My Zaujati | 03

5 6 1
                                    

•••

"Aduh kesana nggak ya?" bingung Naya yang sepertinya ingin mengunjungi suatu tempat.

"Kesana ajalah."

"Gus Hasan mana ya kok nggak kelihatan." Yap tempat yang dimaksud adalah ndalem, Naya ingin berbicara dengan Hasan mengenai perjodohannya.

"Itu dia Gus Hasan." gumam Naya saat melihat Hasan keluar dari ndalem.

"Gus Hasan, sini!" panggil Naya sambil melambaikan tangannya.

Merasa dirinya terpanggil, Hasan menghampiri Naya untuk menanyakan kenapa memanggil dirinya.

"Kenapa manggil Saya?" tanya Hasan ketus.

"Eem.. Gini Gus Hasan. Kemarin kan Gus Hasan nggak ngomong sama sekali pas di ndalem. Saya mau tanya Gus Hasan setuju sama perjodohan itu nggak?" tanya Naya merasa gugup karena baru pertama kali dirinya berbicara dengan Hasan serta berharap bahwa Hasan tidak menyetujuinya.

"Kalau kamu tanya setuju atau nggak. Saya setuju karena sebelum Kita berkumpul di ndalem, 2 hari sebelumnya Saya sudah ke rumahmu untuk melamar kamu."

"Apa! Gus Hasan ke rumah, ngelamar aku?"

"Iya. Apa kurang jelas yang Saya bicarakan tadi."

"Tapi kenapa Gus Hasan ngelamar aku. Kenapa nggak perempuan lain. Aku sama Gus Hasan aja nggak saling kenal." heran Naya kenapa Hasan melamar dirinya yang jelas-jelas tidak saling mengenal. Boro-boro kenal baru ketemu saja itu pas kemarin.

*****

Flashback on

Kriing kriing kriing

"Assalamualaikum, apa kabar Pak Harist?" ucap seorang pria berumur yang mengangkat telepon dan bertanya tentang kabar lawan bicaranya.

"Wa'alaikumussalam, Alhamdulillah sehat sedoyo Pak Kyai. Kalau panjenengan pripun Pak Kyai, sehat?"

"Alhamdulillah Kami sekeluarga sehat. Badhe ngomong kalih Naya, Pak Harist?"

"Mboten Pak Kyai. Kulo nelepon panjenengan badhe nyuwun permintaan."

"Permintaan nopo Pak Harist?" bingung Abah Khalid yang baru pertama kali Harist meminta sesuatu darinya.

"Niki Pak Kyai, Kulo badhe nyuwun Putra panjenengan Hasan nikah kalih Putri kulo Naya. Kulo nyuwun aturaken ke nak Hasan purun nopo mboten, Pak Kyai." ucap Harist yang menyampaikan permintaannya.

~~~~~

Tok tok tok

"Hasan, ini Umma." ujar Umma Hanifa sambil mengetuk pintu kamar putranya.

Ceklek. Suara pintu terbuka. "Ada apa Umma?"

"Umma ganggu kamu ya?" tanya Ummah Hanifa yang melihat putranya masih rapi mengenakan sarung hitam dan peci di kepalanya.

"Nggak kok Umma. Kebetulan udah selesai ngajinya. Silahkan masuk Umma."

Mereka berdua duduk di tepi ranjang. "Begini Hasan Umma dapat amanah dari Abah. Katanya Abah, tadi Pak Harist wali santri telepon Abah. Pak Harist minta kamu menikah sama putrinya Naya."

"Menikah?" beo Hasan terkejut dengan mata membulat.

"Iya." Umma mengangguk.

"Terus gimana? kamu mau menikah sama putrinya Pak Harist?" lanjut Umma yang bertanya pada putranya.

My ZaujatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang