this eight

1.7K 246 22
                                    

❛ ━━・❪ 𝐡 𝐞 𝐚 𝐭 𝐡 𝐜 𝐥 𝐢 𝐟 𝐟 ❫ ・━━ ❜

Jungwon tidak pernah belajar banyak soal memasak. Hanya dengan mengamati bagaimana selama ini dia menggunakan alat itu sebagai perantara kematian, dan dipraktekkan dalam masakan ketika sempat ... semuanya berjalan lancar.

Baik pisau, pistol, atau apapun itu dapat ia kuasai dengan baik. Tidak peduli itu daging ikan, daging sapi, atau daging manusia sekalipun, Jungwon tetap bisa membelahnya. Menyajikannya dengan deret senyuman menawan dan tutur kata yang indah, nyatanya tidak ada pengunjung yang tahu soal sisi lain pekerjaannya selama ini.

"Pesanan untuk meja delapan."

"Jungwon, ini benar daging sapi kan? Kau tidak memasukkan yang macam-macam?"

"Tidak."

Jungwon melepas celemeknya: celemek hitam dengan tulisan hangul di sisi bagian kanannya. Dia memberikan celemek itu pada karyawan yang baru saja tiba karena jadwal shiftnya baru akan dimulai.

"Aku yang akan mengantar pesanan itu," ujar Jungwon mengambil alih nampan. Dia mengantar pesanan barusan dengan raut ramah selagi bersitatap dengan pengunjung lainnya.

Sekarang Jungwon sedang berada jauh dari keramaian kota Seoul. Dia mendapat tugas untuk meracuni beberapa orang penting yang terlibat dalam kerusuhan yang akhir-akhir ini melanda Ibukota tanpa harus mengotori tangannya sendiri. Tugasnya itu baru saja selesai kemarin, dan Jungwon putuskan untuk tetap berpura-pura menjadi karyawan di restoran nuansa Jepang ini sampai sepekan ke depan. Rasanya menyenangkan dan sedikit bebas.

Sudah terhitung tiga minggu semenjak kejadian panas di Aussie waktu itu. Nyatanya sampai sekarang pun Jay sama sekali tidak terlihat batang hidungnya, padahal lelaki itu berjanji akan segera menemuinya ... ah, harusnya Jungwon tak perlu percaya kata-kata bajingan seperti Jay. Sedari awal memang Jay hanya mengincar tubuhnya saja. Dasar lelaki tak tahu balas budi, padahal Jungwon sudah menyelamatkan nyawanya saat insiden berdarah di Victoria Harbour.

"Apa kau sudah dengar soal kasus orang hilang misterius di Busan?"

"Tentu saja. Berita itu sudah menyebar dan menjadi topik hangat dalam isu sosial."

"Apa benar mereka menghilang karena bunuh diri? Aku rasa pihak kepolisian juga menutupi satu hal besar. Bunuh diri memang menjadi permasalahan serius yang ada sejak lama di negara kita, tapi orang-orang ini sungguhan menghilang."

Jungwon jelas tahu berita apa yang sedang dibicarakan oleh para pengunjungnya. Akhir-akhir ini memang banyak kasus seperti itu. Dia tidak ikut andil apapun dalam permasalahan ini. Jungwon murni hanya akan membunuh seseorang jika itu berhubungan dengan uang, atau terkadang murni kemauannya sendiri. Bukan menyebarkan teror dan menyebabkan kepanikan besar.

Mata Jungwon memperhatikan sebuah mobil mewah berwarna hitam yang terparkir di tepi jalan restoran sederhana ini. "Apa dia pengunjung di sini?" gumamnya menoleh ke sekeliling. Rata-rata para pengunjung merupakan warga biasa atau menengah ke bawah. Akan sangat tidak mungkin mereka keluar menggunakan mobil mewah hanya untuk mencari makan.

"Jika dia ingin makan di sini seharusnya parkir saja di halaman, jangan di tepi jalan. Dia melanggar peraturan yang aku buat."

Peraturan yang dia maksud adlah larangan untuk mengusik perempatan jalan tepat di depan restoran ini. Itu sangat mengganggunya. Jungwon benci seorang pembangkang. "Kira-kira dia lebih suka hidup tanpa kulit atau dibakar hidup-hidup, ya?"

Di tengah keramaian perbincangan tiap-tiap insan yang ada dalam restoran tersebut, tiba-tiba terdengar suara gonggongan anjing yang saling bersahutan. Anjing-anjing itu terlihat ganas, mungkin gila. Entahlah, tapi mereka terlihat begitu senang menggigit kaki seseorang sebagai santapan makan bersama.

"Sialan. Suatu saat aku akan memusnahkan anjing-anjing itu dari daerah ini," gerutu Jungwon membalikkan tubuh.

Seorang pelanggan datang terburu-buru masuk ke dalam restoran. Dia memakai jaket hitam tebal bertudung kepala disertai masker dan kacamata hitam, keseluruhan penampilannya terlihat mencurigakan. Dia mengucapkan sesuatu yang membuat seluruh orang di sana terkejut.

"Apa kalian tahu rumah di seberang blok ini? Rumah itu terbakar dan aku lihat ada seorang perempuan beserta anaknya yang masih terjebak di dalam. Aku butuh bantuan kalian."

"Benarkah? Ayo kita ke sana! Dan, kau! Panggil Pemadam kebakaran!"

"Aku sudah memanggilnya, mereka akan sampai sebentar lagi. Lebih baik kalian cepat ke sana."

Mobil beberapa pengunjungnya pergi meninggalkan restoran bersama dengan satu karyawan. Selepas kepergian mereka, Jungwon baru sadar jika orang dengan pakaian serba hitam itu masih di sini, di restorannya. Dari perawakan tinggi badan dan suaranya, Jungwon merasa tidak asing. Orang itu berdiri tegap tanpa melakukan apapun selain menatap matanya. Ya, Jungwon mengenali siapa orang dibalik masker hitam tersebut. Mustahil untuk menderita amnesia secara tiba-tiba.

Jungwon memijat pelipisnya sendiri. Sulit membedakan mana yang nyata dan halusinasi di saat seperti ini. Dia menyeret langkah kakinya pada counter, kemudian menggenggam erat pisau daging sebelum diayunkan ke arah leher orang itu.

TAKK!

Meleset. Serangannya barusan dapat dihindari, malah mengenai pilar kayu di belakangnya hingga meninggalkan bekas cukup dalam. Orang itu bergerak cepat melompati meja yang menjadi jarak di antara mereka, kemudian mengikat pergelangan Jungwon menggunakan borgol besi. "Rupanya kau masih mengenaliku."

"Jay ... apa yang kau lakukan, sial!" Jungwon berontak ketika Jay menaikkan tubuhnya. Menggendongnya seperti membawa sebuah karung beras di pundak. "Lepas!"

Jay menurunkannya ketika berhasil membuat Jungwon duduk di kursi penumpang. "Aku mau menyelamatkanmu. Jadi, tolong ikuti saja dan jangan banyak membantah."

Jungwon meggertakkan giginya. "Yak! Lepaskan! Kenapa aku harus diborgol seperti ini? Aku sedang bekerja!"

Jay tak menghiraukan teriakan Jungwon di sebelahnya. Tangan pemuda itu masih diborgol, setidaknya Jungwon tidak akan mengayunkan pisau daging seperti tadi pada lehernya. Dia fokus pada layar ponsel selama beberapa saat, ada satu notifikasi yang masuk dan membuat Jay mengambil nafas panjang. Tatapannya beralih pada Jungwon yang sedang berusaha melepaskan borgol.

"Kita hanya punya waktu satu jam dari sekarang untuk melangsungkan pernikahan sebelum kerusuhan di pusat kota."

❛ ━━・❪ 𝐡 𝐞 𝐚 𝐭 𝐡 𝐜 𝐥 𝐢 𝐟 𝐟 ❫ ・━━ ❜

footnote:

Jarang update dua hari berturut-turut, ini karena kemarin ada yang minta double ahahaha. Sampai ketemu lagi malming depan! Komen banyak-banyak karena jujur aku lebih suka yang komen 🤍🤍

Heathcliff & Mortal ; JaywonWhere stories live. Discover now