3

578 56 0
                                    

Jennie meringis saat Taehyung memakaikan gel penghilang memar di pergelangan tangannya.

"Kau belum menjawab pertanyaanku tadi"

Taehyung menatap Jennie yang bermata sembab. Jalur air mata masih tercetak jelas di pipinya. Gadis itu juga bingung harus menjawab apa.

"Aku terjatuh di tangga" bohong Jennie. Taehyung menelaah bekas luka itu; jelas-jelas ada bekas genggaman tangan dan luka goresan dari kuku Jungkook. Taehyung menatap Jennie seakan memaksanya untuk berkata jujur.

"Tadi Jihyo menangkap tanganku, lalu-"

"Lalu ia menggenggam tanganmu terlalu keras karena panik. Begitu lanjutannya, hm? Tangan Jihyo tidak sebesar itu, eo-" Taehyung menatap Jennie dari jarak dekat. Mereka saling berpandangan, membuat dada Jennie sedikit berdebar karena selama ini ia dan Taehyung tidak pernah berjarak sedekat ini.

Jujur saja Taehyung tumbuh menjadi laki-laki tampan yang mempesona. Siapapun akan mengakuinya. Jennie tersadar bahwa ketampanan Taehyung tadi sempat menghipnotisnya beberapa detik sebelum ia sadar kalau Taehyung sekarang sedang mengusap pipinya.

"Jangan berbohong padaku." ucap Taehyung lembut.

Pria itu mengembalikan obat penghilang memar kedalam kotak p3k lalu duduk di kursi ketua OSIS sambil memejamkan mata perlahan.

Jennie sendiri masih duduk mematung, nyawanya bagai berpindah ke dimensi lain. Perasaan apa ini? Perasaan aneh yang membuat dadanya berdesir. Aneh tapi nyata.

"Kau tidak boleh kemana-mana sebelum menjawab hal yang sebenarnya"

Jennie menunduk. Ia menggigit bibirnya dengan resah sambil mencari-cari jawaban yang tepat. Atau bahkan jawaban apa saja agar dia bisa keluar dari sini? Baiklah, jawaban apa saja asalkan Taehyung bisa melepaskannya ke udara bebas.

"Kenapa aku harus cerita padamu, kalau kau saja tidak peduli denganku?"

Jennie tersenyum masam sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Kita sudah sepakat untuk tidak menyapa dan mengenal satu sama lain selama di sekolah, tapi kenapa sekarang Oppa begini?" Sahut Jennie lagi.

Taehyung membuang nafasnya frustasi.

"Selama ini kau tidak pernah menganggapku ada. Kau tidak pernah mengakui aku sebagai adikmu. Kau membenci ku, iya kan? Lalu, apa yang akan kau lakukan jika aku menceritakan hal yang sesungguhnya padamu?"

Taehyung menatap Jennie dengan kesal. Ingin sekali ia bungkam bibir indah itu namun ia begitu kesal dengan opini sepihak Jennie.

"Aku akan pindah sekolah hanya setelah semester satu berakhir. Jadi jangan khawatir, masa-masa terakhir mu disini akan tenteram tanpa aku" sahut Jennie lagi.

Gadis itu beranjak lalu pergi dari ruangan OSIS sambil berlarian, menyisakan Taehyung yang sedang pusing kepala.
.
.
.
.
.

Keesokan paginya, di kediaman keluarga Kim.

"Putri cantik ku, putri cantik eomma Hani, ayo bangun sayang~"

Ahn Hani membujuk putri bungsunya dengan susah payah untuk bangun namun hasilnya nihil. Jennie masih bersarang di dalam selimutnya, menyisakan mukanya saja yang nampak. Matanya sembab dan bengkak, lingkaran matanya juga menghitam. Gadis itu menangis semalaman sambil meratapi nasibnya sebagai murid baru Wilo High School yang malang.

"Eomma~ aku mau di rumah saja"

Jennie menatap Hani dengan penuh harap. Eomma-nya itu tersenyum dengan manis namun yang terjadi kemudian ia malah membuka selimut Jennie lalu menyeret anak gadis nya kedalam kamar mandi.

Oppa, Please Stay with Me! (Jennie x Taehyung)Where stories live. Discover now