5 Luna

205 52 12
                                    

Luna

Jul kalo g sanggup bayar teknisi tetap minimal buka lowongan magang

Aku g percaya kamu kerja sendirian

Bajul

Kamu percayanya sama siapa sih dit

Makanya jangan muntah2 terus

I need yoooou

Luna

Aku g tau kapan sehatnya jul

Aroma adam aja aku g suka

Pengen muntah tiap dia deket-deket

Bajul

Jangan gitulah

Nanti dia dideketin orang lho

Luna

GIMANA???

AKU G BISA NGONTROL HIDUNGKU JUL

Bajul

Capslock jebol dit

Ya udah sih

Adam mau meleng ke siapa juga

Jangan dibawa setres

Nanti ponakanku jelek

Luna mengenakan dua lapis masker saat memasuki dapur. Dia tidak bermaksud kurang ajar pada mertuanya, tetapi aroma masakan yang biasanya sedap berubah menjadi aneh belakangan ini. Luna tidak bisa mendeskripsikan aroma itu. Seolah-olah setiap masakan berganti resep. Seperti ada ramuan ganjil yang membuat bau dan rasanya menjadi tidak enak. Luna tidak bisa melawannya, meskipun perubahan bau dan rasa itu semu. Perutnya tetap tidak menerima apa pun yang masuk lewat mulutnya.

Namun, dia berusaha semakin keras. Dia minum obat-obatan dan suplemen hamilnya. Dia berusaha makan telur rebus yang disiapkan Adam. Dia berusaha minum susu. Setelah muntah, dia duduk lagi di meja makan, menemani suaminya sarapan. Lucunya, dia tidak mau duduk di kursi sebelah Adam dan memilih duduk di seberangnya. Mereka seperti baru kencan untuk pertama kali.

Adam mengusap-usap jemarinya di meja makan. Luna tahu ia bersedia melakukan apa saja untuk meringankan penderitaannya saat ini, tapi pada akhirnya ini hanya sesuatu yang harus mereka jalani bersama-sama. Luna balas mengusap-usap tangan suaminya.

"Mungkin nanti aku bakal lihat-lihat klinik," ungkap Luna.

"Nggak usah dipaksain, Dik."

"Venus bikin aku migrain. Disuruh cari karyawan pengganti aja belum dapat-dapat sampai sekarang."

"Nggak usah dipikirinlah. Dia pasti tahu yang terbaik buat dirinya sendiri. Mungkin memang susah cari karyawan yang cocok kerja sama dia. Sabar aja."

"Kamu tahu nggak, beberapa hari lalu dia dapat pasien kucing. Gawat darurat. Bukannya diperiksa dulu kucingnya, dia malah nangis duluan. Katanya 'kasihan kucingnya'."

Adam tertawa. "Terus kucingnya gimana?"

Luna menggulir-gulir chat-nya dengan Venus hingga ke seminggu yang lalu, saat Venus pertama kali menerima pasien kucing yang dimaksud. Venus mengirimininya foto hasil rontgen tubuh kucing itu dan bertanya apakah Luna mau membantunya menganalisis apa saja yang dia temukan dari hasil rontgen itu.

Sejujurnya hasil rontgen itu juga membuat Luna ingin menangis saat kali pertama melihatnya. Dia segera mengetik perintah untuk menyelamatkan kucing itu. Setelah Venus melakukan tindakan yang disarankan Luna, dia mengirimi foto kondisi terakhir si pasien. Makhluk itu berbulu putih dan bernama Kennedy. Kennedy sudah stabil dan Venus harus bermalam di klinik untuk mengawasinya. Mereka sering menginap di klinik jika ada pasien rawat inap seperti itu.

Chat terakhir Venus tentang Kennedy menyatakan kucing itu sudah sehat, tapi tetap harus kontrol minimal seminggu sekali. Venus juga menyertakan foto terkini Kennedy beserta pemiliknya.

Pada kali pertama melihatnya, Luna hanya mengira itu foto biasa yang diteruskan Venus dari chat sebelumnya kepada Luna. Namun, proporsi wajah sang pemilik Kennedy di foto itu cukup banyak, tidak seperti foto hewan piaraan untuk ditunjukkan kepada dokter hewan pada umumnya.

Saat itulah Luna menyadari ada sesuatu yang baru terbentuk antara Venus dan pemilik Kennedy. Dia tersenyum lebar.

"Senyum-senyum kenapa tuh?" kata Adam.

"Kayaknya Venus nggak bakal nangis-nangis lagi." Luna menyodorkan ponselnya pada Adam. "Lihat deh fotonya."

Adam membaca chat itu dan alisnya mengerut. "Bajul?"

"Venus," Luna meluruskan. "Aku Bandit. Dia Bajul. Itu nama panggilan dari zaman ospek."

"Coba deh, nama panggilan ke saudara itu yang manis," komplain Adam.

"Kamu kan nggak punya saudara, makanya nggak tahu dinamika kami seperti apa."

"Tahulah. Aku kan dari kecil main sama kalian terus. Kalian suka rebutan mainan dulu."

Rebutan kamu juga, sahut Luna dalam hati, tetapi tidak menyuarakannya.

Adam menatap foto yang dimaksud Luna selama beberapa saat. "Jadi ini kucing yang dirawat Venus sendirian itu? Bener, kan, kamu nggak perlu cemasin dia lagi."

"Nggak nangkep?" goda Luna.

Adam terlihat semakin bingung. Luna geli melihat ekspresi polos suaminya.

"Venus dapet gebetan baru!"

"Hah?" Adam memendekkan leher, tak percaya dengan apa yang ia dengar. "Cowok di foto itu? Masa, sih? Mungkin cuma klien yang kebetulan cakep?"

Luna memutuskan untuk membalas chat dari kakaknya pagi ini.

Luna

Jul, kenalin dong papanya Kennedy :3

Bajul

Ih berisik!

"Aku jadi tambah kepengin ke klinik."

Adam menepuk dahinya.

"Ini berita besar, Dam. Akhirnya Venus punya gebetan."

"Biasa aja kali. Dia nggak sesenang kamu sekarang waktu kita lamaran."

"Karena kita udah pacaran dari zaman dinosaurus! Nggak ada gregetnya lagi."

Adam menatapnya seolah-olah telah terkhianati.

Luna melanjutkan tanpa peduli jika suaminya terbawa perasaan. "Dari zaman kuliah nggak ada cowok yang deketin dia karena sifat cengengnya itu. Tapi ini... coba deh perhatiin... ini fotonya kayak si cowok mau nunjukin diri ke Venus, kan? Dia bukan cuma mau ngeliatin kondisi terkini kucingnya. Dia pengin Venus ngeliat dirinya."

"Jangan geer dulu, deh. Bisa aja si cowok memang narsis, suka sama tampilan diri sendiri di foto," kata Adam. "Lagian belum tentu itu cowok baik-baik. Dari mana kita tahu dia masih single dan mau cari perhatian sama Venus seorang? Kasih tahu tuh Venus. Jangan ngasal aja. Nanti kita juga yang susah kalau dia sembarangan berurusan sama cowok." Setelah mengelap mulutnya dengan serbet, Adam bangkit dan meraih jaket kulitnya.

Venus mengamati setiap gerak-gerik suaminya. Dia terlihat sedikit gelisah.

"Kamu lebih protektif dari bapaknya sendiri," ungkapnya setelah itu.

"Lah, kamu sendiri? Yang sibuk pengin bantuin dia di klinik tadi siapa?" Adam mengecup dahinya, lalu berlutut di depannya untuk mencium perutnya yang belum terlihat menggelembung. "Sehat-sehat ya, Nak. Ayah mau kerja dulu."



Dari Pengarang:

Selamat hari Senin buat kalian yang harus pergi kerja






Eternity [Proses Penerbitan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang