3. What am I to You? (Axel, Garis Waktu)

283 32 124
                                    

Angin berembus dengan kencang di siang yang sedang terik-teriknya itu. Suasana di SMA Lab School CC lengang dan tenang. Semua siswa sedang belajar dengan hikmat di kelas masing-masing.

11.30 pagi

Kupu-kupu kuning beterbangan melewati pohon-pohon dan bunga di taman dan berakhir di lapangan basket tempat dua sosok anak muda tinggi itu berdiri.

Satu di antaranya bertelinga caplang bertubuh kurus dan yang satunya berbahu lebar. Dua duanya memiliki paras tipe semua siswi untuk dimiliki.

Seragam keduanya tak lagi rapi, semua keluar jalur seperti kehidupan mereka dua tahun ini di SMA itu.

Ben dan Axel anak badung dari kelas dua yang sudah melegenda. Ada saja ulahnya setiap hari yang kadang membuat beberapa guru naik pitam.

Mereka berdua tidak satu kelas, guru-guru mereka membuatnya begitu. Sebeb waktu kelas satu kedua anak muda tak punya urat malu itu bisa membentuk koloni aneh dan bahkan sanggup merekrut senior mereka.

Bennedict Sadewa Si Pembuat No Bag Day-Trend dan semua teman sekelasnya pun dibujuk untuk memakai kresek sehingga berbunyi sepanjang pelajaran berlangsung.

Axel Geronimo, tandemannya, bisa memimpin satu kelas pindah ke stadion dan menontonnya adu bola dengan STM sebelah.

Di lain waktu mereka juga menggali tanah lapangan dengan dalih ingin menemukan harta yang terpendam lantar Axel menemukan sebuah surat lama di antara buku-buku di perpus dan setelah digali ternyata itu adalah saluran jamban yang dipindah. Surat itu hanyalah corat-coret instruksi dari Sang Mandor bangunan beberapa tahun yang lalu.

Dan Bahu membahu mereka berdua pernah menebarkan issue pulang cepat hingga separuh lebih anak - anak kelas satu dan dua pulang beneran sewaktu istirahat pertama.

Waktu itu Axel dan Ben sempat kapok tidak berulah untuk waktu yang lama, karena Mama Hangki dan Bu Maghda sudah marah besar sampai ultimate menyerupai Te - Ka Iblis jahat di Film Moana.

Tapi janji untuk hanya belajar di sekolah dengan baik-baik saja rupanya bukan bakat mereka. Dua bulan setelahnya, bersama Paguyuban Semua Sayang Bihun mereka pun mengulanginya lagi dan lagi dan lagi dan lagi.

"Aku pusing Xel" Keluh Ben, padahal masih ada 15 menit waktu tersisa dari hukuman jemur mereka.

"Kau pikir aku enggak? Mana kulit jadi item lagi!" Keluh Axel tak mau kalah dengan wajah merah padam dan peluh menetes serupa sahabatnya.

"WOE JANGAN NGOBROL KALIAN ITU SEDANG DIHUKUM!SEBENTAR LAGI AYAH KALIAN DATANG!" Pak Bagio, guru BP berteriak dari balik pagar jarring lapangan basket, tak lama guru itu pun berbalik pergi, dan akan kembali lima menit kemudian.

Tiba-tiba Axel terkekeh pertama pelan, lama-lama sampai dia menahan sakit perut karena ini terlalu lucu.

"Kenapa sih? Ben bingung sekaligus prihatin, jangan-jangan karena terik matahari temannya jadi gila.

"Masak Pak Bagio bilang ayah bentar lagi datang? It's like aku nakal banget sampai papaku bangkit dari kubur!" Kemudian dia terkekeh dengan dark joke nya.

Ben memutar bola matanya dengan perasaan enggan,

"I wish!"

"Bokap udah meninggal juga Ben?" Tiba-tiba Axel menegakkan posisinya lagi karena Ben tidak menganggap guyonannya lucu.

"Maybe" Ujar Ben datar.

Axel jadi kikuk sendiri, sejak saat itu dia tak berani membicarakan mengenai ayahnya atau ayah Ben lagi.

Ever AfterWhere stories live. Discover now