FW 38

909 122 81
                                    

Selamat membaca!

.

.

.

.

.

Mengusap air mata dengan kasar, Wang Yibo memantapkan langkah untuk pergi. Menutup pintu ruang rawat dengan sangat lembut seolah sosok yang berada di dalam akan terjaga hanya dengan sedikit kebisingan. Ketika berbalik badan, sepasang kaki lain memenuhi setiap sudut netranya. Kepala yang mulanya menunduk segera mendongak dan menangkap wajah seseorang yang sangat dikenalnya kini dipenuhi air mata.

Wang Yibo merasa enggan untuk sekedar memperhatikan pihak tersebut. Bersikap apatis, dia berjalan dan tidak menghiraukan suara yang terus menerus memanggil namanya. Namun, tidak lagi bisa abai ketika merasakan tangannya digenggam dengan sangat erat, membuat segala pergerakan terhenti seketika. Baru di saat itulah atensi Wang Yibo terbagi. Menatap dengan raut wajah yang tidak bersahabat, beberapa kerutan samar mulai mengisi kekosongan wajah ketika mendengar penuturan pihak lain.

"Wang Yibo, maafkan aku."

"Untuk apa kamu meminta maaf?" Alis Wang Yibo mengerut tajam seiring beragam emosi negatif berlabuh di dasar hati.

Baekhyun menghela nafas panjang sebelum menjelaskan maksud dari ucapannya. Banyak waktu termakan untuk memberi penjelasan secara rinci, tanpa kurang atau lebih. Sementara Wang Yibo mempermainkan ekspresi dengan baik. Mulai dari terkejut, marah, kecewa, bahkan tertawa miris. Menertawakan takdir yang seolah mempermainkan hidupnya. Melimpahkan semua kesalahan atas nasib buruknya kepada takdir. Pantaskah dia menyalahkan takdir?

Tangan Wang Yibo mengepal kuat, rahangnya mengeras seiring pertanyaan dengan nada kemarahan yang tak terbendung dilontarkan, "Kenapa kamu melakukan itu? Apa kamu ingin membalas dendam?"

Baekhyun menggeleng dengan cepat, dia sama sekali tidak memikirkan tentang balas dendam. Dia memiliki perasaan cinta yang murni untuk Wang Yibo, tidak ada unsur lainnya. "Itu karena aku mencintaimu."

Tatapan tajam Wang Yibo seketika mengarah sepenuhnya kepada Baekhyun, membuat yang ditatap merasa kecil dan tidak berdaya hanya untuk sekedar menopang tubuh. Tubuhnya terasa lemas dan perlahan merosot ke bawah. Wang Yibo dengan sigap menahan agar tubuh pihak lain tidak terjatuh. Kedua tangan kekar dibawa untuk menjadi penyangga tepat di leher Baekhyun. Tindakan itu jauh lebih buruk daripada terjatuh di lantai. Baekhyun berusaha melepaskan cekikan Wang Yibo di lehernya. Namun, semakin besar usaha yang dilakukan, cekikan lelaki tampan itu semakin kuat. Sama sekali tidak menemukan tanda-tanda bahwa dia akan dilepaskan secara hidup-hidup.

Baekhyun tidak sanggup merasakan rasa sakit yang semakin menjalar di sekitar leher. Saluran nafasnya terhimpit, membuat bibirnya terbuka seperti ikan yang menggelepar di atas tanah. Wang Yibo tidak bisa dihentikan, mungkin dia bersedia berhenti ketika pihak lain telah menempuh kematian. Baekhyun tidak ingin menyerah, dia masih berusaha memukul tangan kekar yang mencekik lehernya.

"Tidak bisakah kamu membenciku seperti di masa lalu? Seharusnya kamu tidak mencintai anak dari orang yang telah membuat kakakmu mati!" seru Wang Yibo penuh penekanan. "Tidakkah kamu malu kepada kakakmu?!"

Genangan air di mata Wang Yibo tidak dapat dibendung lagi ketika mengingat kejadian suram di masa lalu. Kejadian di mana orangtuanya menjadi penyebab utama kematian Luhan. Mereka mengemudi dalam kondisi mabuk, tidak dapat mengemudi dengan tenang dan berakhir dengan menabrak pembatas jalan. Sialnya, pada saat itu Baekhyun menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana tubuh sang kakak terhimpit di antara mobil dan pembatas jalan. Menyaksikan bagaimana nyawa sang kakak direnggut secara tragis. Meski dia masih kecil, dia tahu bagaimana tersiksanya Luhan ketika masih berusaha memperjuangkan hidup.

FROSTY WINTER (YIZHAN) ✔Where stories live. Discover now