Prolog

5 4 0
                                    

Embun pagi membasahi bumi, memberikan kesegaran dan kesejukan duniawi. Rerumputan bergoyang, daun dan ranting pohon bergesekan terkena sepoi angin. 

Di negeri yang jauh, di benua yang tak sama dengan bumi, sepasang suami istri sedang menatap bola ajaib. Bola yang terbuat dari kristal yang dikombinasikan dengan air mata para duyung di lautan lepas. Bola yang memancarkan cahaya kuning keemasan. Bola yang menampilkan pemandangan seorang gadis yang tertidur lelap dalam sebuah gelembung yang berbentuk kapsul. 

Kapsul itu melayang di udara hampa  dengan kecepatan terlihat oleh mata. Melewati hujan meteor, gugusan bintang dan planet-planet yang berotasi  mengitari matahari. Terlindungi oleh perisai sihir yang tak terlihat untuk menyembunyikan keberadaannya. 

Sang wanita tak bisa membendung air matanya menatap pemandangan itu. Bak air hujan yang menetes dari langit air berwarna perak mengalir dari kelopak matanya. 

"Apakah ini keputusan yang tepat untuk mengirimnya pergi saat ini, King?" tanyanya sendu dengan terus menatap bola kristal ajaib. 

"Tidak ada pilihan, Queen. Kau sendiri tahu bagaimana sayangnya diriku pada Princess Meirya-"

"Jangan sebut dia Princess saat hanya ada kita berdua. Meirya, hanya Meirya." Queen memotong perkataan King. 

"Bukan tidak ada pilihan, hanya saja kau yang tidak mau berusaha. Kau ayahnya, dia adalah anak kita satu-satunya. Kau dengan yang gegabah memutuskan untuk mengirimnya pergi, entah ke negeri antah berantah mana lubang hitam itu akan membawanya." Queen berteriak  emosi. 

"Maafkan aku, Queen. Kau tahu kan aku melakukan ini semua demi kebaikan kita semua dan demi negeri ini."

"Kita semua? Apa kau yakin? Kau membuatku harus berpisah dari putriku satu-satunya. Sebagai raja kau sangat sukses dan berjaya dalam hal apapun, tetapi sebagai seorang ayah kau gagal melindungi putri kita, King," ucap Queen Syairamila dengan suara yang bergetar. 

King Dharenindra terdiam. Dia mengerti bagaimana perasaan istrinya saat ini. Tetapi dia sendiri pun tak mampu melawan takdir dari para dewa. Bulan purnama emas ke seratus tahun negeri Wind  yang dipimpin olehnya akan segera tiba. 

Sesuai dengan ramalan G-earth sebutan untuk panatua sekaligus penasehat  kerajaan Wind. Princess Meirya akan mengalami titik buruk dalam hidupnya. Maka dari itu, dia harus meninggalkan negeri Wind untuk keamanan dan keselamatan dirinya dan seluruh para penghuni kerajaan Wind. 

Setan telah bersumpah pada peperangan puluhan tahun silam. Dia akan datang untuk menjemput sangat permaisuri yang terlahir dari keturunan kerajaan. Untuk mengetahui siapa orang itu setan mengatakan bahwa dia akan memiliki tanda bintang hitam di belakang telinga. 

Meirya, dialah pemilik tanda itu. Bertahun-tahun lamanya King Dharenindra menyembunyikan tanda itu dengan sihirnya. Namun, semakin Meirya besar semakin jelas tanda itu. Berbagai cara telah Dharenindra lakukan untuk menutupinya. Sayangnya itu semuanya sia-sia. 

"Sudahlah, Queen, tidak ada gunanya berdebat sekarang. Yang harus kita lakukan adalah memperhatikan kemana arah dan dimana lubang hitam itu membawa Meirya," ucap Dharenindra dengan getir. 

Tidak ada satu ayah pun yang ingin melihat anak perempuannya mendapatkan masalah. Terlebih lagi bagi dirinya yang merupakan seorang Witch. Siapa di kerajaan Wind yang tidak mengetahui kalau para penyihir atau bangsa Elf  sangat sulit untuk mendapatkan keturunan? Kalaupun ada itu akan sangat lama, bahkan tak jarang butuh waktu seratus tahun untuk pasangan Witch mendapatkan keturunan. 

"Oh lihatlah. Kurasa sebentar lagi Princess Meirya akan mendarat." suara lembut seorang wanita terdengar. 

Dia adalah G-earth sangat panatua. Jubah putihnya berkibar tertiup angin. Sayapnya di punggungnya mengepak saat dia terbang mendekati bola kristal. Wajahnya cantik itu terlihat tanpa ekspresi apapun. Tidak ada yang tahu apa yang sedang dipikirkannya. 

Jangan tertipu oleh tampilan mudanya. Usia G-earth bahkan telah mencapai sepuluh ribu tahun. Dia begitu menyendiri, tinggal jauh di atas gunung di benua Wind. 

Sejatinya, meskipun kerajaan wind dipimpin oleh Dharenindra sebagai raja, hampir semua keputusan dibuat atas izin G-earth. Dalam hal ini juga termasuk perihal Meirya. 

The Last Purple WitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang