adik pertamanya membawanya segelas air berwarna cokelat ke atas meja kaca di depannya. Tangannya terulur untuk mencubit pipi gempil Solar.

“Makasih, Sol.”

Solar mengangguk. “Sama-sama, Kak. Sekarang udah mau masuk musim hujan, Kakak harus jaga kesehatan Kakak. Pakai baju yang tebal-tebal. Jangan minum yang dingin-dingin terlalu sering, Kakak 'kan tahu kakak tuh gampang banget pilek? Nanti kalo udah pilek pasti batuk-batuk, terus demam, terus—”

“Iya, iya, Solar...” Mendengar penuturan Solar yang terlihat sangat mengkhawatirkannya, Taufan bisa merasakan selubung hatinya menghangat. Tawanya menguar. “Paham, aku paham, kok.”

“Paham atau paham?”

“Pahaaammm, adikku yang ganteng!” Solar mengaduh tidak nyaman begitu merasakan usapan brutal di kepalanya yang berasal dari Taufan. Tak lama kemudian Taufan berhenti dan berkata, “Tapi kalau diajak Gempa sama Hali, beda cerita lagi.”

Manik perak milik yang lebih muda mendelik tajam. Baru teringat jika kakaknya yang satu itu mudah tergiur dengan ajakan teman-temannya. “Kak... Kalau gitu aku kabarin Bang Hali sama Kak Gem dululah.”

Tentu saja Solar tidak bisa membiarkannya. Untungnya ia tahu kalau teman-teman kakaknya itu juga punya sisi protektif pada kakaknya. Karena Taufan tipikal teman ceroboh nan keras kepala yang harus dilindungi, tidak heran kalau baik Gempa dan Halilintar terkadang sering memarahinya—yang terkadang tidak bisa dilakukan oleh adik-adiknya sendiri. Solar selalu bersyukur karena Taufan menemukan teman yang baik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Brother! [Sopan B.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang