Bab 3. Mengamati Musuh

1.7K 356 27
                                    

Disclaimer : Naruto belongs to Masashi Kishimoto

Pairing : SasuFemNaru

Rated : T+

Warning : Gender switch, OC, OOC, typo (s)

Genre : Fantasy, romance, fluff

Moonlight Magic

Bab 3. Mengamati Musuh

By : Fuyutsuki Hikari

.

.

.


Kemeriahan pesta tidak ada bedanya dengan dongeng bagi Naruto. Wanita itu terlihat sulit mengendalikan rasa takjubnya saat mengedarkan pandangan ke segala penjuru. Mengangkat gelas anggur ke mulut, mata tajam Naruto tertuju ke lantai dansa. Puluhan pasangan tengah memamerkan keahlian mereka di sana saat ini.

Di sampingnya, Menma dan Sarada duduk, kaku. Keduanya menikmati dalam diam hidangan mewah yang tersaji di atas meja sementara Sasuke memilih berkeliling dan terlihat mengobrol dengan beberapa orang pria yang tidak dikenal oleh Naruto.

"Kenapa kalian tidak pergi menikmati pesta?" Naruto meletakkan gelas anggurnya di atas meja. Tanpa melirik kedua putra dan putri Sasuke, ia terus bicara. "Kalian tidak perlu menjagaku di sini."

Naruto menjeda, memasukkan potongan cake cokelat ke dalam mulutnya. Seketika ekspresi wajahnya berubah. Wanita itu menatap antusias sisa potongan cake di atas piring kue. "Ini enak sekali," gumamnya, masih mengabaikan keberadaan Sarada dan Menma yang kini menatapnya dengan ekspresi bingung.

"Bu, apa benar ingatanmu hilang?" Sarada akhirnya angkat bicara. Perilaku tidak biasa ibu tirinya membuat remaja berusia lima belas itu sedikit penasaran. "Mereka mengatakan jika akalmu terganggi."

Naruto memutar kedua matanya. Garpu emasinya diangkat tinggi. "Aku tidak gila," jawabnya, berdecak pelan. "Ingatanku memang hilang, tapi akalku baik-baik saja."

Ada jeda pendek sebelum ia lanjut bicara. "Apa aku terlihat seperti orang gila?" Naruto menatap Sarada dan Menma bergantian. Keduanya tidak menjawab. "Kalian tidak perlu malu. Ibu kalian ini tidaklah gila, hanya kehilangan ingatan saja." Naruto sengaja memberi penekanan dan nada bicaranya saat bicara. Kedua mata wanita itu memicing sempurna, mengikuti pergerakan Sasuke yang terlihat berbicara serius dengan seorang wanita bangsawan.

"Mereka memang sangat dekat." Lagi, Sarada angkat bicara. Ia menatap ke titik yang tengah dipandang Naruto saat ini. "Desas-desus mengatakan jika dia lebih pantas berada diposisimu saat ini."

Ucapan Sarada dibalas dengkusan pelan oleh Naruto. "Aku tidak akan percaya sebelum memastikannya dengan kedua mataku."

Sarada memutar kedua bola matanya, bosan. Remaja berusia lima belas tahun itu memasang ekspresi datar, membalas pandangan sang adik penuh makna. "Mau ke mana?" tanyanya masih dengan ekspresi sama saat mendapati Naruto berdiri, tergesa.

"Ibu ada urusan." Naruto menjawab tanpa menatap lawan bicaranya. Pandangan wanita itu masih tertuju ke arah Sasuke. Sedikit menundukkan kepala, ia menatap Sarada dan Menma bergantian. "Jika aku pergi apa akan ada yang mencariku?" Gelengan kepala Sarada dan Menma membuat Naruto bernapas lega. Dia tidak boleh salah mengambil sikap saat ini. Yang paling penting adalah memastikan posisinya sebagai putri mahkota, calon ratu di masa depan aman.

Menganggukkan kepala, ia mengembuskan napas keras. "Ibu pergi dulu," ucapnya segera berlalu tanpa menunggu jawaban dari Sarada dan Menma.

"Apa kau tidak akan mengikutinya?" Menma bicara setelah kepergian Naruto. Ia menaikkan satu alis tinggi saat Sara memandangnya dengan ekspresi kesal. "Jika bukan kau yang mengikutinya lalu siapa? Aku?" Menma kembali bicara. Ekspresi datarnya terlihat sangat menyebalkan di mata sang kakak. "Kau mengikutinya, sementara aku mengalihkan perhatian kakek dan nenek."

TAMAT - Moonlight MagicWhere stories live. Discover now