Chapter 37

13.3K 1.6K 227
                                    

Rasa sepi yang akan abadi karena kamu tiada

-Anazma Pramana.

••• HAPPY READING •••

Kematian memanglah sebuah kepergian yang tidak pernah di inginkan oleh manusia, namun. Takdir berpihak pada perpisahan lewat kematian, tuhan itu adil. Dia memisahkan dua insan lewat ajal itu adalah hal yang terbaik, karena perpisahan di antara keduanya tidak ada perselisihan. Ataupun konflik yang menyelimuti.

Nazma mengusap batu nisan Adnan dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipi, rasanya tidak ikhlas di tinggal selamanya oleh Adnan. Laki-laki sangat di cintai nya kini pergi meninggalkan dirinya sendiri di bumi. Meninggalkan kenangan-kenangan yang indah, namun akan terasa pahit bila di ingat. Karena orang yang berada dalam kenangan itu kini pergi, pergi untuk selamanya. Dia tidak akan kembali lagi meski sampai masa selesai dengan tugas.

"Nyonya, mari kita pulang. Langit mendung sepertinya hujan akan segera datang." Ucap sekertaris Liam, pria muda itu berdiri di belakang Nazma.

Bukan hanya Nazma yang tersakiti, akan tetapi semua orang. Mommy yang pingsan saat melihat jenazah Adnan di makamkan, dan Kellyn yang tidak berdaya. Hanya untuk berdiri pun gadis itu kesusahan, akibat terlalu nangis dan kelelahan.

Disini, mereka hanya ada berdua. Melihat makan Adnan, Liam hanya bisa diam menahan tangis. Kini, tuannya telah pergi. Tidak terasa dirinya bekerja bersama Adnan, sama-sama mengelola apa harus di kerjakan atas izin Adnan. Kini, pria itu meninggalkan semuanya. Meninggalkan orang yang menyaingi nya, tanpa pamit. Dan tanpa adanya kata-kata terakhir untuk mereka.

"Tinggalkan aku, Liam. Aku akan pulang sendiri."

"Tapi nyo-"

"KU BILANG PERGI LIAM!"

Liam diam seketika ketika mendengar kemarahan Nazma, dia hanya bisa mengangguk menuruti sang nyonya.

Nazma tidak menangis, matanya pun kering tidak mengeluarkan air mata. Yang ada hanyalah sesak di dada yang tidak pernah keluar, ingin rasanya menangis namun tidak bisa.

Kenapa? Kenapa dia saat dirinya merasa kebahagiaan bersama orang yang di cintainya. Tuhan malah mengambil orang itu, seolah dia harus berjuang kembali. Bertatih sendiri tanpa ada yang menemani.

"Kau bilang padaku untuk bertahan, tapi kau sendiri yang tidak bisa bertahan."

"Kau bilang padaku jangan pergi, tapi kenapa kau sendiri yang pergi?"

"Kau egois, kau menitipkan anakmu padaku? Bukan kah kita sudah berjanji bersama-sama? Kita akan hidup bahagia dengan keluarga kecil kita."

Sedikit demi sedikit, gerimis turun membasahi bumi. Seolah tau bahwa Nazma ingin menangis tanpa ada seorangpun tau air matanya mengalir.

"Hujan turun, mas." Katanya lirih, ingin rasanya ia memeluk Adnan untuk memberi kehangatan pada pria itu. Namun itu semuanya hanyalah keadaian yang tidak akan pernah nyata.

"Apa kau kedinginan disana? Aku ingin memelukmu, memberi pelukan yang erat. Yang tidak akan pernah aku lepaskan untuk selamanya." Katanya, namun ucapannya itu tidak akan pernah di jawab oleh Adnan sampai kapanpun itu.

Nazma mendongak menatap langit yang mendung, dia biarkan air hujan menerpa wajahnya. Merasakan dinginnya air hujan di sore hari, "ALLAH, AKU INGIN DIA. JIKA KAU TIDAK BISA MENGEMBALIKAN NYA LAGI KE DUNIA. MAKAN BAWA SAJA AKU BERSAMANYA."

Catatan cintaku | Sudah Terbit Where stories live. Discover now