1.2 Gabriel Yoongi Yuhn

80 14 2
                                    

(🔴)

...

"Ada apa? Apa ac nya tidak dingin?"

Yoongi, atasannya yang diketahui dari papan nama akrilik diatas meja yang selalu kosong. Dia baru pertama kali melihat sosok itu disini di tempat pribadi dan privasi.

"Tidak tuan."

Pria itu kembali menuangkan wine untuknya.

Hera menerima kembali wine untuk meneguk di gelasnya yang sudah kosong. Sungguh ini membuat tenggorokannya tambah kering, tapi anehnya kenapa keringat dalam tubuhnya keluar begitu saja.

Ah apa dia sakit? Tapi saat kemari tidak apa-apa. Apa karena dia mengerjakan bekas ini sampai tidak tahu kalau dia sakit?

"Aku lebih senang jika ada yang memanggilku Sir."

Hera menjadi kalut dia benar ingin menghindari rasa aneh berlebihan dalam tubuhnya dengan menggenggam erat rok span yang dipakainya.

"A-ah iya--sir." ucapnya lirih sebab ia takut seperti mendesah. Sungguh memalukan.

"Damn it." keluhnya lirih.

"Melihatmu, sepertinya kau sakit? Tidak enak badan?" mungkin sang atasan ingin memberikannya sedikit rasa peka padanya. Menyentuh keningnya sesaat.

"Ishhh.."

Hera tidak tahu dengan apa yang terjadi pada dirinya. Seluruh tubuhnya panas dan ngilu di berbagai titik sensitifnya.

"Sir.." belum sampai dirinya melanjutkan ucapannya, kekehan Yoongi tampak membuatnya bingung. Apa ada yang lucu?

"Butuh bantuan."

Sesaat terasa cepat tatkala kedua tangan Hera yang di cekal di tiap sisi tubuhnya, dirinya dibaringkan dengan cepat diatas sofa. Lalu ciuman di bibirnya dengan kasar dan terburu-buru. Panas lebih menjalar di semua titik. Hera yakin jika ini bukan hanya kebetulan, pasti di sengaja.

"Sir apa yang kau masukkan dalam minumanku?" tanyanya dengan muka merah setelah ciuman itu usai. Menatap lekat kedua mata pria diatasnya dengan sedikit pengharapan.

"Afrodisiak."

Hera mencoba bergerak acak untuk bisa lepas. Hera berfirasat memang sudah jatuh Di lubang buaya. Ah ini rencana yang memang sudah matang. Tapi mengapa dirinya? Bukankah banyak yang lebih terang-terangan menyukai direktur di banding dirinya.

"Aku akan membantumu meredakan rasa panasnya. Kau tidak perlu takut, aku akan pelan."

Masih bergerak, mencoba melepaskan diri namun sayangnya ini sangat susah. Kedua tangannya sudah di tali erat dengan sebuah dasi yang entah dari mana asalnya. Hera jadi ingat bagaimana mantan kekasihnya melakukan hal yang sama.

Oke, Hera sedikit ingat sekarang. Momotori pernah mencekiknya saat itu. Emosi pria itu sungguh di luar kepalanya. Bahkan persetubuhan saat itu tampak tak adil untuknya.

Lebihnya bukan hanya sekali. Namun itu adalah yang terakhir. Hera meminta putus dan langsung pergi ke Korea Selatan untuk menghindar.

Yes, Sir (M) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang