Part 4

3.2K 150 0
                                    

Pagi harinya seperti yang di sepakati, Jovita datang ke rumah sakit tempat dimana ibu Arman di rawat, kebetulan beberapa hari ini ia akan mengambil cuti untuk kepentingan dirinya, tidak perlu di katakan kepentingan apa yang di maksud, tentu itu adalah untuk dirinya.

Setelah urusan disini selesai, nanti ia akan membawa Arman kehadapan keluarganya, semoga saja tidak ada hal di luar dugaan yang terjadi kepada mereka, tapi ia juga tidak terlalu peduli karna ia sudah membayar Arman setengah dari perjanjian, jadi Arman sudah bisa di manfaatkan.

Setelah kesepakatan semalam, Jovita menceritakan hal itu kepada Meylin dan juga Karin, kedua sahabatnya itu sangatlah terkejut, walau di marahi habis-habisan tapi mereka berdua tidak bisa berbuat apa-apa, mereka menghargai keputusan Jovita.

Kembali ke situasi rumah sakit, Jovita berjalan perlahan dan akan segera masuk ke dalam, namun ternyata di depan sudah ada Arman yang menunggu, Arman melambaikan tangan ke arahnya.

"Mbak! Disini," panggil Arman sedikit berteriak.

Jovita langsung menghampirinya. "Kamu sudah lama nungguin saya?" tanya Jovita basa-basi.

Arman menggeleng. "Baru aja kesini mbak, niatnya mau beli makanan tapi saya lihat mbak jadi gak jadi deh."

"Kenapa gak jadi?"

"Engga apa-apa. Saya cuma gak mau  mbak susah nyari saya nanti."

"Oh! Perhatian juga kamu! Bagus kalau begitu, jadi saya tidak perlu susah betanya ke perawat."

"Iya mbak. Kalau begitu mari mbak! Sesuai kesepakatan semalam."

"Saya tau. Cepat tunjukin dimana saya harus mengurus administrasi nya!"

"Ikuti saya mbak."

Jovita langsung berjalan mengekori Arman, mereka berjalan beriringan dengan Arman yang ada di depan, tapi jarak di antara mereka tidak terlalu jauh, hanya sekitar beberapa inci saja.

Arman dan Jovita langsung masuk ke dalam salah satu ruangan, mereka masuk ke ruangan dokter yang menangani Hanifah, ibu Arman.

"Dokter!" panggil Arman saat melihat dokter Dani.

"Ah kebetulan sekali nak Arman." Dokter Dani langsung beranjak.

"Kebetulan apa ya dok?" tanya Arman dengan kening mengkerut.

"Ini soal kondisi ibu Hanifah," jawab dokter Dani.

"Kenapa dengan ibu saya?"

"Kondisinya cukup memprihatinkan, jika hari ini tidak di lakukan tindakan oprasi, mungkin kondisi ibu Hanifah akan lebih parah lagi, bisa saja beliau meninggal."

"Apa?"

Arman di buat terkejut dengan kabar tersebut, baru juga pagi hari kabar cukup buruk sudah menyambutnya.

Jovita yang berada di dekat Arman melihat raut wajah pemuda itu yang berubah menjadi pucat pasi, Jovita paham karna itu pasti sangat berat.

"Lakukan yang terbaik untuk ibunya dok, saya yang akan menanggung semua biayanya," kata Jovita tiba-tiba.

Dokter Dani mengangguk. "Baiklah, kalau begitu silahkan urus semua administrasinya. Sus! Tolong antar tuan sama nona ini ke bagian administrasi, lalu siapkan segala sesuatunya segera."

"Baik dok. Mari, tuan dan nona bisa ikuti saya."

Jovita dan Arman langsung kembali beranjak, mereka berdua langsung mengikuti sang suster ke tempat administrasi, mereka akan mengurus itu dengan sangat cepat.

Tidak lama setelah sampai disana, Jovita langsung mengurus segala sesuatunya, di temani oleh Arman, Jovita langsung melunasi semua biaya oprasinya.

Kocek yang di rogoh Jovita cukup dalam, seperti yang di bilang oleh Arman semalam, biaya oprasinya hampir 50 juta, untung saja Jovita kaya jadi uang segitu tidak ada apa-apanya, lagian ini semua untuk kontrak pernikahan mereka.

SUAMI 100 JUTA ✅ [SELESAI]Место, где живут истории. Откройте их для себя