48. Kisah

1.4K 61 2
                                    

Alethea tak mengerti kenapa takdir tak berpihak padanya. Apa segitu berdosanya dia sampai di tempat yang ingin dia kunjungi juga ada keberadaan pasangan yang telah membuatnya sakit hati? Alethea mencoba menutupi wajahnya dengan tudung hoodienya. Kenapa mereka harus datang di tempat dia membeli buku?

"Aku mau beli ini kak. Iris suka cerita dongeng kan?"

"Iya, pasti dia suka ini."

"Jadi nggak sabar lihat Iris lagi."

"Dia pasti seneng Tha, kamu kesana."

Alethea mengigit bibirnya dan sibuk memilih komik yang belum dia beli. Tiga buku dia dapatkan, volume selanjutnya akan di rilis bulan depan. Alethea harus mendapatkannya jika sudah di rilis nanti.

"Kak Al?"

Agatha menghampiri dirinya. Alethea mencoba tersenyum dan berbalik badan. Brandon nampak terkejut ada  Alethea disana juga.

"Beli buku ya? Gue duluan ya." Alethea menghindar dengan cepat.

"Kenapa lo bisa disini? Lo ngikutin kita?" Brandon mencekal lengan Alethea.

"Hah?" Alethea melepaskan tangannya dan membersihkan jejak tangan Brandon di hoodienya.

"Lo lagi nggak buat rencana baru kan Al." Selidik Brandon.

"Lo omong apa sih."

"Nggak usah sok polos Al. Lo mau pisahin gue sama Agatha kan?"

Wajah Alethea berubah menjadi begitu muak. Dia sekarang tahu betul bagaimana sifat Brandon sebenarnya. Kenapa dulu dia sangat mencintai Brandon? Mungkin benar dia bego!

"Dengar ya. Gue nggak peduli lagi kalian mau ngapain. Mau kencan, mau tunangan atau nikah. Gue nggak peduli. Lihat, gue beli buku. Gue juga duluan disini bukan kalian."

"Gue tahu sifat lo Al. Lo nggak mungkin biarin kami kan? Ya gue minta maaf buat acara ulang tahun lo rusak. Tapi bukan caranya lo ikut rusak hubungan gue."

"Kak Al, aku minta maaf kak. Ini salah aku. Kak Brandon nggak usah diperpanjang." Agatha menarik baju Brandon.

"Tha, kamu sering disakiti sama Alethea. Perlakuannya udah nggak bisa ditolerir lagi. Aku nggak mau kamu luka lagi. Sedih lagi. Aku nggak mau, Tha."

Mungkin ini yang dirasakan Gladis saat melihatnya bersama Brandon dulu. Dia jadi merasakannya sekarang, bagaimana muaknya dia pada satu pasangan yang sangat teramat menjijikan.

"Oke, teruskan. Gue mau bayar. Dah..."

Buru-buru Alethea membayar barangnya dan pergi segera mungkin. Jika bertemu lagi dia akan mengungkapkan rasa kesalnya. Tapi sekarang dia harus pergi sebelum dirinya muntah tak tahan akan perkataan mereka berdua.

"Hoekk..."

"Non Al kenapa? Sakit? Mau ke rumah sakit sekarang non?"

"Nggak usah pak, aku baru aja lihat T*i."

💔💔💔

"Kill This Love... Hah... Hah..."

Alethea berlatih di ruang latihannya di rumah. Dia melihat dirinya dan merapikan rambut yang menempel diwajahnya. Baru kali ini dia semangat untuk berlatih. Alethea mengambil minum, dia sangat haus setelah menyanyi dan menari bersaman.

"Gue nggak tahu lo punya tempat kayak gini."

"Uhukkk..." Alethea tersedak melihat keberadaan seseorang.

"Bi Ijem suruh gue kesini."

"Lo kagetin gue."

"Maaf, gue kira lo tahu gue kesini."

"Ya mana gue tahu. Lo juga nggak chat mau ke rumah gue. Tapi, ada apa Nando?"

"Gue mau ajak lo pergi. Tapi kayaknya lo sibuk hari ini."

"Kemana? Gue habis latihan ini."

"Pasar malam."

"Pasar malam?"

"Iya, kalau lo mau Al."

"Ada makanan di pinggir jalan gitu nggak?"

"Ada."

"Tunggu gue, tapi lo tunggu lama nggak masalah? Kayaknya gue harus mandi dulu, gerah banget."

"Gue bisa ngobrol sama Bi Ijem."

"Oke, tunggu ya. Awas kalau lo nggak jadi kesana."

"Gue pasti tunggu lo."

Alethea mengangguk dan pergi ke kamarnya. Nando melihat tempat latihan Alethea dan menemukan piano disana. Nando mencoba menekan satu not. Rumah Alethea punya segalanya.

"Non Al mana? Bibi bawa cemilan ini."

"Ke kamarnya Bi. Saya ajak Alethea pergi."

"Den Nando tahu aja non Al butuh hiburan. Kata anak sekarang healing."

"Cuma ke pasar malam aja bi."

"Itu malah bagus, biar non Al tahu banyak hal. Jarang-jarang anak kayak non Al pergi ke tempat kayak gitu. Ini dimakan den, nunggu non Al bakal lama."

"Makasih Bi."

"Saya harusnya yang terima kasih. Kedepannya tolong bikin non Al ceria lagi ya den. Sejak hari ulang tahunnya non Al nggak pernah ceria kayak dulu. Saya khawatir. Bapak juga."

"Saya berusaha Bi. Saya dan teman-teman Al berusaha buat Al kembali lagi. Mungkin Al cuma butuh waktu untuk dirinya bi."

"Non Gladis juga bilang gitu. Tapi tetap aja den, saya kenal non Al dari non Al belum lahir. Dari bapak yang hampir bangkrut, lalu merintis usaha, sampai jadi sekarang. Saya nggak bisa biarin non Al yang punya senyum manis jadi hilang senyumannya."

"Kita berusaha bersama Bi. Saya, bibi, semuanya. Kita berusaha bikin Al kembali lagi."

"Nando! Udah nih."

Alethea datang dengan hoodie dan celana training. Dia menggerai rambutnya dan memakai kacamata. Sekarang Alethea sudah menjiwai sebagai Wibu. Dia tak memakai make up, hanya lip bam agar bibirnya tak kering.

"Tumben cepet non." Bi Ijem heran dengan tampilan Alethea.

"Soalnya, aku mau fokus cari makanan disana. Nanti pulang Al beliin makanan enak."

"Siap."

"Nanti izin in ke papa ya."

"Oh, ternyata gitu. Buat sogokan?" Bi Ijem menjadi paham maksud Alethea.

"Bukan, ini namanya kerja sama. Ayo, Nando. Gue nggak boleh kehabisan." Alethea menarik tangan Nando.

"Disana masih banyak makanan Al."

"Beneran?"

"Non Al, namanya juga pasar malam. disana makanan banyak, kalau mau cari baju juga ada. Non Al juga harus coba banyak permainan disana."

"Gitu ya. Oke deh nanti."

"Den Nando tolong jagain, kadang banyak copet."

"Iya Bi Ijem, saya selalu jagain Al." Tenang Nando pada Bi Ijem yang begitu khawatir.

"Aku bukan anak kecil lagi."

"Non, bahaya itu selalu datang kapan aja. Siapa tahu disana Nok ketemu penjahat gimana?"

Alethea membayangkan, itu tak lebih baik daripada bertemu satu pasangan yang selalu ada dimana-mana.

"Yang penting bukan si t*i."

💔💔💔

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

Misi Jahat Si Protagonis ( END )Where stories live. Discover now