EMPAT BELAS

43 8 0
                                    

Mahveen dan Lavanya sedang berjalan di koridor kampus, mereka baru saja menyelesaikan kelas hari ini. Rencananya mereka akan pergi menjenguk Qila yang belum sembuh sampai saat ini.

"Qila gak masuk hari ini?" Azzam muncul dari belakang Mahveen dan Lavanya.

"Ganteng banget" gumam Mahveen.

"Iya Kak, enggak." jawab Lavanya karena Mahveen yang masih saja diam memandangi paras tampan dari Azzam.

"Oh gitu, kalian tau alamat Qila?" Tanya Azzam kembali.

"Tau Kak, ini kita mau kesana, mau barengan sekalian?" Mahveen menyela kalimat yang akan muncul dari mulut Lavanya.

"Maaf sekali, saya gak bisa ikut untuk sekarang. Boleh saya tau alamatnya saja?"

"Boleh, Kak"

*****

Qila sangat bosan hari ini, ia ingin berangkat kuliah tetapi badannya seakan menolak. Sehingga ia harus terus terbaring di tempat tidur ini.

Mahveen dan Lavanya tadi pagi sudah mampir ke rumahnya untuk memberikan sebuah sarapan untuknya. Mereka bilang, Qila harus istirahat total, tidak boleh mengerjakan pekerjaan apapun termasuk memasak.

Dering ponsel Qila menyadarkan lamunannya, tertera nama Kak Syabil di layar handphonenya.

Qila segera memakai hijab instannya sebelum ia mengangkat video call dari Syabil.

Meskipun Syabil halal untuk melihat rambut Qila, tetap saja Qila tak ingin memperlihatkannya. Qila sudah terlalu nyaman memakai hijab ketika bertemu dengan orang, maka dari itu ia tidak akan melepasnya di depan siapapun, mungkin hanya untuk suaminya.

Bagi Qila, dapat menutup auratnya secara sempurna adalah kenikmatan yang sangat ia syukuri, meski sekarang tak sedikit orang yang menatap kasihan ke arahnya karena harus berpenampilan tertutup kemanapun pergi.

"Assalamualaikum, Kak" ucap Qila sesaat setelah mengangkat video call dari Syabil. Disana terlihat ada Syabil sepertinya tengah duduk di sebuah sofa.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuhh"

"Kamu sakit?" Tanya Syabil, ia menyadari ada sedikit kepucatan di daerah bibir Qila.

"Kecapekan aja." Jawab Qila jujur.

"Dibilangin jangan terlalu over dengan pekerjaan atau tugas-tugas kamu disana. Kesehatan kamu sangat penting Qila. Disana kamu gak punya siapa-siapa, kamu harus jaga diri baik-baik "

Benar tebakan Qila, jika Syabil melihatnya seperti ini pasti akan mengomel.

"Iya Kak, ini udah dijaga. Emang cuacanya aja lagi gak stabil. Jadi mudah terserang penyakit." Bela Qila.

"Udah minum obat?"

"Udah"

Qila menatap Syabil dari layar handphonenya, nampak Syabil yang juga menatapnya dengan tatapan yang seperti tengah mengintimidasi.

"Astagfirullahaladziim, kak Syabil gak percaya?" Tanya Qila.

"Bagaimana Kakak bisa percaya kalau di rumah aja kamu sulit untuk minum obat. Apalagi disana, gak ada orang yang maksa kamu buat minum obat." Cerocosnya kembali.

Akhir Sebuah KisahWhere stories live. Discover now