TIGA PULUH TIGA

27 6 27
                                    

Qila menatap kepergian Najwa dan Zean dengan tatapan sendu, yang ia takutkan terjadi. Ia dapat melihat dengan jelas bagaimana kecewanya Najwa tadi. Air mata tak henti mengalir di pipi mulus Qila. ia tak tahu harus bagaimana, Najwa pun sudah tidak mau mendengarkan penjelasannya.

Mata Qila membulat sempurna ketika mengingat sesuatu, karyawannya. Dengan segera ia melangkahkan kakinya menuju butik sembari mengusap-usap sisa air mata yang ada di pipinya.

"Assalamualaikum, maaf ya. Tadi ada sedikit kendala." Salamnya ketika memasuki butik. Ia sangat merasa bersalah, karena masalah pribadi karyawannya harus kena imbasnya.

"Gak papa kok mbak, kita malah makasih banget karena dibeliin makanan." Terang salah satu karyawan Qila dengan senyumannya.

"Mbak Qila sudah makan?" Tanyanya kemudian dan diangguki Qila. "Kalian makan aja ya, saya mau masuk dulu." Kata Qila dan berlalu menuju ruangannya.

"Mata mbak Qila merah gak sih? Kayak habis nangis?" Salah satu karyawan berceletuk sesaat setelah Qila tak terlihat dari pandangan mereka.

"Huss, kalau mbak Qila gak cerita. Kita gak berhak ikut campur." Tegur salah satunya lagi dan disetujui oleh temannya yang lain.

***********

Najwa keluar dari mobil Zean dengan tergesa-gesa, bahkan kini gadis itu berjalan dengan sangat cepat seperti berlari memasuki rumahnya.

"Najwa, Najwa." Panggil Zean namun tak dihiraukan oleh Najwa. Wanita itu terus saja berjalan cepat, tujuannya saat ini adalah kamarnya.

Sesampainya di kamar, Najwa mengambil sebuah koper yang tersimpan di lemari paling bawah. Ia buka dengan cepat dan memasukkan beberapa pakaiannya ke koper warna abu-abu itu.

"Najwa kamu mau kemana?" Tanya Zean setelah ia sampai dan menyadari bahwa Najwa kini tengah memberesi barang-barangnya.

"Aku mau pulang ke rumah orang tua aku, mas." Jawab wanita itu, pipinya masih saja basah dialiri oleh airmata, entahlah ia tak sanggup menghentikan air mata itu.

"Gak, gak boleh." Zean mencekal tangan Najwa yang terus memasukkan baju-bajunya ke dalam koper.

"Lepasin mas," pinta Najwa sambil berusaha melepaskan cekalan Zean, meskipun tidak begitu erat tetap saja ia butuh tenaga ekstra untuk melepas cekalan Zean.

"Enggak, aku gak akan lepasin kamu sebelum kamu denger penjelasan aku dulu."

"Penjelasan apalagi yang harus aku denger mas? Semua sudah jelas."

"Sudah berapa kali aku bilang, kamu salah paham Najwa."

"Bukti apa yang bisa menguatkan persepsi mu itu mas, tunjukkan padaku."

"Bukti? Dimana aku bisa nemuin itu Najwa? Kami tidak ada hubungan apapun, gak akan ada yang bisa aku tunjukkan" jelas Zean terus membela diri.

"Aku punya bukti jelas dan kamu enggak, bagaimana aku bisa mempercayai mu mas." Najwa kekeh dengan pendiriannya, " lepas mas. Aku beri kamu waktu satu minggu untuk mencari bukti bahwa kamu tidak ada hubungan apapun sama Qila. Dan selama seminggu itu jangan ganggu aku sama Aina." Putus Najwa dan berlalu pergi dari hadapan Zean yang terus mencoba mencegahnya pergi.

"Bukti apa yang kamu minta Najwa? Aku harus bagaimana?" Zean bergumam parau, apakah hubungan pernikahannya dengan Najwa akan berakhir dengan kesalahpahaman ini?.

Akhir Sebuah KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang