Bab 4

37 10 14
                                    

Selamat membaca...

Tiga motor Scoopy beserta helm Cargloss sudah terparkir di garasi. Pemiliknya kini berada di dalam kamar yang cukup luas. Wallpaper dinding yang didominasi warna mocca dan abu tua, beberapa foto Abel dari kecil hingga remaja pun terpasang di sana.

Mereka duduk di karpet yang berada di depan ranjang, mempersiapkan masing-masing tugas yang akan mereka kerjakan. Satu lembar kertas putih yang siap disulap menjadi sebuah karya dan drawing pen berbagai ukuran yang siap bergelut dengan kertas putih itu.

"Tema desain kali ini tentang traveling wear. Kira-kira desain yang cocok gimana ya? Simpel aja deh biar cepet. Ah, tapi selera Bu Maurin tuh desain yang aneh-aneh. Hmmmm." Abel terlihat mulai frustasi, ia menggigit bibir bawahnya. Sesekali manik mata gadis itu melirik kertas yang berada di hadapan Hellen, masih putih bersih tanpa ada bekas penghapus atau coretan pensil sedikitpun. Belum terlihat tanda-tanda ide yang muncul dari keduanya.

Berbeda dengan Pelangi, ia tak perlu susah payah menyelesaikan tugas ini. Hanya dengan hitungan detik berbagai macam ide sudah bergelantungan di kepalanya. Tanpa pikir panjang, ia menumpahkan semua ide itu menjadi sebuah karya yang elok dipandang.

"Coba deh kalian cari referensi di pinterest." Pelangi memberikan saran kepada dua sahabatnya yang sama-sama menyenderkan kepalanya di bantal bentuk bintang yang sedari tadi ada di pangkuan.

"Nah, bener juga tuh." Dengan cepat Hellen mengangkat kepalanya. "Tapi, kuota gue lagi sekarat." Gadis itu menenggelamkan kepalanya lagi.

"Abel cantik seIndonesia tanpa spasi." Celetuk Abel.

Hellen dan Pelangi mengernyitkan keningnya. Tak paham dengan maksud perkataan Abel barusan.

"Semua cewek cantik kali. Bukan lo doang." Sahut Hellen dengan nada lirih namun masih terdengar di telinga Abel.

Tangan Abel merebut handphone yang berada di genggaman jari-jari Hellen. Ia menekan ikon WiFi. "Jangan lupa bilang thank you." Ucapnya seraya mengembalikan benda pipih itu ke pemiliknya.

"Aaah, thank you Abel cantik." Balas Hellen, ia meringis memperlihatkan gigi gingsulnya yang manis.

Sesekali terdengar suara riuh mereka yang meributkan warna yang cocok untuk masing-masing desainnya. Setelah melewati berbagai drama, akhirnya tiga gadis yang masih mengenakan seragam tersebut berhasil merampungkan tugasnya.

"Gila sih, capek banget jadi anak tabus, tiada hari tanpa tugas. Udah mau liburan aja masih ngerjain ini itu." Gumam Hellen yang mulai kesal.

"Sabar, namanya juga sekolah pasti banyak tugas." Sahut Pelangi.

"Emmm, gue tau kalian pasti lapar, kan? Bentar gue ambilin makanan." Ujar Abel yang mulai berdiri dari posisinya.

Tak perlu waktu lama, abel sudah kembali dengan membawa nampan yang berisi beberapa slice pizza dan tiga gelas coklat panas.

Tak terasa, langit sudah mulai gelap. Mereka menghentikan aktivitasnya kala azan magrib terdengar. Gemericik air wudu mulai membasuh beberapa bagian tubuh mereka.

***

Pelangi dan Hellen melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Beberapa menit yang lalu mereka beranjak dari rumah Abel. Pelangi membunyikan klaksonnya kala mendapati motor Hellen yang mulai menepi. Sahabatnya itu melambaikan tangannya dan memasuki gerbang yang sudah dibukakan oleh Pak Satpam. Ya, jarak antara rumah Hellen dan Abel memang tak jauh.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 16, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MENYULAM MIMPI PELANGI (Tahap Revisi Sebelum Terbit)Where stories live. Discover now