18. Ketahuan?

923 36 2
                                    

Pintu terbuka perlahan, memperlihatkan dua insan berbeda usia itu saling berbincang ramah. Berbalut jas hitam yang terlihat pas ditubuh tegapnya, Nalendra begitu terlihat menawan dengan tatapan biru safirnya yang tajam. Rafa tidak berhenti menyunggingkan senyumnya kala melihat calon menantunya yang menenteng banyak paper bag dan tentunya dari merk yang terkenal.

"Masuklah Al, Lea ada dikamarnya."

Tanpa menjawabnya Nalendra melangkahkan kakinya dan berjalan menuju kamar gadisnya, namun sebelum itu ia menaruh paper bag itu di atas meja sembari tersenyum sinis menatap Rafa. Ia mengambil salah satu paper bag, dan menatapnya lembut. Ini adalah hadiah spesial untuk gadisnya.

Sampai di ambang pintu Nalendra menghentikan langkahnya, aroma parfum yang begitu menguar sangat mengusik indera penciumannya. Lelaki itu tersenyum smirk, lalu menoleh kesamping. Menatap Emely yang memandangnya penuh takut, lalu wanita paruh baya itu memasuki kamarnya dan mengunci pintunya.

"Berani kau bermain-main denganku baby..." desis Nalendra tajam seraya menatap Rafa yang sibuk melihat isi paper bag yang ia bawa. "You made a big mistake Leana!"

Brak!

Sekali tendangan pintu itu hancur tidak tersisa, namun suaranya tidak mampu mengalihkan perhatian Rafa pada hadiah-hadiah mewah yang dibawa oleh Nalendra. Lain hal nya dengam Emely yang sudah menangis di kamarnya dengan membekap mulutnya sendiri. Putrinya telah melakukan kesalahan besar, tapi ia tidak bisa menyalahkan Leana sepenuhnya untuk itu tapi suaminya.

Iris mata biru safir itu menatap tajam setiap inci dari kamar kekasihnya, dengan melihat barang-barang yang berserakan ia sudah tahu apa yang terjadi sebelumnya. "Fuck you baby!" desisnya dengan amarah yang semakin berkobar dan melempar paper bag yang ia bawa hingga cincin di dalamnya terjatuh begitu saja.

Berbagai jenis dan warna dari one shoulder dress, alat make up, catokan curly, sepatu hak tinggi, semuanya berserakan di tempat tidur Leana seolah gadisnya begitu berusaha untuk memilih yang terbaik. Selama bertahun-tahun ia tidak pernah mengetahui jika tunangannya memiliki barang seperti ini. "Kau menyembunyikannya dengan sangat baik Leana." smirknya seraya meremat salah satu long dress yang terbelah pada bagian kirinya.

Nalendra berjalan ke meja rias gadisnya, dan mendudukkan dirinya sejenak. Lelaki itu tersenyum smirk, parfum yang sama. "Berapa banyak parfum yang kau gunakan untuk kencan malam ini baby?" lirihnya seraya tertawa hambar. Salahkan ia jika terlalu membiarkan gadisnya untuk berkeliaran bebas. "No problem baby, aku akan datang untuk menjemputmu." ujarnya seraya berdiri, namun sejenak ia berkaca hingga detik kemudian kaca itu hancur berkeping-keping.

"Kau akan hancur seperti kaca ini bersama kekasihmu Leana sayang!" desisnya dan berlalu keluar dengan tangan penuh darah yang sibuk mengambil revolver di sakunya.

"Barnard!" teriaknya lantang, hingga tak butuh waktu lama datanglah seorang lelaki tampan berperawakan tinggi tegap yang membungkuk di hadapannya.

"Iya tuan."

"Buang semua barang yang ada di dalam!" titahnya sebelum berjalan menuruni anak tangga dengan amarah yang berkobar.

"Baik tuan!"

Dor!

"Arrhhggg!!!"

Tepat sasaran, timah itu mengenai punggung tangan Rafa yang terlihat sibuk mencoba barang-barang mewah itu. "Kau terlalu sibuk dengan duniamu! Sedangkan putrimu sedang berkencan dengan lelaki lain!" teriak Nalendra lantang sambil menodongkan revolvernya di kepala ayah dari tunangannya.

"Aarhhggg, a-apa?" gumam Rafa terkejut sambil memegang tangannya yang penuh darah, rasanya panas dan tangannya seperti mau hancur.

Prang!

"Fuck!"

Meja kaca itu hancur begitu saja ketika Nalendra menendangnya sebelum berlalu pergi untuk menjemput gadisnya. "I'm coming baby." seringainya seraya bersiul dan menaruh kembali revolvernya, meninggalkan Rafa yang terdiam dengan tangan yang bersimbah darah. Putrinya sudah berani mempermainkan dirinya, jika tahu akan begini ia akan mengikat Leana di gudang belakang.

Sepeninggal Nalendra, Emely keluar dari kamarnya dan menghampiri suaminya yang terluka setelah mendengar tembakan yang begitu keras.

"Ayah apa yang t-terjadi?"

"Putri sialanmu itu! Hari ini dia telah membahayakan nyawaku!" bentak Rafa lantang sembari memperban tangannya yang kemudian dibantu oleh Emely.

"Jangan berkata begitu, c-cepat selamatkan Lea. Nalendra sepertinya marah besar..." isak tangis Emely sambil memohon pada suaminya untuk menghentikan Nalendra.

Rafa menatap istrinya datar, sebelum mendorongnya ke lantai. "Diam! Kau sama saja seperti putrimu! Dia pantas mendapatkannya!"

"Rafa!" bentak Emely lantang sambil menatap suaminya tajam, entah ayah macam apa suaminya itu yang sama sekali tidak peduli pada putrinya.

Plak!

Emely kembali tersungkur seraya memegang pipinya yang terasa kebas. Selain egois, suaminya juga orang yang ringan tangan.

"Berani kau membentakku hah?!" teriak Rafa lantang seraya menjambak rambut istrinya kasar. "Dasar wanita tidak tau di untung!" desisnya dan melempar Emely kasar namun ia terkejut ketika ada orang yang menahannya. Iris mata hitam pekat itu menatap Rafa penuh kebencian.

"Bangunlah nyonya..." ujarnya sopan sembari membantu Emely untuk berdiri.

Iris mata hitam pekat itu tidak terlepas dari wajah Rafa yang terlihat haus akan kekayaan itu. Barnard mendekat sembari mengambil sesuatu dari saku celananya. "Jika kau melakukannya lagi, maka bukan hanya tangan. Kepalamu yang akan hancur disini!" desis Barnard tajam, yang dibalas acuh oleh Rafa.

***

Malam semakin larut, sebuah mobil terus berjalan membelah malam. Lelaki itu mengusap wajahnya kasar seraya tertawa hambar. Berani sekali gadisnya mempermainkan dirinya. Meski tidak sulit untuk menjemputnya, tapi ia paling tidak suka dengan pengkhianatan. Nalendra terus menjalankan mobilnya untuk menuju ke atas bukit.

"Kencan yang romantis baby," lirihnya dengan seringai yang mengerikan. "Namun sayang, sepertinya malam ini akan ada nyawa yang di korbankan." Nalendra menelisik sekitar dan menghentikan mobilnya.

"Ini sangat indah..."

"Tidak lebih indah dari dirimu sayang..."

"Aku bahagia, sangat."

Nalendra mengusap wajahnya kasar sembari menengadahkan kepalanya ke atas, menatap cahaya rembulan yang seakan menusuk retinanya. "Percapakapan yang manis baby dan kau berhasil membuat diriku merasa terbakar!" desisnya tajam ketika mendengar percakapan yang menusuk pendengarannya. Siapapun lelaki itu, tidak akan lepas dari genggamannya sebelum maut menghampiri.

"Pelukan yang romantis," lirihnya sambil berjalan mendekat. Leana-nya kini tengah berpelukan mesra dihadapannya dengan lelaki lain sambil menikmati pemandangan malam.

"Memikirkanku baby?" ujarnya sambil memainkan revolver ditangannya.

Rambut yang di curly, make up, one shoulder dress hitam yang terbalut indah ditubuh gadisnya telah dinikmati oleh lelaki lain. Iris mata hitam pekat yang membulat sempurna ketika melihatnya, membuat Leana terlihat semakin cantik.

Nalendra berjalan mendekat dengan tatapan yang tak lepas dari wajah terkejut Leana. " You are so beautiful baby." lirihnya seraya mengambil helai anak rambut yang terbawa angin, parfum itu lagi. Lelaki itu tersenyum dan mengecup pipi gadisnya lembut di hadapan Melvian.

"Apa-apaan lo hah?!" teriak Melvian tidak terima seraya mendorong Nalendra kasar. Nalendra tidak menanggapinya, lelaki itu tidak bisa melepaskan tatapannya dari wajah cantik gadisnya.

"Pergi Melvian!" desis Leana sembari mendorong lelaki itu agar segera pergi darisana.

"Mencoba menyelamatkan kekasihmu baby?"

"Gue bilang pergi Melvian!" teriak Leana keras ketika melihat gerak-gerik Nalendra, ia tahu apa yang akan lelaki berdarah dingin itu lakukan selanjutnya.

Dor!

Dendam dan Siksa PerjodohanWhere stories live. Discover now