-10-

64.4K 6.5K 33
                                    

Riana melangkah ringan menyusuri jalan menuju rumahnya.

Merentangkan tangan layaknya sedang peregangan, sembari bersenandung ringan sebelum langkah nya terhenti dan hampir saja terjungkal ke depan.

Namun untungnya keseimbangan nya sangat bagus, ia menopang pada lututnya, dan melihat makhluk kecil yang sedang menutup mata dengan kedua tangan nya berada di atas kepala.

Bahkan kedua telapak tangan mungil  itu tak bersentuhan sedikitpun karena ukuran tangan nya yang pendek. Terlihat menggemaskan.

"Maaf ya dek, kakak nggak lihat jalan tadi, asik nyanyi-nyanyi, kamu jadi hampir jatuh gini," ujar Riana merasa bersalah membantu gadis kecil itu berdiri.

Ukuran nya hanya sebatas lutut Riana, mungil.

"Ana ndak jadi jatuh?" Celetuk gadis kecil itu bertanya dengan mata membulat hampir menangis, mungkin masih syok.

"Nggak sayang, maaf kakak nggak sengaja," jawab Riana mengelus punggung gadis kecil itu.

Bibir gadis kecil itu mengeriput, hidung dan matanya mulai memerah, air mata mulai keluar dari kedua bola matanya, dengan suara pelan tidak seberisik suara tangisan anak pada umumnya.

"Eh, eh, eh, kok nangis, kenapa nangis? Kakak kan udah minta maaf? Atau ada yang sakit ya? Bagian mana, kasih tunjuk kakak coba?" tanya Riana beruntun dengan panik mengecek satu persatu anggota tubuh gadis kecil itu, walaupun ia sendiri tau pasti tidak ada luka apapun, karena gadis kecil itu tidak jatuh sama sekali.

"Ndak! Ana ndak angis kalna itu, Ana angis kalna ndak bica puyang, Abang ndak keyiatan agi, ndak tau dimana," jelas gadis itu tersendat-sendat, cara bicara nya yang masih belepotan cukup membuat Riana kebingungan, tapi akhirnya ia sedikit paham apa maksud gadis kecil itu.

Mungkin ia tersesat, dan kehilangan abangnya. Atau mungkin abangnya yang kehilangan dia.

"Aduh jadi gimana ini? Udah mau ujan lagi, kamu tadi datang dari mana?" tanya Riana mencoba mencari jalan keluar dengan menanya sedikit informasi dari gadis kecil itu.

"Hah? Dali ana, eh ukan dali ana kayak nya, atau dali ana? iya kayak nya dali ana deh, ndak tau ah, ingung," kesal gadis kecil itu melupakan tangisnya tadi.

Riana meringis, anak kecil seperti nya tidak bisa di percaya, ia menatap cemas gadis kecil yang di depan nya yang kini balik menatap nya dengan mata bulat juga bulu mata yang acak-acakan karena terkena air mata.

Ia bimbang, mau ditinggal tapi ia takut ada yang menculik gadis manis ini, apalagi wujudnya sangat imut, membuat siapapun tidak tega meninggalkan nya sendiri.
Tapi hari mulai gelap dan hujan akan segera turun.

Namun ia bukan orang gila, bagaimanapun ia tidak akan sampai hati meninggalkan gadis kecil itu sendirian.

Asik berpandangan, rintik hujan mulai jatuh membasahi mereka berdua, Riana melirik sekitar, tidak jauh dari mereka ada tempat jualan yang sedang tutup, mungkin mereka bisa berteduh sebentar disitu.

Tanpa pikir panjang Riana menggendong gadis kecil yang cukup ringan untuk ia gandol dan ia larikan cepat-cepat ke warung tadi.

Ia mengeluarkan seluruh tenaganya, memasukkan gadis kecil tadi ke sweater nya, melangkah secepat yang ia bisa.

"Hah..hah..hah.." Riana terengah-engah sembari mengeluarkan makhluk menggemaskan dari sweater nya.

"Yey, kita camat," pekik gadis kecil itu memperlihatkan gigi nya yang masih dua.

"Selamat kali ah, camat mah bapak Lo kali," canda Riana me-lap kepalanya dengan lengan sweater nya.

Ia menarik lengan mungil itu ke arah tempat duduk yang tersedia disitu, ya walaupun ia tidak permisi, karena mau sama siapa permisi? permisi kepada sapu yang berada di pojokan situ?

"Sini kakak pangku dek," panggil Riana mengangkat tubuh mungil itu kepangkuan nya, kembali memasukkan ke sweater nya lalu mengeluarkan kepala kecil itu, untung ia memakai baju kaos dan sweater nya tidak terlalu kecil namun tidak terlalu besar, tapi masih muat untuk mereka berdua.

Riana memeluk tubuh kecil itu menyalurkan kehangatan, aneh, baru pertama kali jumpa namun entah kenapa ia merasa nyaman dengan makhluk kecil itu.

Mereka memandangi butiran hujan yang terus berjatuhan, tak ada sedikit pun niatnya untuk menelfon supirnya, ia ingin menikmati waktu tenang dan menyenangkan ini.

Mereka bercanda gurau, membahas hal-hal kecil, walaupun Riana sedikit kebingungan dengan omongan gadis kecil itu.

Setelah sedikit reda dan tidak ada petir lagi, Riana mulai berani membuka ponsel nya, lalu terlintas ide di kepalanya.

"Dek nama Abang nya siapa?" tanya Riana bermaksud untuk mencari akun sosmed nya, untuk mempermudah menemukan Abang dari gadis kecil itu.

"Abang? Abang Al!" jawab gadis kecil itu antusias, tentu saja ucapan tersebut tidak membantu dirinya.

"Tau nama panjang nya nggak?" tanya Riana lagi.

"Nama anjang? Abang Alllllllll," pekik gadis kecil itu tiba-tiba.

"Bukan gitu dekkk, aelahh, agak ngeselin ya, maksud kakak, misalnya kayak kakak nama panjang kakak itu, Riana Graham, kalau nama panjang Abang Anna siapa?" tanya Riana mencoba sabar.

"Oo, nama Abang Aldleyano Caesal," jawab Anna tersenyum lugu.

"Hah? Maksud kamu Aldreano Caesar?" tanya Riana masih tak paham.

"Iyaa," jawab Anna, mengangguk lucu.

"Bentar ya,"

Riana mulai berselancar di sosial media nya, ia mengeluarkan jiwa stalking yang tiada tara.

"Nah ini mungkin, ada story liat dulu," ia berbicara enteng karena akun yang ia gunakan hanya akun gabut bukan akun utama nya.

"Nah kan!" Pekik Riana senang.

Di dalam story itu ada pengumuman yang di re-upload  menyatakan mereka sedang mencari gadis kecil, dengan berbagai ciri-ciri juga foto-foto yang cukup banyak, untuk memperjelas pencarian itu.

Cepat-cepat Riana menekan tombol pesan, ia akan segera memberikan pesan kepada mereka, ia tau, pasti mereka sedang mengalami kekhawatiran yang mengganggu.

Tak butuh berapa menit pesan nya langsung terbaca lalu satu pesan muncul.

@Aldreano.csr

Send lokasi Lo

Riana tersenyum lalu mengirim keberadaan mereka sekarang.




Tbc.

Jangan bosan dulu ya?

Ini ngegantung nggak sih? Maaf ya, soalnya kalau mau dilanjutin entar kepanjangan


Si Culun Glow Up [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang