Cruel (2/?)

23 1 1
                                    

Mata Kayla menyusuri buku catatannya, membaca dengan seksama rangkuman sesi konselingnya bersama psikolog tiga hari yang lalu. Setelah bertanya sana-sini, ia akhirnya memutuskan untuk mengonsultasikan perubahan dirinya yang membuatnya tidak nyaman setelah putus dari Rama.

Amarah yang kerap muncul, perasaan cemas yang kerap kali menguasai dirinya, dan kehampaan yang selalu ia rasakan setiap kali pikiran akan Rama atau kenangan bersama Rama mampir ke ingatannya. Semua itu membuat Kayla merasa kepalanya seperti ingin meledak.

"It's perfectly okay kok, Kayla, kalau kamu merasa seperti itu. Kamu kan sudah pacaran hampir lima tahun. Semua, apa yang kamu jalani sama dia itu sudah jadi kebiasaan dan jadi bagian tak terpisahkan sama hidup kamu."

Ya. Rama sudah menjadi bagian hidupnya, selama hampir lima tahun sebagai orang terdekat dalam hidupnya. Bahkan lebih dari itu, jika masa-masa ketika mereka masih berteman dihitung. Apa yang dilakukan Kayla dari mulai membuka mata sampai menutup mata, pasti ada Rama di dalamnya.

Sudah terlalu banyak hal yang dilalui Kayla bersama Rama.

"Semua emosi Kayla itu valid. Yang terpenting adalah bagaimana cara Kayla 'menyalurkan' emosi-emosi ini. Nah, cara menyalurkan emosi itu banyak. Bisa dengan menulis, olahraga, mendengarkan musik, menangis, dan banyak lagi. Kayla sukanya apa?"

"Hm... Aku suka nulis... Gambar juga sih..."

"Nah. Kayla kan saat ini merasa tidak nyaman, bisa ditulis atau digambarkan apa yang membuat Kayla tidak nyaman. Nanti pelan-pelan dicari deh, apa sih yang bisa membuat rasa tidak nyaman itu berkurang? Gitu. Atau bisa juga dengan mencoba aktivitas-aktivitas baru yang belum pernah kamu coba sebelumnya."

Kayla menatap hampa buku catatannya, memikirkan apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Menulis? Menggambar? Itu sudah ia lakukan bahkan sebelum datang berkonsultasi. Memang perasaannya jadi lebih lega, namun belum sepenuhnya hilang. Apa ia hanya harus lebih bersabar lagi agar hatinya bisa beradaptasi?

Mencoba hal-hal baru? Hampir sepuluh tahun bersama Rama, rasa-rasanya sudah semua hal ia lakukan bersama Rama. Apa pun yang Kayla lakukan, ia pasti punya ingatan melakukannya bersama Rama. Kelas menggambar, melukis, pergi ke galeri seni... Terlalu banyak hal yang mereka jalani bersama.

Kayla membuka ponselnya, mencoba untuk berselancar di internet untuk mencari aktivitas yang bisa ia coba untuk menyibukkan diri.

"Hm... Painting with numbers... Nggak, nggak..."tangan Kayla terus bergerak di atas layar ponsel. "Pilates... Boxing... Aerial Yoga... Anjirlah kenapa juga sih gue ambis banget setiap ngajak kencan?"gerutu Kayla pelan. Ia menarik nafas panjang sebelum kembali melanjutkan kegiatan berselancarnya.

Saat matanya masih terpaku pada ponsel, muncul sebuah notifikasi pesan.

Eric
Bunda~
Temen gue ada yg baru buka art space
Ramein dong kelasnya
Mau pottery date sama gue juga boleh~

Kayla memutar bola matanya saat membaca pesan dari junior fakultasnya itu. Anak itu memang gigih sekali mengejarnya-meski kadang dia tetap pada motto hidupnya, 'Perkuat pusat perbanyak cabang', alias tetap menggoda perempuan-perempuan lain yang menurutnya menarik. Tapi setidaknya sebulan sekali, pasti ada ajakan pergi dari Eric. Kayla berkali-kali menolak dengan tameng Rama, namun Eric selalu membalasnya dengan berkata "Cuma jalan ya, Bunda Kayla. Lagian mau jalan seribu kali juga mata lo tetep bakal ketutup sama kesempurnaan pacar lo itu.".

Tidak salah, karena berkali-kali pergi dengan Eric-dari sebelum berpacaran dengan Rama pun-Kayla tidak pernah merasakan perasaan yang lebih dari sekedar teman dengan Eric.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 12, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SempiternalWhere stories live. Discover now