16 - Hari Bahagia

747 142 15
                                    

"Kamu yang pertama membuka pintu ini, itu artinya kamu juga yang harus menutupnya. Aku tuan rumahnya dan kamu pemilik barunya. Lalu, akan ku pastikan kamu tinggal bersamaku selamanya."

- Adelardo Juan Wistara -
Dear Renza

~•~•~•~•~•~

Satu purnama telah berlalu bersama kesibukan di setiap hari yang seolah tak ingin diajak berhenti. Seorang perempuan dengan baju tidur kuning bermotif abstrak sibuk membungkus rambutnya yang basah menggunakan handuk. Sudah lebih dari jam tujuh dan dia baru saja selesai mandi. Hari ini ia begitu sibuk menyiapkan acara untuk besok pagi.

Acara besok pagi? Akad nikah.

Dirinya hampir tidak percaya bahwa malam ini adalah malam terakhirnya menjadi seorang perempuan lajang. Debar pastilah ada. Takut pun ada. Tapi, semua itu tertutupi oleh rasa bahagia yang jumlahnya jauh lebih besar.

Zoya berjalan menuju meja rias yang di sampingnya sudah ada sebuah kebaya putih panjang yang akan ia pakai. Duduk dengan menyangga kepala menggunakan tangan, pikirannya menerawang.

Pernikahan ini, apakah keputusan yang sudah benar ia ambil?

Juan, apakah dia benar-benar pria yang tepat untuknya?

Lebih dari itu semua sejujurnya Zoya lebih takut dirinya tidak mampu menjadi pasangan yang Juan harapkan. Dia takut gagal menjadi seorang istri.

Kehidupan rumah tangga bukanlah hal yang mudah untuk dilalui. Saat bahagia pasti berlipat rasanya, tapi kala jatuh juga pasti akan lebih sakit terasa.

Namun, Zoya juga berpikir bahwa setiap luka dalam rumah tangga yang nanti akan datang pasti bisa disembuhkan dengan cepat. Itu karena ada sosok pasangan yang juga pasti akan membantu dirinya untuk segera sembuh.

Tidak ingin memikirkan banyak hal Zoya lantas mengeringkan rambutnya menggunakan hair dryer dan memilih cepat tidur. Jangan sampai acara terkendala hanya karena dirinya bangun kesiangan.

Di sisi lain Juan merasakan debar yang sama seperti Zoya. Pria itu baru saja menemani Dion tidur dan kini dirinya sibuk dengan selembar kertas yang sejak tadi ia pegang.

Juan sedang berusaha menghafalkan lagi kalimat yang akan ia ucapkan di acara ijab qabul esok hari. Sebenarnya laki-laki itu sudah hafal, dia hanya ingin benar-benar memberikan yang terbaik.

Hampir satu jam duduk ia melirik jam di dinding, sudah hampir jam 21.00 dan alangkah lebih baiknya ia tidur.

~•~•~•~•~•~


Cakrawala berdiri kokoh berdampingan dengan terangnya sinar sang surya yang begitu hangat menyentuh kulit. Embusan angin segar juga menjadi poin tersendiri di pagi yang cerah ini.

Sebuah bangunan berkubah besar terlihat semakin indah dengan dekorasi di kanan dan kirinya. Saat memasukinya kita akan langsung di sambut oleh sebuah meja di tengah ruangan yang juga diberi sedikit dekorasi di sampingnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Thank You Juan | Lee Jeno [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang