Chapter 5

32.1K 2.9K 147
                                    

Semesta tidak kejam, tapi kenapa semua manusia selalu menyalahkan nya? Padahal yang mereka jalani itu sudah kehendak dari Tuhan, dan Tuhan tau apa yang terbaik untuknya meski harus bertatih bersama air mata.

-Anazma Pramana

°° HAPPY READING °°

Nazma memegang perutnya yang terasa sakit, meremas perut itu dengan ringisan di wajahnya. Perut nya sakit lantaran sedari malam ralat! Bahkan dari kemarin dia tidak makan apa-apa, tenggorokannya terasa kering karena air yang ada di kamarnya sudah habis. Dan dia tidak bisa minum.

Dengan tubuh yang lemas dia bangkit dan berjalan ke kamar mandi dengan tangan yang menyentuh tembok agar tubuhnya tidak tumbang, hingga matanya melotot ketika melihat darah yang keluar dari hidung nya. Dia panik, dengan langkah cepat dia sesegera mungkin untuk sampai di pintu kamar mandi, walaupun tubuhnya tidak bisa seimbang.

Bruk!

Tubuh Nazma ambruk, dia mengusap-usap darah yang ada di hidung nya dengan tangan. Namun, darah itu semakin banyak dan membuat Nazma takut sendiri. Nazma terpaksa mengesot, dia membuka kenop pintu kamar mandi dengan tubuh yang masih dengan posisi ketika mengesot. Hingga pintu itu terbuka, dia langsung saja menggerakkan tubuhnya agar masuk ke kamar mandi, tangan kanannya ia gunakan untuk berpegang pada wastafel agar bisa berdiri.

Nazma melihat wajahnya dari cermin, dia Terkekeh ketika melihat darah yang terus mengalir dari lubang hidung nya. Namun, setelah nya dia memegang dadanya yang terasa sesak. Seolah-olah ada suatu yang menghantam hatinya habis-habisan di sebuah ruang yang gelap, hingga pasokan udara untuk susah rasanya.

Dia menyalakan air keran lalu membasuh wajahnya hingga darah yang mengenai wajahnya sudah tidak ada lagi, dia menghela nafasnya ketika darah dari hidung nya yang keluar sudah tidak ada.

"Hah."

Setelah menarik nafas panjang, dia berjalan dengan tangan berpegangan pada tembok. Menutup kembali pintu kamar mandi ketika dirinya sudah berada di luar, lalu berjalan ke arah kasur dengan langkah pelan. Dan tubuhnya nyaris tak seimbang.

"Aku lelah," katanya begitu sampai di kasurnya.

•••••

Hari ini adalah hari Minggu dan Adnan tidak pergi ke kantor. Sekarang, pria itu baru saja selesai mandi. Dia berdecak sebal ketika tidak melihat pakaian di atas kasurnya, biasanya gadis kampung itu akan menyediakan pakaian ganti untuk nya, seperti beberapa hari lalu. Namun sekarang tidak lantaran dia mengurungnya, tapi tidak apa jikalau dia harus mengambil bajunya sendiri, toh dia juga selalu seperti ini sebelum ada gadis kampung itu masuk ke dalam mansion.

Setelah selesai memakai baju, Adnan berjalan kearah cermin. Dia menarik lengan bajunya sebatas siku, dengan rambut yang tidak di sisir sama sekali. Dia tersenyum miring. Lalu keluar dari kamar untuk pergi sarapan, kebawah.

Menuruni tangga mansion keluarga Brawijaya yang sangat indah.

Sesampainya di lantai dasar, dia langsung saja pergi ke meja makan besar yang ternyata disana sudah ada maid yang menyambutnya.

Dia mendudukkan dirinya salah di satu kursi.

Mia—salah satu maid yang bekerja di mansion ini, ingat? Dia menunduk ketika Adana datang disana, memberi rasa hormat nya.

Catatan cintaku | Sudah Terbit Where stories live. Discover now