Demam (Miya Osamu)

2.8K 258 76
                                    

Pairing : Osamu and Reader

Rate : -

Genre : romance, +62 vibes


Osamu menghela nafas. Tubuhnya terasa semakin panas. Ia merapatkan selimutnya, berusaha menghindari hawa dingin di pagi hari. Salahkan Atsumu, bocah bersurai kuning itu yang membuka jendela tadi pagi.

"Selamat pagi dunia! Sambut lah Atsumu, sang surya teristimewa!"

Ya, kira-kira begitu skenarionya tadi pagi. Setelah Atsumu membuka jendela, ia justru keluar dengan bangga, seolah habis melakukan sesuatu yang luar biasa. Tidak mengetahui kalau adiknya sedang meringkuk kedinginan di kasur karena demam.

Sebenarnya bisa saja jika Osamu berdiri dan menutupnya sendiri. Tapi yang benar saja! Jika Osamu melakukan itu, maka ia harus melepaskan selimutnya, dan membiarkan angin dari luar menyerang bagian tubuhnya yang tadi tertutupi selimut. Bukankah itu akan menjadi semakin dingin?

Setidaknya itu isi pikiran Osamu.

Osamu meraih handphone. Ia harus mengabari sekretaris kelasnya kalau Ibunya akan terlambat datang untuk mengantar surat izin. Jika tidak, bisa-bisa dia dianggap absen satu harian ini.

Osamu menatap kontak sekretarisnya. Lihatlah, bahkan ia terlalu malas untuk mengetik di room chat. Menuruti kemalasannya, akhirnya Osamu memutuskan untuk menelepon gadis tersebut.

"Halo, Osamu?" Suara gadis di seberang.

"Eh ini gua ganggu lo belajar ga sih?" Osamu langsung teringat kalau (Name) harusnya sedang belajar di kelas sekarang.

"Gua—"

"Oh iya, gua hari ini ga datang karena sakit, tapi nanti mama bakalan anter suratnya sekitar jam 12 siang, bisa ga?" potong Osamu.

"Em, Osamu, gua gatau,"

"Tanyain coba ke guru yg lagi ngajar,"

"Masalahnya, gua juga lagi sakit hari ini, gua ga datang,"

Hening. Osamu terdiam, ia menghela nafas. Mencoba menahan rasa malu karena tadi tidak bertanya terlebih dahulu.

"Eum sori, gua gatau,"

"Hehehe, kalem,"

"Sakit apa, (Name)?"

"Demam,"

"Lah sama,"

"Bentar dulu ya, Samu, gua mau coba telepon walkel, bisa ga kalo surat lo diantar siang nanti,"

Belum sempat Osamu menjawab, telepon sudah terlebih dahulu dimatikan oleh (Name). Osamu membuang napas yang sedari tadi ia tahan. Hal ini terlalu unik jika disebut sebagai kebetulan. Dia dan sekretaris kelasnya sama-sama sakit hari ini, dengan penyakit yang sama pula. Ditambah lagi, mereka berdua sama-sama merupakan orang yang sangat jarang izin karena sakit.

Osamu mengusap wajahnya, mencoba untuk tidak terlalu memikirkannya. Sudah jelas, semua ini murni kebetulan. Teleponnya berdering, Osamu mengangkat panggilan itu.

"Gua udah nelepon Bu Ika, katanya gapapa," (Name) berbicara. Osamu baru menyadari kalau suara gadis itu serak.

"Thanks ya (Name), jadi ngerepotin gini," ujar Osamu. Disambut kekehan dari gadis itu.

"Kaya sama siapa aja, kita kan sekelas," sahut (Name).

Osamu terdiam, rasanya baru pertama kali ini ia mendengar tawa (Name). Padahal sudah sekitar 2 tahun mereka sekelas, tapi Osamu tak pernah berbicara dengan (Name) berdua saja seperti ini.

𝐇𝐚𝐢𝐤𝐲𝐮𝐮 𝐎𝐧𝐞 𝐒𝐡𝐨𝐨𝐭 𝐇𝐞𝐚𝐫𝐭𝐰𝐚𝐫𝐦𝐢𝐧𝐠 [∞]Where stories live. Discover now