6

204 34 1
                                    




Hari ini adalah jadwal terapi Ae, Bunda yang biasanya pergi mengantar Ae terapi sekarang tidak bisa karena ayah tiba tiba sakit.

Bunda pun akhirnya menyuruh Pete untuk kerumah sakit mengantar Ae terapi. Di temani Kim juga.

Pete mengangguk setuju, lagi pula Ae juga tidak melarang nya untuk ikut.

"Nanti di rumah sakit udah ada istri dari sepupu
bunda, namanya Jeon.. dia bakal nunjukin tempat Ae  terapi nya." kata bunda.

"Baik bunda, Pete pamit pergi dulu." ujar Pete sambil salam dan berjalan keluar menuju mobil karena Ae sudah di mobil duluan.

Saat perjalanan ke rumah sakit semua nya terdiam
tidak ada satu orang pun yang membuka suara nya.

Ae fokus dengan ipad nya, mungkin sedang
mengerjakan urusan kantor. Sedangkan Pete memilih mendengarkan musik dari earphone, mencoba menikmati keidahan kota Bangkok dengan musik. Kim pun hanya diam, fokus menyetir

30 menit di perjalanan, akhir nya mereka pun telah
sampai di rumah sakit. Ada perasaan yang membuat hati Pete sedih saat melihat rumah sakit tersebut, ia teringat ibu nya yang pernah di rawat di sini.

Kim turun dan menyiapkan kursi roda Ae, dan membantu Ae untuk duduk.

"Mas.. bunda bilang ada istri sepupu bunda yang
kesini buat ikut nganter terapi, namanya Jeon."

"Yasudah ayo kita masuk, pasti Jeon sudah menunggu." kata Ae.

Kim hanya mengikuti dari belakang, soalnya yang mendorong kursi roda Ae itu Pete.

Belum sempat mereka masuk, tiba tiba sekelompok
orang orang menatap ke arah Ae.

"Ehh.. itu bukan nya putra dari Tuan Mean Tanapon ya, Ae Tanapon.. anaknya yang cacat itu."

"Iyah itu Ae Tanapon, aku dengar dia belum menikah."

"Mana ada cewek atau cowok yang mau sama orang cacat."

"Kau benar, sekalipun ada yang menikah dengan
anak Tuan Tanapon yang kaya itu tapi siapa mau
juga kalo seumur hidup nya hanya mengurus orang cacat begitu."

"Menyusahkan saja"

Kim menghela nafas kasar, ini sudah biasa terjadi sekalipun itu Plan yang mengantar Ae terapi. Semua orang akan tetap bicara buruk tentang Ae.

Pete terkejut saat mendengar sekelompok orang orang itu menghina Ae secara terang terangan.

Pete hendak menghampiri orang orang itu tapi tangan Ae menahan nya.

"Jangan dek."

"Tapi kenapa mas?" tanya Pete bingung.

"Apa yang di bilang orang orang itu benar, Mas
hanya bisa menyusahkan orang lain saja." ujar Ae wajah nya tertunduk.

Pete mengeleng pelan dan melepas earphone
di telinga nya. Tangan nya terulur memasangkan earphone di telinga Ae, dan itu membuat Ae menatap nya bingung.

"Kenapa mas di pakein earphone?" tanya Ae.

Pete berjongkok di hadapan Ae, sambil tersenyum tipis.

"Udah mas pake aja, orang orang tadi gak tau hidup
mas jadi mas tidak pantas mendapatkan hinaan dari orang yang bahkan tidak kenal mas." ujar nya
sambil tersenyum.

Jantung Ae rasa nya berdegup kencang, kenapa Pete ini suka sekali membuatnya begini.

"Ayo Kim kita ke ruangan terapi nya." ujar Pete.

Mereka pergi ke ruangan terapi Ae.

Ae memulai terapi nya, sang dokter dan beberapa perawat pun membantu nya untuk berdiri pada kedua tiang khusus.

Still With You (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora