19.Salah Tingkah

1.6K 156 18
                                    

Pagi ini Adisya berangkat bersama Aji. Sebenarnya ia berencana memesan taksi online tadinya. Tapi saat ia hendak memesan, mobil hitam milik Aji berhenti di hadapannya. Lalu Aji mengajaknya untuk berangkat bersama.

"Makasih yah, kak!" Ujar Adisya.

"Iya, maaf yah akhir-akhir ini gue sibuk sama OSIS!" Ujar Aji.

"Iya, gak papa kok. Justru aku seneng, karena kakak bertanggung jawab sama organisasi yang kakak pimpin!" Puji Adisya tulus. Ia mengakui bahwa Aji memang mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi.

"Hehe, makasih!" Ujar Aji malu. Jika saja yang memujinya bukan Adisya, mungkin ia akan biasa saja sekarang.

Adisya menganggukan kepalanya sembari tersenyum manis. "Yaudah, ayo turun!"

Mereka turun dari mobil itu secara bersamaan. Kini mereka berjalan bersama menuju kelas. Hingga sampai di kelas sang gadis, Aji mengobrol sebentar sebelum akhirnya melanjutkan langkahnya.

"Lah, kok bisa bareng kak Aji?" Tanya Riri heran. Pasalnya tadi Adisya bilang jika ia akan naik taksi online. Jadi, mungkin Adisya akan tiba lebih siang karena tidak tau kapan akan mendapatkan taksi online.

"Ketemu tadi di jalan. Jadi sekalian katanya!" Jawab Adisya.

"Sya, lo gak sadar?" Tanya Riri penasaran.

"Maksudnya? Aku gak sadar apa emang? Rambut aku berantakan? Tapi kan naik mobil tadi! Make up aku berantakan? Tapi kan aku gak make up juga! Aku cuma pakek lipt-"

"Denger gue wahai bestie gue yang paling gak peka sedunia!" Potong Riri gemas. Dan dengan polosnya Adisya malah menganggukkan kepala dengan wajah polosnya itu. Hal itu membuat Riri menahan tangannya yang akan meraup muka Adisya. Kemudian Riri menghembuskan nafas pelan guna menetralkan rasa gemasnya.

"Sya, kak Aji itu su-"

Suara bel masuk membuat Riri menggantungkan ucapannya. Bersamaan dengan itu, otak Riri memproses sebuah ingatan. Dimana ia seharusnya mengumpulkan PR matematika hari ini. Yang lebih parahnya ialah guru matematika mereka terkenal sangat killer di sekolah ini.

"Kak Aji, kenapa?" Tanya Adisya penasaran.

"SYA, GUE LUPA NGERJAIN PR!!!" Teriak Riri yang membuat Adisya menggelengkan kepalanya.

***

Di tempat lain, sepasang sahabat itu tengah terlibat perang dingin. Pasalnya, salah satu nya tidak ingin mendengarkan saran dari rekannya itu.

"Sama Allea lo gak sebucin ini?!" Ujar Tommy dengan nada kesal.

"Gue gak bucin, gue cuma mau makan seblak!" Jawab Tiger cuek.

"Alah, bilang aja mau liat cewek yang suka banget seblak!" Ledek Tommy yang langsung dihadiahi tatapan kesal oleh Tiger.

"Lagian orang mah sekolah yah karena pengen belajar, menuntut ilmu gitu. Tapi lo mah cuma mau makan seblak!" Cibir Tommy.

"Gak usah bacot!" Ujar Tiger sebal.

"Heh?! Kalau ibu sampai tau, bisa bisa gue yang di marahin! Lagian ngeyel banget, udah di bilangin jangan dulu sekolah!" Ujar Tommy kesal.

"Udah ah ayo kantin!" Ajak Tiger santai sambil berjalan lebih dulu. Tommy mengikuti Tiger sembari menggerutu.

Saat ini Tiger sudah sampai di kantin yang sudah ramai oleh para siswa. Tiger mengedarkan pandangannya ke segala arah. Mencari seorang gadis yang menjadi tujuannya datang kesana.

Tiger And His Soul MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang