Review Buku : Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat

4 1 0
                                    

Review Buku oleh Adib La Tahzan
Editor : Liya Shin

Review Buku oleh Adib La TahzanEditor : Liya Shin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

foto : gramedia.com

Judul Buku : Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat
Penulis : Mark Manson
Penerbit : Grasindo
Tempat Terbit : Jakarta
Tahun Terbit :2018
ISBN :9786024526986
Jumlah Halaman : 246
Harga Buku : 78.000

Aku membeli buku ini bersama dengan dua buku lainnya yang masih tersegel plastik dengan rapi. Dua buku tersebut sampai sekarang belum sempat kubaca karena selalu ada buku yang lebih "mendesak" untuk dibaca. Buku ini sebenarnya tidak begitu "mendesak" untuk dibaca karena aku lebih mengutamakan buku pembelajaran terlebih dahulu untuk dibaca, seperti teknik menulis atau tentang bahasa Indonesia.

Lantas, apa yang membuatku membaca buku ini terlebih dahulu dibandingkan dengan buku-buku yang lain?

Saat itu aku merasa difitnah dan dijelek-jelekkan oleh orang lain. Aku berjuang keras untuk tidak membalas perbuatan orang tersebut, dan fokus mengontrol emosi yang ada di dalam dada. Hal itu tidak terlepas karena mau tidak mau aku harus hampir setiap hari berinteraksi dengan orang tersebut, jadi kesabaranku sangat diuji waktu itu. Bersikap "bodo amat" adalah hal yang kupilih. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk membuka dan membaca buku ini tanpa selembar pun yang terlewat.

Buku ini kata orang berat untuk dibaca, menurutku pribadi buku ini cukup ringan untuk dibaca jika dibandingkan dengan buku-buku terjemahan yang lain.

Di dalam buku ini banyak kisah-kisah yang menunjukkan aksi atau perbuatan yang luar biasa. Kisah yang banyak dicemooh atau tidak dipercaya oleh orang lain, tetapi kita tetap "bodo amat" dan tetap dengan keyakinan yang kita yakini.

Berhasil atau tidak, itu urusan belakangan. Yang penting bukan hasil, tetapi proses atau kebahagiaan yang orang lain tidak bisa ikut merasakannya. Ya, orang lain hanya bisa melihat kita gagal, bahkan terkadang mereka hanya menertawakan. Mereka tidak tahu bahwa terkadang kita bisa bahagia di tengah kegagalan.

Kisah dari buku ini yang paling kuingat adalah kisah pemuda Jepang yang pergi ke tempat-tempat yang menantang di seluruh dunia demi mengejar atau mencari hal yang mustahil. Pemuda Jepang tersebut harus meninggal dunia di Pegunungan Himalaya saat mencari Yeti, makhluk misterius yang ada di pegunungan tersebut. Sebelum itu, ia berhasil membujuk tentara Jepang yang masih berperang di pedalaman hutan Filipina selama puluhan tahun untuk pulang ke Jepang, padahal sebelumnya tidak ada cara yang bisa membuat tentara Jepang tersebut menyerah. Akan tetapi, dengan keberanian dan tidak takut mati, ia terjun langsung ke hutan Filipina untuk membujuk tentara Jepang tersebut agar mau pulang karena perang sudah usai puluhan tahun yang lalu.

Dari kisah di atas, kita bisa belajar bahwa sikap "bodo amat" itu memang berisiko. Akan tetapi,, terkadang perlu kita ambil untuk membuat kesuksesan yang berbeda dengan orang lain atau orang kebanyakan.

Sikap "bodo amat" juga mengajarkan kita untuk fokus pada diri sendiri dan pada apa yang kita yakini benar atau baik, setidaknya untuk diri atau kebahagiaan sendiri. Orang mau berkata A sampai Z juga tidak akan dapat mengganggu kebahagiaan yang kita ciptakan sendiri.

Sesuai dengan judulnya, Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat, penulis mengajarkan kita untuk bersikap "bodo amat" lewat kisah-kisah, bukan mendikte kita harus ini atau itu. Menurutku pribadi, hal itu sangat menarik dan kreatif.

Justify XIII Nov 2022 | The Destiny of TwelveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang