BAB 38

1.3K 26 0
                                    

Allah tidak akan pernah menguji di luar batas kemampuan hamba-Nya. Tapi mampukah aku melewati masa sulit ini?

(Syahla Alfynatasha)









*







*






"Apa ngga bisa kalau Ameera tinggal bersama Ummi dan Abi?" tanya Syahla kepada Arsyad yang terlihat sangat pusing dengan keadaan saat ini.

"Itu sudah keputusan Ummi sama Abi, sayang," ucap Arsyad sambil menatap pasrah ke arah langit-langit kamar mereka.

Syahla meneguk salivanya dengan susah payah. Bagaimana mungkin rumahnya akan di tinggali perempuan yang jelas-jelas bukan mahram bagi suaminya? Syahla takut jika suaminya akan tergoda oleh Ameera, karena dunia ini tidak ada yang tidak mungkin terjadi. Terkadang orang yang tampak alim pun bisa berkhianat.

"Apa sebaiknya, kita berpisah?"

Mata Arsyad terbelalak mendengar pertanyaan itu dari Syahla. Seketika emosinya meluap, ia terbangun dari tidurnya, lalu dengan cepat menyeret lengan Syahla, hingga Syahla jatuh ke dalam pelukanya.

"Jangan bicara hal sembarangan, Syahla!" ucap Arsyad sambil mengelus punggung Syahla.

Di rasakannya, tubuh Syahla bergetar hebat. Syahla menangis tersedu jika ia mengingat Ameera yang lebih di perhatikan oleh mertuanya. Arsyad pun mau tidak mau harus menuruti kemauan Ameera yang di sebut 'ngidam' itu. Syahla ingat betapa ia alergi dengan durian, tapi ia harus bertahan dengan bau yang menyengat itu karena Ameera yang menginginkannya.

Tanpa Syahla dan Arsyad sadari, ternyata di depan pintu ada Ameera yang sedang berdiri menatap iri kepada mereka sambil mengelus perutnya yang masih rata. Namun, suara mualnya membuat Ameera ketahuan jika ia sedang mengintip pasangan itu.

"Ameera? Kamu mual lagi?" Dengan cepat, Syahla berlari ke arah pintu, lalu menuntun Ameera ke kamarnya. Setelah tiba di kamar Ameera, Syahla mendudukkan Ameera dan menyelimutinya, serta memakaikannya minyak kayu putih.

"Syahla, tunggu," lirih Ameera ketika ia melihat Syahla yang hendak pergi.

"Maaf jika adanya aku, kamu jadi tidak nyaman."

Seketika Syahla merasa iba dan akhirnya ia kembali duduk di samping Ameera. Tangannya mengelus lembut perut Ameera yang berisikan bayi Syahla.

"Tidak apa, Ameera. Ini semua kami lakukan untuk kebaikan bayi ku."

Entah mengapa hati Ameera memanas ketika ia mendengar kata 'bayi ku' dari lisan Syahla. Dengan terpaksa, Ameera tersenyum hambar kepada Syahla.

"Bayiku juga, karena aku yang mengandungnya," ucap Ameera yang begitu menyinggung perasaan Syahla. Memang benar jika Ameera mengandung anaknya, tapi bayi itu murni dari Syahla dan juga Arsyad.

"Aku pergi dulu," ucap Syahla agak ketus. 

***

Syahla pov

Di malam yang hening ini, air mataku mengalir begitu deras. Seharusnya aku bahagia karena ada seorang wanita yang rela menyewakan rahimnya, padahal dia belum pernah mengandung. Harusnya aku bahagia karena aku sebentar lagi akan memiliki anak. Namun, hati ini rasanya begitu sakit ketika aku mengingat ucapan Ameera tadi siang.

Ku hirup udara malam ini dalam-dalam sambil berusaha menjernihkan pikiranku.

" Sebentar lagi ini akan berakhir. Setelah bayi ku lahir, Ameera akan pergi dari rumahku dan aku akan menjalani kehidupan normal lagi. Aku harus bersabar selama enam bulan lagi. Iya, enam bulan lagi," ucapku menyemangati diri, tapi tetap saja, hatiku merasa sangat gundah.

Ku dengar langkah kaki mendekat ke arahku, segera ku usap air mata yang sempat keluar tadi. Ku putar tubuhku dan mendapati Ameera yang sedang berdiri membeku di hadapanku. Apakah dia mendengar perkataan ku barusan? Ah, tidak karena dia tersenyum kepadaku.

"Ada apa Ameera?"

"Aku mau minta sesuatu," ucap Ameera sambil meringis.

"Iya, silahkan." Sebisa mungkin aku menahan tawa melihat ekspresi Ameera saat ini.

"Aku pengen nasi goreng pete."

Astagfirullah, kenapa selera Ameera pasti sesuatu yang aku benci? Tidak bisa ku bayangkan jika hidungku mencium aroma makanan yang sangat ku benci.

"Emm, kalau pesan aja gimana? Soalnya bibi lagi pulang kampung."

Ameera tampak resah. "Aku pengen kamu yang buatin, Syahla."

Demi apapun! Aku harus memasak nasi goreng pete? Melihat kulitnya saja aku sudah benci. Huft, sabar, ini semua demi dedek bayi di rahimnya Ameera.

"Iya, aku buatkan, ya," ucapku sambil mengelus perut Ameera. Dalam hati, aku bertanya, harus sampai kapan aku berhadapan dengan makanan yang aku benci?

***

Author pov

Zainab tersenyum getir ke arah putrinya di saat Ameera melaksanakan tasyakuran tiga bulan. Walaupun memang tasyakurannya tidak se mewah tasyakuran kehamilan Syahla dulu, tapi tetap saja hatinya merasa nyeri melihat Syahla duduk berdampingan dengan Ameera sambil menerima do'a dari Usman. Terlihat sekali kesedihan Syahla jika di lihat dari wajahnya yang memerah.

Setelah pembacaan doa itu selesai, Zainab berjalan menghampiri Syahla yang kini sedang berjalan ke arahnya pula. Mereka melepas rindu dengan berpelukan karena tiga bulan ini mereka tidak bertemu. Hal ini karena Zainab pindah ke bandung bersama Citra dan suaminya.

Zainab membawa Syahla untuk duduk terpisah dengan lainnya. Hatinya semakin teriris ketika tidak ada seorang pun memperhatikan kepergian Syahla dari perkumpulan keluarga besar Arsyad. Mereka hanya fokus kepada Ameera yang sedang mengandung anak Arsyad tanpa mengingat kalau itu juga anak Syahla.

"Ada apa, Ummi?" tanya Syahla yang merasa heran dengan Zainab.

"Kamu yakin akan kuat selama enam bulan mendatang? Lihatlah mereka," ucap Zainab sambil mengerling ke arah mertua Syahla yang tampak setia menemani Ameera berbincang.

Menghela napas, Syahla mengelus punggung tangan Zainab dengan sangat lembut. "Ini semua sudah takdir Allah, Ummi. Syahla harus menerimanya."

Zainab merengkuh tubuh Syahla yang tampak lebih kurus itu. "Arsyad masih di luar kota?"

"Iya, Ummi. Baru saja kemarin sore Arsyad berangkat."

"Ameera tidak pernah membuat anak Ummi menangis, kan?"

Syahla menggeleng sambil tersenyum. Seketika hati Zainab menjadi lega karena hati putrinya aman. Semoga ujian ini segera berakhir dan Syahla mendapatkan buah manis dari kesabarannya selama ini.


Assalamualaikum...

Hari ini akh Up lagi, yaa. Mau cepet namatin novel ini aja, hihihi🤭

Yang setuju aku update cepet, komen dan vote pokoknya 😃😃

Maaf banyak typo dan mungkin ceritanya jadi muter-muter dan kurang nyambung 🫠🫠


Sayap Surga Nya ( Tamat ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang