Chapter Three

36 1 1
                                    

Sebuah mobil hitam berhenti di sebuah bagunan besar dan menjulang tinggi. Yep, Plaza Hotel Penthouse di Seoul. Kang Chul turun dan mengisyaratkan supir nya agar tak menunggunya. Lalu ia memasuki hotel tersebut dan di sapa hangat dengan para staf Hotel. Kang Chul berjalan menuju ke lift lalu menekan tombolnya. Setelah pintu terbuka ia masuk ke dalam lift.

Setelah pintu lift terbuka kembali, ia keluar dan memasuki sebuah ruangan. Tak heran jika para pelayan dan staf hotel menyambutnya dengan ramah. Itu sudah biasa baginya. "Selamat datang presedir" Ucap seorang pelayan wanita sambil mengikuti langkah Kang Chul.

"Apa yang perlu kusiapkan untukmu. Kau ingin mandi?" Tanyanya ramah.

Kang Chul memberhentikan langkahnya. "Aku hanya ingin beristirahat." Jawabnya lalu pelayanan itu mengangguk.

"Baiklah. Jika kau membutuhkan sesuatu panggilan saya" Ucapnya lalu pergi.

Kang Chul berjalan menuju ke kamarnya dan pintu kamarnya terbuka otomatis. Ia langsung masuk dan merebahkan tubuhnya di kasur. Hari ini ia memutuskan untuk tidur di penthouse miliknya.

-

Seorang gadis berlari dengan kencang memasuki rumah sakit Universitas Myungsei. Ia benar-benar akan habis di marahi oleh Profesor nya. Sambil menekan tombol lift berkali-kali, ia melihat jam yang melingkar di tangannya

"Cepatlah terbuka, ah pintu lift sialan ini lama sekali! " Umpatnya kesal.

Setelah pintu lift terbuka ia buru-buru masuk dan tak memperdulikan dirinya yang berdesakan dengan orang-orang. Ponselnya terus berdering dan sangat berisik. Tertera nama Profesor di layar ponselnya.

"Habislah aku! " Ucapnya merutuki dirinya sendiri.

Akhirnya pintu lift terbuka. Ia segera keluar dan berlari menuju ke sebuah ruangan. Diambillah Hair Cap, masker, Latex Gloves, dan seragam OKA nya lalu dipakai. Hari ini ia akan melakukan operasi pada seorang pasien. Sebelum itu ia mencuci tangannya dengan sabun dan menyikatnya.

Selesai mempersiapkan diri ia memasuki ruangan operasi dengan gemetar. Bukan gemetar karena akan melakukan operasinya tapi karena bertemu dengan Profesor nya. Setelah memasuki ruangan tersebut, ia mendapat tatapan tajam. Tentunya dari Profesor Park.

"Maaf aku terlambat" Ujarnya gemetar sambil menunduk.

"Namamu Oh Yeon Jo. Itulah masalahnya. Nama itu selalu terkutuk" Jawab Profesor Park yang tangannya sudah berlumuran darah. Ia menatap gadis itu dengan datar.

"Maafkan aku" Ujarnya sekali lagi.

"Setelah ini kau datang ke ruangan ku" Ucapnya lagi tanpa menatap Yeon Joo. Ia sedang fokus membersihkan darah yang menggumpal di jantung pasien.

"Baiklah" Jawab Yeon Joo pasrah.

Setelah operasi berjalan dengan lancar, Yeon Joo membersihkan alat-alat bedah dengan yang lainnya. Ia mendengus kesal sembari mencuci tangannya.

"Kau terlambat lagi Dr. Yeon Joo" Seorang pria menghampiri gadis yang sedang menggerutu itu.

"Ya, si anjing gila itu menyuruhku untuk ke ruangannya sekarang" Balas Yeon Joo dan mendapat semburan tawa dari teman prianya itu.

"Park Seok Bom-si, kau bisa diam?" Ujar Yeon Joo sakartis.

Pria yang bernama Seok Bom itu masih menertawai Yeon Joo. "Temuilah. Jangan takut. Aku percaya kau berani" Ujarnya tak yakin.

Yeon Joo meghela berat. "Ya, setelah ini aku akan dihukum" Balasnya lalu berjalan meninggalkan Seok Bom.

"Hwaiting!" Teriak Seok Bom dari jauh dan tak mendapat balasan dari gadis itu.

Oh Yeon Joo's My Destiny Where stories live. Discover now