37. Apartemen?

1.6K 149 3
                                    

Aileen : Ponakan lo kelaparan.

Tiga kata tersebut baru saja Ilen kirim kepada Nial yang saat ini mungkin sedang makan siang bersama Raga. Dua menit kemudian lelaki itu membalas chat Ilen dengan mengatakan ada telur di kulkas dan ada nasi di rice cooker.

"Paman kamu tinggalnya di sini, ya?" tanya Ilen penasaran. Pasalnya, ia hanya tahu Nial masih tinggal di rumah orang tua.

"Kadang, kalau dia lagi gabut."

Ilen hanya bisa mengangguk saja, namanya juga Nial, gabutnya aneh. Ia kemudian segera berdiri dari duduk, lalu menuju dapur. Daffin turut di belakang.

Kalau hanya bikin telur dadar saja, Ilen jagonya. Sarapan dadakan yang sering ia buat, jika mamanya telat bangun.

Selesai mengenakan celemek dan meletakkan teflon ke atas kompor, Ilen melirik saat Daffin masih tetap mengawasinya. "Kamu nggak nonton TV aja? Kalau di sini entar kecipratan minyak, loh."

"Kak Aileen bisa bikinin nasi goreng nggak? Kalau nasi sama telur dadar doang nggak enak," pinta Daffin.

Mampus!

Terakhir kali Ilen memasak nasi goreng, rasanya nggak karuan. Tong sampah lebih menikmati masakannya, ketimbang manusia.

Ilen mengiyakan. "Oke." Lalu menelan ludah susah payah.

Daffin kemudian meninggalkannya, anak lelaki itu lebih memilih menonton televisi seperti yang disarankan Ilen tadi.

Segera Ilen menarik ponsel dari saku, lalu meminta Nial agar segera membawakan makan siang untuk keponakannya.

Nial: Tinggal masak aja, Ai, gue lagi kerja.

Ilen: Masalahnya Daffin minta dibikinin nasi goreng, gue mana bisa.

Nial: Tengok tutorial di youtube.

Ilen: Udah pernah. Sama aja, gue nggak bakal berhasil.

Nial: Astaga, Ai. Untung gue sayang.

Ilen: 🔪🔪🔪

Ilen mengakhiri chat singkat mereka. Ia melirik Daffin yang masih serius nonton, kasihan juga kalau anak itu benar-benar lapar.

Ah, hati nurani Ilen kembali tergerak, ia kemudian membuka Youtube untuk menonton tutorial. Yang jelas, ia tak akan menonton video yang sudah pernah dipraktekannya.

Video yang sama? Yang ada hasilnya juga sama. Gagal. Nasi gorengnya tidak akan enak, lebih baik nonton video yang lain.

"Oke, kita mulai Ilen," ucapnya untuk meyakinkan diri sendiri.

Memasak adalah kelemahan Ilen. Ia lebih baik disuruh cuci pakaian segunung, daripada harus beradu dengan spatula dan penggoreng. Beberapa kali Ilen sering menjerit di dapur karena kepayahannya ini.

Kalau kata orang-orang di film, memasak harus dengan hati, agar masakannya enak. Jangan lupa taburkan cinta. Preeet, itu hanya kalimat kiasan yang tak sesuai fakta. Mau cinta sekarung pun tak akan membuat masakan terasa enak, jika garam tak sengaja tumpah kebanyakan ke masakan.

Ilen dibuat melongo. Segera ia mengambil sendok, untuk memasukan kembali garam yang tumpah tadi ke tempatnya. Ilen kemudian menambahkan nasi lagi agar rasanya tak terlalu asin.

Dering ponsel membuat video yang Ilen tonton terhenti. Nial. "Udah gue buatin nasi goreng. Lo balik kerja lagi, deh."

"Gue udah di sini," jawab Nial, yang suaranya sudah terdengar di dalam apartemen.

Ilen segera mematikan kompor. "Bilang, kek, kalau mau langsung pulang, gue nggak perlu masak segala."

"Astaga, istriku cantik banget pake celemek," puji Nial.

Pak Bos MantankuWhere stories live. Discover now