Part 16

2.5K 110 7
                                    

Malam harinya, Arman tidak bisa tidur dengan tenang, hati dan pikiran nya sangat terganggu dengan kejadian tadi siang, Arman tidak sebodoh itu, apa yang Meylin ucapkan padanya adalah sebuah ketidakpatutan, apa lagi saat ini posisi Arman masih suami Jovita.

Kalaupun Arman bukan suami Jovita, tapi ia juga tidak akan pernah mau berhubungan badan tanpa adanya suatu ikatan yang sah, ia tau kalau dirinya orang miskin, tapi ia juga tidak bodoh untuk melakukan hal tabu seperti itu.

Arman langsung panas dingin mendengar kata-kata Meylin, tanpa basa-basi tadi siang, Arman langsung pergi tanpa memperdulikan Meylin, Arman juga mengunci pintu dan tidak berani keluar, walau Meylin memanggilnya sampai menggedor pintu kamarnya, Arman tidak peduli.

Arman hanya keluar tadi sore untuk mandi, itu pun kala Arman mendengar suara Jovita dan Karin, Arman sedikit bernapas lega kala itu, walaupun ya ia tidak tenang dan membuatnya tidak melakukan hal seperti biasanya, Arman bahkan tidak menyiapkan makan malam untuk semuanya.

Meylin membuat Arman bergidig ngeri sekaligus jijik, jijik dengan sikap Meylin yang sangat murahan, sanking murahannya sampai sengaja menggoda suami dari sahabatnya sendiri, walaupun Arman hanya suami kontrak tapi tetap saja statusnya masih suami orang.

Toktoktok!

Terdengar suara pintu yang di ketuk dari luar, Arman sedikit menoleh namun dengan rasa yang sedikit was-was, ia merasa risih kalau itu adalah Meylin yang akan mengganggunya lagi seperti tadi.

"Arman! Kamu ada di dalam?" Ternyata itu suara Jovita.

Arman langsung menghela napas leganya, pada akhirnya ia tidak perlu merasa khawatir.

"Arman!" panggil Jovita.

"I-iya mbak. Saya di dalam kok," jawab Arman.

"Kenapa kamu ngurung diri terus? Kamu ada masalah? Buka pintunya coba," ucap Jovita membujuk.

"Iya mbak sebentar." Arman langsung beranjak untuk membuka pintu.

Diamnya Arman, membuat Jovita keheranan sendiri, Arman tidak biasanya seperti itu, berdiam diri di dalam kamar tanpa membuat makan malam untuk mereka, biasanya saat Jovita dan yang lain pulang, makanan sudah tersedia, atau paling lambat makanan sedang Arman siapkan di dapur.

Arman langsung membuka pintu, disana langsung menampilkan sosok Jovita yang sudah mengenakan baju tidurnya, entah kenapa pipi Arman merona kala melihat sosok Jovita, Arman terpesona.

"Kamu kenapa Arman? Kamu sakit?" tanya Jovita menyadarkan lamunan Arman.

Arman sedikit gelagapan. "Ah! E-engga kok mbak. Saya baik-baik aja, cuma sedikit kelelahan."

"Kelelahan? Memangnya kamu habis darimana?"

"I-itu, saya habis nyari kerja, beberapa hari ini, saya berkeliling melamar kerja."

"Kerja? Kenapa kamu harus kerja? Kenapa gak diam aja di rumah."

"Gak enak mbak. Masa tiap hari di rumah, saya juga harus kerja, ya setidaknya bisa meringankan beban mbak."

"Beban? Engga-engga. Kamu gak ngebebanin saya kok Arman."

"Tapi saya merasa seperti itu mbak."

"Hmm. Kamu suami kontrak saya Arman, seharusnya kamu di rumah aja ngurus rumah, biar saya yang kerja."

"Mbak ini gimana sih? Masa istri yang kerja! Di dalam kontrak engga ada larangan seperti itu kok, saya masih bisa kerja, lagian saya suami mbak, kepala rumah tangga, jadi harusnya saya yang kerja buat nafkahin mbak."

Mulut Jovita terbuka seakan ingin bicara lagi, tapi entah kenapa justru kerongkongannya seakan tercekat tidak bisa berkata apa-apa lagi, ucapan Arman sangat manis.

SUAMI 100 JUTA ✅ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang