Ch 11: Membuka Bisnis

1.2K 192 0
                                    

Setelah hari yang sibuk, malam harinya, Zhong Ziqi mengeluarkan tulang yang dibelinya untuk membuat sup, menuangkan tulang ke dalam pot tanah liat yang dibelinya, sehingga dia bisa memasukkannya ke dalam panci dan menyajikannya di pagi hari. 

Pada malam hari, bulan bersinar di atas puncak pohon sementara cahaya putih keperakannya menyelimuti bumi, tampak kabur dan tidak jelas. 

Zhong Ziqi berbaring di tempat tidur, tidak bisa tidur, di sisi lain, Zhao Zheng'an sudah tidur meneteskan air liur sambil memeluknya. Untuk pertama kalinya, Zhong Ziqi iri pada orang-orang yang berpikiran sederhana karena mereka tidak perlu memikirkan banyak hal. Dia mengakui bahwa dia gugup dan takut akan gagal besok. 

Sebenarnya, Zhong Ziqi telah melakukan beberapa perhitungan, dia telah memikirkannya dengan seksama, harga makanan di dermaga umumnya sedikit lebih mahal, tetapi mereka pasti akan baik-baik saja karena kualitas makanan mereka sepadan dengan harganya, pada kenyataannya, orang masih bisa menerima harganya, harga semangkuk mie dari warung mie biasa adalah tiga wen, apalagi harga mie yang dijual di dermaga yang keahlian kokinya jauh lebih baik daripada di warung mie biasa.

Zhong Ziqi berniat memberi harga dua jenis mie-nya seharga lima wen semangkuk. Lima wen untuk semangkuk mie adalah harga yang wajar di dermaga, bahkan ada yang lebih mahal dari itu, karena dermaga adalah lokasi utama, di mana orang datang dan pergi, kebanyakan dari mereka berasal dari keluarga kaya atau pengusaha kaya. Orang biasa masih mampu untuk membeli mie nya tetapi bagi yang berhemat tidak akan sering datang ke sini.

Jika keahlian memasakmu bagus, maka kamu akan memperoleh pelanggan tetap, dengan demikian pendapatan harianmu juga akan tetap, belum lagi fakta bahwa beberapa orang akan terus membeli daganganmu dan membawa serta keluarga mereka untuk makan atau bahkan membungkus makanan untuk dibawa pulang. Zhong Ziqi berpikir bahwa dengan keahliannya, dia bisa menjual setidaknya sepuluh mangkuk mie sehari, tidak sulit bukan? Sepuluh mangkuk mie sama dengan lima puluh wen, setelah dikurangi sewa harian delapan wen, gaji Zhao Sheng sepuluh wen, juga biaya produksi dan lain-lain, dia pasti akan mendapat untung bersih dua puluh wen, seperti yang diketahui menghasilkan dua puluh wen sehari tidaklah buruk, dia bisa membeli empat kati beras dan mie, juga bisa membeli beberapa kati daging.

Sebuah keluarga biasa pada umumnya tidak mampu untuk menghasilkan dua puluh wen dalam sehari. Tentu saja mungkin bagi mereka yang memiliki ladang, juga bekerja paruh waktu, tetapi bagi Zhong Ziqi, hal itu sudah membuatnya puas, dia tidak memiliki ambisi besar, sedikit saja sudah cukup membuatnya bahagia untuk waktu yang lama. 

Berguling-guling di kasur, Zhong Ziqi tidak tahu kapan dia tertidur, tetapi ketika dia bangun, dia mendengar suara ayam jantan berkokok di desa dan langit di luar sudah berwarna abu-abu.

Zhong Ziqi dengan lembut melepaskan lengan dari pinggangnya, bangun, berpakaian, dan mandi. Menyalakan lampu minyak, dia pergi ke dapur untuk memasukkan kaldu tulang yang ada di sana sepanjang malam ke dalam panci tanah liat, menyisakan beberapa dalam panci. Membuka kantong mie dan mengambil dua mangkuk mie dan menggulungnya. Saat kaldu tulang sudah panas, mie dimasukkan ke dalam panci. Zhong Ziqi memasukkan beberapa potong acar rebung ke dalam panci dan mie akan segera siap. 

Zhong Ziqi membawa mie ke meja, mengatur peralatan makan dan pergi ke kamar tidur, menatap Zhao Zheng'an yang sedang tidur nyenyak, dia ragu-ragu sejenak sebelum dia mengguncang lengannya, memanggilnya dengan lembut, "Zheng'an, Zheng'an, bangun!"

Zhao Zheng'an dengan enggan membuka matanya, mengintip sedikit untuk melihat siapa yang mengganggu mimpi indahnya, yang dilihatnya adalah istrinya yang sudah berpakaian lengkap! Mata Zhao Zheng'an yang tadinya menyipit, langsung melebar. 

Zhong Ziqi berkata, "Bangun, kita akan pergi ke kota setelah sarapan." 

Baru pada saat itulah Zhao Zheng'an ingat bahwa istrinya mengatakan dia akan membawanya ke kota untuk menjual sesuatu, jadi dia duduk dengan penuh semangat dan bertanya, "Istriku, apa kita akan menjual sesuatu?"

Ditemani Orang Bodoh untuk BertaniWhere stories live. Discover now