1.4 Another Contact

69 11 2
                                    

Selamat membaca...

(⚫)

.
.

Dua minggu akan terasa cepat jika tidak dihitung. Hera menyadari jika besok adalah hari dimana ia akan menjawab permintaan Gabriel Yoongi. Sebenarnya ada banyak perlu dirubah didalam kontrak ini. Hera sudah mencoret-coretnya, tinggal di negosiasi saja.

"Mengapa perasaanku teramat bodoh, dia bajingan bahkan sudah meniduriku dengan licik."

Kalau dipikir-pikir Yoongi adalah tipe idealnya. Meski pria itu susah untuk di dekati pasti ada celah yang bisa ia masuki.

"Nee-san kau didalam?"

Terdengar ketukkan dari luar membuat Hera cepat-cepat menyembunyikan kontraknya. Menggulung tinggi rambutnya sebelum membuka pintu.

"Ada apa Kyu?"

"Seseorang mencarimu. Kata dia atasanmu. Gabriel Yoongi, kalau tidak salah."

Oh sungguh gila!

Ternyata di tepat di jam sebelas lebih lima puluh Yoongi datang. Pasti pria itu ingin mendengar persetujuannya. Tapi yang benar saja--hampir tengah malam.

Untungnya Mizuki Hideo masih di Jepang pasti tak akan ketahuan jika putri sulungnya tengah keluar dengan atasan dikantornya sendiri.

"Baiklah, terimakasih sudah memberi tahu."

"Di di ruang tamu, pelayan sudah memberikan jamuan untuknya." sanggah Kyuna.

Hera tersenyum, lalu menutup pintu dan bergegas mengganti pakaian tidurnya menjadi lebih kasual.

Menuruni tangga, Hera melihat Yoongi berada di depan salah satu lukisan karya Paul Gauguin.

"Ehm.." Hera berdehem, membuat pria itu menoleh. "Apa aku menganggumu, sir?"

Yoongi tersenyum lebar, jelas jika Hera memanggilnya 'sir'. Ini seperti godaan untuknya, suara lembut itu menggelitik indera pendengarannya sementara ini.

"Kau belum menyetujui kontraknya jangan mengucap sir  lebih dahulu. Lagi pula aku yang menggangu malammu."

Hera mengangguk kecil, lalu langkahnya memutar untuk duduk di sofa yang kosong. Menatap jamuan kue kering dan teh yang masih hangat diatas meja.

"Anda belum meminumnya?"

"Manis, sudah aku cicipi."

Yoongi kembali menempatkan pantatnya ke sofa. Menyilangkan kaki dan membuat kesan menarik perhatian. Mereka tak berbicara, hanya asik pada objek mereka sendiri.

"Sebenarnya aku ingin mengajakmu pergi. Ada tempat bagus untuk menghilangkan penat." Yoongi berdiri di depannya, mengulurkan tangan guna mengajak Hera pergi.

Mungkin akan lebih baik menuruti ajakan itu, lagi pula Hera tidak bisa tidur akhir-akhir ini. Malamnya selalu tidak enak mungkin karena mimpi buruk. Dia tak bisa menghindari mimpi buruknya, jadi butuh refreshing kecil di kepalanya.

"Diluar dingin. Aku akan ambil mantelku dulu."

Bergegas mengambil mantel di gantungan pakaian dekat pintu, Hera sudah siap untuk keluar. Matanya tak sengaja melihat Kyuna yang tersenyum kepadanya. Lalu menggoda seolah dirinya ini adalah ajakan blind date.

"Anda tidak memaksaku untuk mengatakan jawabannya kan?"

Yoongi memasang sabuk pengamannya. Sekilas menatap Hera di sebelahnya sebelum menyalakan mesin mobil.

"Masih ada hari esok agar kau bisa berpikir. Jika ada saran kita bisa adakan rapat kecil. Yah... Hanya kita berdua."

Hera tersenyum malu. Pipinya pasti merona sekarang.

Yes, Sir (M) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang