Bab 2

54 37 78
                                    

Selamat Membaca...

Suasana riuh khas kelas terdengar sampai keluar. Mulai dari suara siswi yang bernyanyi ala kontestan Indonesian Idol, suara tangan yang memukul meja seperti memainkan drum milik anak band hingga suara sekumpulan siswi yang bergosip sejak tadi pagi. Maklum kelas Tata Busana memang dipenuhi cewek-cewek cerewet yang banyak tingkah. Keramaian itu tiba-tiba berubah menjadi hening saat Pak Boim masuk ke dalam kelas.

"Selamat Pagi anak-anak." Sapa Pak Boim ramah.

"Pagi, Pakkkk." Jawab seluruh siswi dengan serempak.

"Sebelum kalian mulai mengisi soal, marilah kita berdoa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing. Berdoa mulai..." Perintah Pak Boim kepada seluruh siswi.

Setelah berdoa Pak Boim mempersilahkan siswinya untuk segera log in dan mengerjakan soal dengan baik. Ujian di SMK 45 menggunakan sistem dalam jaringan dengan memanfaatkan gadget atau handphone. Jika ada yang berpendapat bahwa hal itu memudahkan siswa untuk searching jawaban di google adalah sebuah pendapat yang salah.

Bapak dan Ibu guru jurusan Teknik Komputer dan Jaringan sudah mendesain sebuah aplikasi tempat siswa siswi melaksanakan ujian. Aplikasi itu tidak bisa log out sebelum waktu ujian selesai. Hal itu membuat siswa tidak dapat membuka aplikasi google atau pun browser saat ujian berlangsung.

Sebelum Pelangi membuka aplikasi ujian, jarinya menekan notifikasi WhatsApp yang baru saja muncul.

Alkana' TPK:
P

Jadi yang tadi itu lo, Nggi. Baru kali ini gue ketemu lo secara langsung. Biasanya cuma lihat story lo doang itu aja wajah lo ketutup stiker.

Btw, lo bisa nyanyi kan. Gimana kalau pensi besok kelas kita colab. Lo yang nyanyi gue yang gitar. Mau nggak?😁

Gimana?

Pelangi tidak membalas pesan itu. Setelah membacanya sampai selesai dia beralih ke aplikasi ujian dan segera memasukkan token agar terhubung dengan server. Jari-jarinya mulai memilih opsi jawaban A B C dan D. Dia menjawab setiap pertanyaan dengan teliti. Siswi ambisius ini selalu meraih predikat baik di setiap semesternya.

Di kelas lain terlihat Alkana yang masih menunggu balasan pesan dari Pelangi. Sudah hampir sepuluh menit terlewat tapi handphone berlogo apel itu masih setia dengan aplikasi WhatsApp.

"Mood akan hilang akibat pikiran sendiri. Berhenti mengharapkan sesuatu yang tidak pasti, Al." Alkana mengatakan itu kepada dirinya sendiri. Mood-nya akan hilang jika dia memikirkan sesuatu yang tidak pasti. Ya, sesuatu yang Alkana miliki dari Pelangi hanyalah kontak WhatsAppnya bukan hatinya.

"Bro, nomor lima jawabannya apa?" Tanya Jodi kepada Alkana yang duduk bersebelahan. Pertanyaan itu telah membubarkan lamunannya.

"Belum log in." Jawab Alkana singkat sambil menyambungkan WiFi kelas ke handphonenya.

"Buruan log in! Pertanyaannya tentang pasal-pasal. Susah nih gue nggak bisa jawab." Perintah Jodi dengan nada yang terdengar seperti memaksa.

Mendengar omongan Jodi tentang pertanyaan yang susah membuat tangan Alkana segera menyalin token yang sudah tertulis di white board ke dalam aplikasi ujian.

"Penegasan atas jaminan hak warga negara untuk mengembangkan nilai-nilai budayanya disebutkan dalam UUD 1945 pasal berapa...." Alkana membaca soal dalam hati kemudian menjawabnya.

Setelah 30 menit berlalu Alkana menyodorkan benda pipih berlogo apel ke teman yang ada di sebelahnya.

"Nih udah selesai." Ucap Alkana.

MENYULAM MIMPI PELANGI (Tahap Revisi Sebelum Terbit)Where stories live. Discover now