16 | Sangat-sangat sulit, Be.

156 43 874
                                    

CHAPTER 16 |Sangat-sangat sulit, Be

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 16 |Sangat-sangat sulit, Be.

🩹🩹🩹

Draft

From : serafine.roe@gmail.com

To : kaleel.jivananta@gmail.com

Subject : Bersama Dia

Satu bulan setelah bersama dengan dia. Gue makin jatuh cinta sama dia, Kal.

Dia berhasil buat gue makin jatuh cinta dan dengan bodohnya gue setuju buat tidur sama dia. Gue tidur sama cowok lain, Kal.

Tanpa pikir risiko apa yang gue dapat nanti. Tanpa pikir apa pun selain karena gue bodoh udah jatuh cinta sama dia.

Sampai akhirnya gue sadar, gue hamil, Kal.

🩹🩹🩹

Siang ini Sara melangkahkan kakinya menuju mini market bertuliskan Ceria Mart yang letaknya tidak begitu jauh dari rumah. Sara masih mengingat dengan jelas tempat itu, sebuah toko yang membuat Sara sadar keberadaannya saat Rora mengatakan ingin bekerja di sana.

Putrinya memutuskan untuk mengambil kerja paruh waktu di toko kecil itu. Setelah kuliah, Rora memang selalu datang ke sana dan Sara tidak begitu tahu seperti apa putrinya bekerja. Yang dirinya tahu kalau Rora senang bisa menghasilkan uang. Bisa membantu orang tuanya walaupun hasil yang cewek itu dapat tidak banyak.

Langkah kaki Sara terhenti ketika melihat seorang pegawai perempuan yang menjaga kasir. Ia memperhatikan anak perempuan itu sejenak. Wajahnya terlihat muda seperti Rora. Mungkin seperti itu juga Rora ketika bekerja.

Hari ini Sara memutuskan untuk membeli beberapa peralatan kebersihan. Tetapi tempat ini menariknya untuk menyelam kesedihan lebih dalam. Seketika suara Rora seperti berkeliaran memenuhi setiap sudut ruangan di sana.

Yang membuat Sara begitu takut. Ia sangat takut untuk menerima kenyataan bahwa suara Rora sebenarnya tidak pernah ada.

"Bu, hari ini Rora udah dapat upah. Lumayan, Bu, cukup buat tambah-tambah kalau Ibu sama Ayah butuh sesuatu."

Sara merasakan tangannya gemetar ketika memegang keranjang belanja. Setiap kata-kata Rora membuat ia ingat kembali dengan jelas. Seperti putrinya itu sedang berdiri di dekatnya dan mengatakan kalimat itu dengan wajah ceria yang selalu Rora miliki.

"Kamu bisa simpan uangnya Rora. Ibu sama Ayah bisa cari lagi yang lain. Uang itu kan hasil kerja kamu ya buat kamu pakai sendiri."

Dengan tegas Rora menggeleng. Sara selalu mengingatnya kalau Rora kadang keras kepala, ketika dia sudah menetapkan suatu hal di awal, tidak ada yang boleh mengubahnya.

"Nggak, Bu. Ini uangnya buat Ayah sama Ibu. Kan Ayah dan Ibu udah bayar kuliah Rora. Masa masih ada sisa uang? Yakin gak kurang? Makanya Rora kerja karena aku tau pasti Ayah dan Ibu masih butuh tambahan uang."

Jika Hidup Tidak Pernah AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang