Sembilan.

3.2K 355 4
                                    

Donghyuck sedikit terkejut melihat kedatangan Minhyung tanpa pengumuman dari dayang atau penjaga di depan pintu kamarnya. Normalnya adalah, sebelum Minhyung memasuki area istana ia sudah mendapat kabar bahwa putra mahkota akan berkunjung.

"Yang mulia?"

Minhyung tersenyum membalas raut bertanya Donghyuck nya. Betapa pria dihadapannya sangat mempesona. Menjerat tiap sudut hatinya tanpa bisa terlepas. Diamati wajah bulat madu dengan mata coklat karamel.

Ia kemudian dengan natural memajukan wajahnya dan mempertemukan bibirnya atas bibir Donghyuck. Melumatnya perlahan. Menyalurkan rasa rindu setelah seharian tidak berjumpa dengan dambaan hati.

Mata karamel Donghyuck membulat akan kelakuan putra mahkota. Ia mengerti akan status pasangan sah yang tersemat padanya. Menjadikan hal tabu ini selayaknya hal normal lain. Senormal seorang suami mencium istri. Tapi, haruskah dengan pintu yang masih terbuka? Dengan banyak mata yang melihat?

Perasaan itu membuat Donghyuck tercubit. Bagaimanapun ia tetaplah laki-laki.

Namun, perasaan tak nyaman itu tertelan dengan minhyung yang meraih pinggangnya, menekan tengkuk nya demi memperdalam cumbuan putra mahkota atas bibirnya. Lalu, pintu tertutup perlahan. Hanya memperdengarkan keperkasaan putra mahkota atas pasangan sah prianya.

Tanpa menyadari bahwa, hanya suara pangeran putra mahkota yang terdengar dari dalam. Sementara Lee Donghyuck tak ubahnya bagai boneka yang dimainkan tanpa bisa bersuara.

...

"Tunggu! Tunggu!"

Telapak tangan Haechan mengisyaratkan satu dayang di dekatnya untuk diam sebentar. Rasanya ia tak sanggup mendengar lebih jauh. Ia kemudian memperbaiki duduknya dan bertanya dalam keraguan.

"Jadi, maksud mu, putra mahkota sering melakukan hal mesum di depan orang-orang?"

Mendengar pertanyaan Haechan, si dayang malah tersipu malu. Well, Haechan tidak sedang merayu padahal. Lalu? Kenapa pula ia bertingkah bagai perawan yang sedang digoda?

"Anda tidak ingat? Bahkan ketika upacara pelantikan anda sebagai pasangan sah putra mahkota?"

Haechan menggeleng dua kali. Dia bukan tidak ingat. Dia bahkan tidak tau apa-apa!!

"Ketika upacara penobatan anda, putra mahkota menarik anda duduk di atas pangkuan beliau," ujar dayang di belakang tiba-tiba maju dan menceritakan dengan antusias.

Beruntung Haechan tidak sedang memakan apapun sekarang. Bila iya, sudah pasti ia akan tersedak parah. Perbuatan cabul apalagi itu? Bahkan di acara resmi penobatan? Disaksikan oleh para petinggi kerajaan juga orang penting lainnya?

"Auh, kepala ku," gerutu Haechan merasakan tekanan hebat di belakang kepalanya. Membuat dirinya pusing bukan main. Tangannya bergerak memijat leher.

"Itu juga kali pertama ciuman Anda dengan putra mahkota!!" Seru yang lain dengan heboh dan girang.

"Makanya, para selir bahkan Yang mulia ratu tidak berani mengusik anda. Itu seperti peringatan dari Yang mulia putra mahkota agar tidak ada yang berani mengganggu anda," sahut yang lain seolah Haechan baru memenangkan lotere milyaran won.

Haechan tidak bisa mengendalikan dagunya untuk tidak terjatuh ke tanah. Wah, masalah ini lebih mengkhawatirkan daripada jalan keluar ia pulang untuk memarahi Hwang renjun.

"Dasar bajingan sialan!" Umpat Haechan tidak dapat menahan kobaran dalam dadanya.

Mendengar saja sudah membuat ia panas bukan main. Si sialan putra mahkota itu bahkan berani melecehkan dirinya dihadapan orang-orang kerajaan??? Lebih parah, dihadapan penguasa kerajaan, Raja juga ratu kerajaan besar Lee.

évierWhere stories live. Discover now