10. Minggat (Ochi from Tiga Babak)

140 25 27
                                    

"Jangan sampai ada yang ketinggalan! Check lagi!" Omel mami membuatku mendengus

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.


"Jangan sampai ada yang ketinggalan! Check lagi!" Omel mami membuatku mendengus. Lebaran tahun ini tidak seheboh tahun lalu. Hanya keluargaku dan Grandhis yang merayakan lebaran bersama papi dan mami, sebab kedua kakak kembarku merayakan lebaran

di tempat mertua dan bahkan Mbak Astri berlebaran di Australia.

Tapi tak mengapa, tidak mengurangi rasa senang liburan lebaran. Aku mengirim Monic yang berlibur duluan, sehingga aku dan Kenar baru mengambil cuti H-1 sebelum lebaran. Tak terlalu masalah sih, kecuali waktu tempuh yang harusnya hanya 4 jam menjadi hampir 6 jam meski sudah lewat tol.

Akhir-akhir ini di luar lebaran kami juga sering pulang sewaktu weekend, demi siapa lagi kalau bukan karena Monic yang ketagihan berenang di rumah Om Grandhisnya yang sudah mirip waterboom ala ala itu, juga karena nenek-kakek yang selalu memanjakannya berlebih lebihan.

"Sudah Mi!"

"Ah mami nggak percaya sama kamu! Keeen Kenar, ni coba bongkar lagi kalau-kalau chergernya sama sepatunya Monic ketinggalan kayak waktu itu, mami jadi harus maketin kan!" Omelnya berganti ke arah Kenar yang mengangkat dua kardus oleh-oleh yang khusus dibawakan untuknya.

Aku mendengus pelan dan melipat tanganku dengan kesal sembari menatap kenuh harap ke arah Kenar.

"Sudah kok Mi, sudah Kenar check dua kali!" Ujarnya serius membuatku sedikit aneh.

Tapi mami yang puas dengan jawabannya mengangguk dan berlalu begitu saja.

Aku baru akan bertanya, kapan Kenar mengeceknya tapi dia sudah mengedipkan sebelah matanya dengan genit sampai aku tertawa dan membantunya memasukkan kardus-kardus itu ke bagasi yang sudah hampir penuh.

"Kamu bohongin mami?" Bisikku sambil cekikikan.

"White lie, memangnya kamu mau kalau kita bongkar semua ini lagi?"

"Kita? Kamu aja kali! Kan mami nyuruhnya kamu!"

"Oh gitu ya ... Maaammmpphhh..." Sebelum Kenar mengadu aku sudah duluan menutup mulutnya dengan telapak tanganku.

Kami masih bercanda ketika Monic ke halaman depan.

"Papa ... papa... " Ujar anak gadisku yang sudah kelas 5 SD itu.

"Kenapa?" Ujar Kenar yang kini tak perlu berjongkok lagi ketika Monic berbicara dengannya.

"Hapenya bunyi dari tadi, kayaknya Om Malik deh!" Ujarnya menyerahkan ponsel milik ayahnya.

Kenar memberikan tanda sebentar kemudian berbicara dengan Malik. Aku pun melanjutkan packing kami, sementara Monic masuk ke dalam rumah.

Seminggu yang lalu aku ketemu dangan Jia dan Malik juga anak-anaknya. Mereka berkunjung ke rumah Mami di hari pertama lebaran dan malamnya aku berkunjung ke rumah Ayah Jia. Semua tampak baik-baik saja waktu itu. Jia sempat mengirin pesan ke Grup Wasap kami yang berjudul Kembang Desa tapi isinya termasuk Kenar, Hagi, juga Malik yang membahas hal-hal random tidak jelas bersama Rene. Jia bilang dia dan Malik akan kembali ke Kota Y pada lebaran hari ke lima yang berarti sudah dua hari yang lalu. Namun setelah itu kami tak berkabar lagi.

Naabot mo na ang dulo ng mga na-publish na parte.

⏰ Huling update: Apr 17 ⏰

Idagdag ang kuwentong ito sa iyong Library para ma-notify tungkol sa mga bagong parte!

Ever AfterTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon