BAB 7

1.4K 48 1
                                    

Ketika aku mengetahui kenyataan pahit itu, aku berusaha untuk menyimpan rasa yang terlanjur dalam ini sendirian.

(Syahla Alfynatasha)

Mulai datengin konflik yukk 🤭
Happy reading ☺️

*

*

Suara lantunan ayat suci Al-Quran terdengar begitu merdu. Bukan hanya kali ini Syahla membaca Al-Qur'an selepas sholat Maghrib, tapi semenjak ia mencintai Arsyad rasanya ia ingin memantaskan diri untuk ustadz tampan itu.

"MasyaAllah, anak Abi udah semakin lancar saja bacaannya."

Syahla yang mendengar kalimat itu pun langsung menutup mushaf nya.

"Hehe, iya dong. Syahla kan lagi memantaskan diri buat someone."

Zainab yang mendengar percakapan putri dan suaminya dari ruang tengah akhirnya ikut bergabung bersama mereka.

"Iya, bi. Syahla bilang kalau dia suka sama seseorang. Tapi dia ngga mau nyebutin namanya sebelum dia melamar Syahla atas izin Allah."

Taufik menggeleng.

"Anak Abi udah besar."

"Iya, lah, Abi. Syahla udah 22 tahun."

Zainab dan Taufik terkekeh.

"Tapi kadang masih manja," goda Zainab

"Ihh, ummi!"

Mereka bertiga akhirnya tertawa.

***

"Eh, dengar-dengar ustadz Arsyad itu mau di jodohin sama cewek yang sumpah cantik banget. Tapi ustadz Arsyad lebih milih memperjuangkan cinta nya."

"Wiihh...keren tuhh. Padahal setahu aku kalau kalangan ustadz-ustadz gitu ngga berani nolak perjodohan."

Syahla yang sedang berjalan di koridor pondok tahfidz ini pun mendengar percakapan beberapa santri yang sedang menggosip ustadz muda tampan mereka.

Jantung Syahla kok jadi deg-degan an gini, ya? Ah, Syahla berharap wanita yang di perjuangkan Arsyad itu adalah dirinya. Karena dua bulan terakhir ini Arsyad begitu perhatian padanya. Kadang Arsyad membawakan makanan untuk Syahla ke butiknya. So sweet, kan?

Ketika Syahla sedang senyum-senyum sendiri, tiba-tiba tubuhnya menabrak seseorang.

"Aww, sakit ta-"

Nyesss... Hati Syahla langsung adem ketika melihat pria tampan di depannya.

"Maaf, Syahla, aku lagi buru-buru."

"Ngga papa, Ar. Aku seneng kok di tabrak sama kamu." Syahla bergumam layaknya tidak ada Arsyad di depannya.

"Maksudnya?"

Akhirnya Syahla tersadar dari lamunannya."Ngga papa, kok."

"Yaudah, aku pamit dulu, ya. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Syahla masih setia menatap kepergian Arsyad. Di dalam hati, Syahla tidak henti-hentinya mengucapkan puji syukur kepada Allah karena telah mempertemukan mereka dan membuat mereka sedekat ini sekarang.

"Aku harus ceritain ini ke Ameera, uhuy."

Layaknya anak kecil, Syahla berjalan sambil melompat-lompat. Hatinya begitu bahagia sekarang. Seperti ada ribuan bunga bermekaran di hatinya. Syahla akhirnya masuk ke masjid, tempat Ameera bersemayam. Disana Ameera tampak sedang tadarus.

"Ameeraaa!" Syahla menggertak Ameera yang sedang fokus membaca Al-Qur'an.

"Astaghfirullah Ya Allah." Ameera mengelus dadanya.

"Aku mau cerita, nih."

"Yahh, padahal aku juga mau cerita."

Syahla menghela napas.

"Yaudah, deh, kamu dulu yang cerita."

Terlihat sekali wajah gugup Ameera ketika hendak bercerita kepada Syahla. Wajahnya mirip seperti orang yang sedang di interogasi oleh polisi.

"Aku, aku." Ameera mendadak gagap.

"Oka aku, ayo lanjutin kalimatnya. Rileks, Mira."

"Syahla, aku di lamar!"

Mata Syahla terbelalak. Senyumnya perlahan terbit.

"MasyaAllah," ucap Syahla.

Syahla dengan semangat memeluk tubuh Ameera. Ia juga sedikit menggoyangkan tubuhnya hingga tubuh Ameera ikut goyang. Pelukan Syahla begitu erat sampai Ameera sesak napas.

"Syahla, sesek, nih."

Syahla langsung melepas pelukannya."hehe, maap."

"Btw, siapa yang ngelamar kamu?"

Bukannya menjawab, Ameera malah tersipu.

"Hemm, Arsyad."

Duarr...

Bagaikan di sambar petir di pagi hari. Hati Syahla seperti hancur berkeping-keping setelah mengetahui pria yang melamar sahabatnya. Senyumnya mulai pudar, begitupun tangan Syahla yang tadi memegang kuat tangan Ameera perlahan mengendur.

"Ada apa?"

"Kamu di lamar Arsyad?" lirih Syahla.

Ameera mengangguk dengan mantap sedangkan Syahla enggan untuk menatap wajah bahagia sahabatnya. Pandangannya lurus ke arah pintu masuk.

"Kamu kok kayak ngga senang gitu? Jangan-jangan kamu suka sama Arsyad, ya?"

Dengan cepat Syahla menoleh.

"Huahaha..."

Syahla malah tertawa seperti orang gila.

"Ya enggak lah. Masa aku suka sama ustadz. Aku tuh sukanya sama sugar Daddy."

"Ngawur kamu!" Ameera memukul lengan Syahla.

Sebisa mungkin Syahla tetap terlihat ceria mendengarkan Ameera menceritakan proses dirinya di lamar Arsyad. Ia mengatakan bahwa sebenarnya Arsyad akan di jodohkan dengan wanita yang jauh lebih cantik dan pintar di banding Ameera. Namun, Arsyad menolaknya karena memang mereka sudah saling mencintai sejak dulu. Hanya saja mereka tidak memperlihatkan rasa masing-masing.

Sebenarnya hati Syahla terkoyak hingga berdarah-darah mendengarnya. Ingin sekali dia pergi dan berlari sambil menangis sepanjang jalan pulang. Tapi bukan Syahla namanya kalau cengeng.

"Oh iya, katanya tadi kamu mau cerita?"

"Ngga jadi, deh. Besok-besok aja ceritanya. Ini kan hari Jum'at. Jadi, majelis taklimnya di mulai lebih awal."

"Yaudah deh kalau begitu."

***

Syahla menatap nanar pria yang sedang mengisi kajian hari ini. Kebaikan nya mungkin dia berikan karena Syahla adalah anak dari rekan ayahnya. Syahla terlalu percaya diri menganggap Arsyad telah menyukainya.

Kali ini Syahla tidak duduk bersebelahan dengan Ameera. Ia sengaja ingin menjauh sesaat dari Ameera. Jika berlama-lama dengan Ameera, hati Syahla terasa semakin sakit.

Perlahan lelehan air mata Syahla membasahi pipi. Pria yang telah merubah sikap buruk nya itu akan menjadi milik orang lain. Pria yang selalu ia do'akan di sepertiga malam itu telah meminang sahabatnya sendiri.

"Hapus air mata kamu," ucap seorang pria di sampingnya sambil menyodorkan tisu.

"Makasih, Al."

Satu bulan belakangan ini, Alex telah bergabung di majelis taklim ini. Tentunya ini saran dari Syahla.

"Sama-sama."

Kalau kalian jadi Syahla kira-kira nyesek ngga? Aku sih bakal nyesek banget kalau tau orang yang aku cinta setengah mati malah melamar sahabat sendiri. Bayangin mereka bersanding di pelaminan udah bikin hati hancur banget 😭😭.

Tapi sehancur-hancurnya kita jangan sampai hancurin kebahagiaan orang ya ☺️☺️

~Anne

Sayap Surga Nya ( Tamat ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang