🍁Go Home🍁

19 1 0
                                    

"Kapan lagi kalian bakal menginap di sini?" Mama terus merengek tak rela dengan pamit Pandu dan Jihan yang akan kembali pulang.

"Ma.... Jihan dan mas Pandu gak akan mungkin terus di sini." Pusing menangani sikap berlebihan Mamanya.

"Jangan dianggap serius. Mama kamu ini cuma basa-basi saja."

BUGHHH........

Bantal terlempar mengenai wajah Papa. Mama kesal dianggap remeh.

Inilah yang membuat Jihan selalu tak nyaman berlama-lama berada di rumahnya. Papa terus menyulut emosinya. Ia jadi ragu apakah Pandu akan nyaman dengan perdebatan ia dan Papanya.

"Insyaallah Ma.... Pa.... Pandu dan juga Jihan kapan-kapan sempatkan menginap lagi. Tapi, gak mungkin sesering mungkin. Soalnya, terkadang Pandu sulit membawa pekerjaan ke rumah Mama dan Papa kalau semua perlengkapan Pandu tidak lengkap. Atau, lain kali Mama sama Papa juga boleh menginap di rumah kita."

"Iya Pandu. Aman itu. Mama kamu saja yang terlalu berlebihan. Aawww...."

Cubitan kuat di pinggang Papa. Mereka pun terkekeh melihat ringisan sakit di pinggang Papa.

Papa berjalan merapat di belakang Pandu. Berniat untuk membisikkan sesuatu.

"Papa sudah selipkan ramuan kuat untuk kamu Pandu. Langsung diminum dan gaskeun! Supaya benih janin cepat tumbuh di perut Jihan. Jangan kasih ampun anak badung itu. Ok!"

Pandu menggaruk tengkuknya. Ia hanya mengangguk kaku.

Semua tas dan 1 koper sudah berada di bagasi. Tak lupa juga beberapa pot tanaman yang sudah Jihan minta langsung dari Mamanya ia bawa. Pak Rejo membantu menata letak tanaman itu di bagasi mobil Pandu.

"Semoga tumbuh subur ya Non. Kalau masih butuh saran bapak, langsung singgah kemari ya Non."

"Siap pak Rejo. Makasih ya Ma bunganya."

"Iya Sayang." Pelukan dan kecupan di kedua pipi sang anak.

Mereka mencium tangan Mama dan Papa untuk pamit pulang.

"Assalamualaikum Ma.... Pa...."
"Waalaikumsalam...."

...🍁~🍁...

Jihan dan Pandu langsung merapikan pakaian mereka ke ruang pakaian. 1 botol kaca sedang Jihan temukan. Berisi cairan berwarna sedikit kecokelatan. Ia bingung itu apa. Sebab, barang aneh yang tak pernah ia lihat.

"Ini apaan??"

Pandu yang melihat ke arah tangan terangkat Jihan yang mengamati botol kaca baru ngeh apa itu.

Dengan sigap ia mengambil dan menyembunyikan botol kaca itu. Ia yakin, botol ini pemberian Papa mertuanya. Ramuan yang dimaksud Papa pasti botol kaca ini.

Jihan berusaha meraih botol itu saking penasarannya.

"Bukan apa-apa Sayang. Cuma.... hmm.... vitamin. Iya, ini vitamin mas. Hehehe...."

Mata Jihan menyipit tajam mencari keyakinan dari mata gugup Pandu.

"Vitamin?? Sejak kapan Mas rajin minum vitamin?"

"Hmm.... udah ya Sayang. Ini beneran vitamin kok. Tenggorokan mas beberapa hari ini sakit dan kurang enak badan juga." Jawab asalnya.

Jihan menempelkan telapak tangannya di kening Pandu ingin merasakan suhu tubuh Pandu. Tapi sama sekali tak ia temukan hawa panas pada tubuh Pandu.

Pandu menarik tangan Jihan dari keningnya.

"Sayang.... mas cuma sakit sedikit aja. Tidak perlu sekhawatir itu."

Takdir TerciptaWhere stories live. Discover now