29. Kembali ke tempat asal

4.1K 600 15
                                    

Welcome to my story
.
.
.
Selamat menyelami imajinasi appffien
.
.
"Melihatmu dari jauh adalah caraku mencintaimu"

~N~


Mata yang telah terpejam cukup lama itu kini perlahan terbuka. Jemarinya perlahan bergerak kecil. Tidak ada yang sadar akan hal itu sedangkan kini si gadis berusaha menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya sekitar.

Ia mengernyit heran.

"Dimana ini?" Gumamnya sembari mencoba bangkit untuk duduk namun ia gagal. Pergerakan itu membangunkan seorang pria yang tertidur di sofa dekat ranjang tempat Gladys tertidur.

"Gladys..." Lirih seorang pria sembari berjalan tergesa gesa ke arah brankar Gladys. Gadis yang tengah dilanda kebingungan itu kini bertambah bingung ketika mendapati wajah yang  tidak pernah lihat untuk waktu yang cukup lama ini.

Pria itu tersenyum penuh haru sembari memencet bel disamping kanan Gladys. Ia mengelus puncak kepala Gladys namun yang membuat sang pria mencelos adalah ketika Gladys menghindari tangan besar milik pria itu.

Gladys hendak mengatakan sesuatu sebelum kedatangan dokter menyita perhatian keduanya. Pria berjas putih khas dokter itu tersenyum menatap Gladys. Bersama dua orang suster, kini sang dokter memeriksa kesehatan Gladys sembari bertanya beberapa hal.

"Berapa lama saya tidak sadar?" tanya  Gladys.

"Dua Minggu tapi tenang saja, keadaan mu lebih baik dari sebelumnya," jawab sang dokter. Setelahnya Gladys tidak bereaksi apa apa. Hanya terdiam ditempatnya sembari memikirkan berbagai hal yang terjadi beberapa saat lalu.

Jadi seluruh rangkaian cerita itu nyata adanya? Kalau tidak salah Gladys pernah kembali ke dunia nyatanya lalu tubuhnya dikendalikan sesuatu hingga tubuhnya terjatuh ke dalam kolam dan setelahnya ia kembali ke dunia asing itu. Jadi kisah itu bukan hanya dinovel? Dan kini kisahnya sudah selesai? Kisahnya sudah berakhir sampai disana saja?

Akhirnya Azriel meninggal? Lalu bagaimana dengan keadaan Rafandra? Bagaimana juga keadaan didunia sana? Mungkinkah Xena yang asli kembali menempati tubuhnya?

Dan kutukan itu, apa kutukan itu menghilang?

Ada begitu banyak pertanyaan yang kini bersarang di kepalanya tanpa ada yang bisa menjawab banyaknya pertanyaan gadis itu. Akhirnyapun Gladys hanya menghela nafas pelan lalu menatap objek didepannya yang sedari tadi diam memperhatikan dirinya.

"Kenapa?" Tanya Gladys yang tidak mendapat jawaban, pria yang tak lain adalah kakaknya itu justru kini memeluk erat tubuh Gladys.

"Maaf..." lirihnya yang ditanggapi kebisuan oleh Gladys.

Kenapa tiba-tiba? Kenapa seakan permintaan maaf itu terlambat? Gladys tidak merasakan apa apa ketika kakaknya meminta maaf kepadanya. Dia kenapa?

***

Ketika kembali kerumahnya pun Gladys hanya diam membisu. Bahkan ketika perhatian kedua laki laki itu tertuju untuknya, tidak ada lagi rasa spesial. Hatinya seakan mati rasa. Ia tidak membenci atau menyayangi mereka, rasanya hambar.

"Mau makan apa? Biar kakak beliin," kata mahen ketika melihat sang adik memainkan ponselnya di ruang tamu.

"Gak ada," jawab Gladys seadanya.

"Makan dong, nanti sakit loh." Kata sang ayah yang entah sejak kapan telah duduk disamping Gladys sembari mengelus puncak kepala Gladys.

"Gak mau, males." Kata Gladys yang masih sibuk dengan ponselnya. Kedua pria itu kompak saling pandang lalu menghela nafas kecil.

"Martabak manis gak mau?" Kata mahen yang langsung membuat Gladys mengangkat kepalanya dan tersenyum lebar.

"Rasa kejuuuu sama coklat." Kata Gladys bersemangat yang menimbulkan guratan bahagia dari mahen. Sedangkan Gladys sendiri, tidak menghiraukan keduanya yang ia pedulikan adalah dapat merasakan enaknya martabak manis setelah sekian tahun tidak merasakannya. Ya meski di dunia ini ia hanya dua Minggu tak siuman namun di dunia itu ia hidup selama kurang lebih tiga tahun.

Sedangkan disisi lain, tampak gadis berhijab kini tengah mengepalkan tangannya erat erat. Entah apa yang terjadi kini dirinya diabaikan oleh dua laki laki itu. Ia menatap tidak suka ke arah Gladys, Gladys yang merasa ditatappun melihat kearah gendis. Gladys menyunggingkan senyum angkuhnya dengan tatapan yang cukup merendahkan.

Ya, sedikit banyak sifatnya sebagai Xena dahulu terbawa sampai sekarang. Tatapan angkuh serat seringai licik terpampang jelas diwajah Gladys yang mana belum pernah sekalipun gadis itu berekspresi demikian dahulunya.

Gendis sedikit tersentak melihat ekspresi wajah Gladys.

Dia, berubah.

###

Gladys menatap gedung sekolah didepannya dengan tatapan tak percaya. Tak percaya bahwa dirinya akan kembali ke sekolah ini setelah sekian lama menghilang. Bahkan gadis itu belum terbiasa dengan keadaan sekitanya yang nampak bising. Berbeda dengan di dunia itu, tempat itu damai, sepi dan indah dilihat. Sungguh berbeda disini. Aneh memang bila Gladys masih berkeinginan untuk kembali ketempat yang entah berada didunia bagian mana itu. Namun itu faktanya.

Ia melangkah memasuki kawasan sekolahnya. Tak jauh dari dirinya berdiri, tampak Theo dan gendis bergandengan tangan. Gladys merasa deja vu dengan kejadian ini. Dimana waktu dulu di pesta ia melihat Yuandara dan Elle bergandengan tangan membelakanginya, bedanya kini kedua manusia itu menggunakan seragam sekolah bukan lagi pakaian kuno itu.

Gladys mengabaikannya, ia berjalan lebih cepat dibanding sepasang kekasih itu. Ia melangkah tanpa menoleh kebelakang, Theo sendiri merasa heran akan sikap Gladys. Dulu Gladys selalu menyapanya terlebih dahulu namun mengapa kini tidak?

Theo melepaskan tangan gendis dari tangan kekarnya. Ia menatap gendis dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Lo gak lupa kan kalau kita cuma sandiwara?" Tanya Theo memastikan. Gendis sedikit tersentak lalu tersenyum tipis, berbeda dengan hatinya yang seperti tertusuk pisau tajam. Sangat sakit.

"Nggak kok," kata Gendis pelan. Menahan rasa perih yang kian menjalar dihatinya bersamaan dengan itu, rasa sesak kini mendominasi dadanya.

Sesampainya dikelas, Gladys segera duduk di kursinya setelah menjawab serentetan pertanyaan yang dilontarkan oleh teman temannya. Ica,selaku teman sebangkunya lebih banyak melontarkan pertanyaan lagi.

"Lo bunuh diri, gitu rumor yang gue denger." Kata Ica yang membuat Gladys tertegun sejenak. Gadis dengan rambut pendek yang dikepang menjadi dua itupun memikirkan sesuatu yang sedikit rumit beberapa lipatan muncul didahinya.

"Seberat apapun masalah elo, gue siap jadi temen cerita lo, jangan sungkan sama gue." Kata Ica menenangkan. Sementara Gladys menjawab ucapan Ica dengan senyum dan anggukan pelan.

"Btw, Lo inget kan ada anak kelas kita yang home schooling?" Tanya Ica.

Gladys tampak berpikir sejenak, memang benar bahwa ada salah satu siswa dari kelasnya ada yang home schooling. Sebenarnya Gladys tidak terlalu mempedulikannya, tapi karena teman temannya cukup ramai membahas hal tersebut, membuat Gladys sedikit tertarik.

"Kenapa?"

"Dia mau sekolah disiniii, dan Lo tahu gak???" Kata Ica lagi, kali ini dengan mata berbinar Ica berujar,"dia ganteng!" Ucap Ica yang membuat Gladys tersenyum. Enggan menanggapi lebih lanjut karena kepalanya tiba tiba pusing, gadis itu meletakkan kepalanya diatas lipatan tangan dimeja. Lalu memejamkan matanya hingga tak terasa seorang guru masuk, membawa dia yang dirindukan oleh Gladys.

###

Gak nyangka ceritaku bakal rame aaaaaa thank you udah mampir, vote atau sekedar membacaaaa terima kasih juga udah komen huhuhu

Btw double up sesekali gapapa lah ya wkwk

~appffien

I'm Serious! [End]Where stories live. Discover now