Part 12

2.5K 107 1
                                    

Canggung.

Satu kata yang menggambarkan suasan saat ini, dimana Arman dan juga Jovita sangat canggung satu sama lain, apa lagi sejak kejadian tadi kala Jovita melihat Arman setengah telanjang.

Walaupun bagi Jovita itu bukan yang pertama melihat tubuh telanjang laki-laki, tapi karna terkejut dengan kedatangan Arman, akhirnya ia menjerit dan membuat suasana jadi canggung.

Untuk beberapa saat Arman dan Jovita saling canggung satu sama lain, bahkan saat berpapasan juga keduanya kikuk dan linglunh sendiri.

Untuk menghindari rasa canggung yang hebat, Arman memilih untuk istirahat lebih cepat malam ini, sementara Jovita juga tidak banyak bicara, ia juga memilih untuk langsung istirahat di dalam kamar.

Ini pertama kalinya ia secanggung ini, sudah beberapa tahun sejak terakhir kali ia merasa canggung kala bertemu dengan laki-laki, bahkan sanking canggungnya, hatinya pun ikutan gak karuan, kadang berdetak pelan, kadang berdetak sangat kencang.

Situasi itu memancing keheranan dari kedua sahabatnya, Karin dan Meylin, keduanya terus memperhatikan sikap Jovita yang seperti abg baru puber.

"Eh Jo! Lo kenapa sih?" tanya Meylin penasaran.

"Bener tuh. Lo kenapa? Dari tadi setelah lo ngejerit lo jadi kayak gini. Jangan-jangan lo kesambet ya?" sambung Karin.

"Sembarangan lo. Gue gak kesambet, amit-amit amit-amit," semprot Jovita membalas.

"Terus lo kenapa?"

"Gue gak apa-apa Kar. Gue cuma...ya cuma..."

"Cuma apa? Yang jelas kalau ngomong Jo. Lo kayak abg baru puber aja, omongan lo belepotan gitu."

"Gak apa-apa. Gue lagi gak mood."

"Dih! Gak jelas lo Jo."

"Tau lo. Jovita yang gue kenal gak kayak gini deh orangnya, biasanya di petakilan tuh."

"Sialan lo. Dah ah, gue kesel, gue mau ambil minum dulu."

"Sekalian ambilin kita berdua Jo."

"Hmm."

Jovita pun memilih untuk keluar dari dalam kamar, menenangkan diri sambil mengambil air minum untu tenggorokannya yang kering.

Jovita menghela napas beberapa kali, ia masih memikirkan kejadian tadi, entah kenapa bayang-bayang tubuh Arman yang di balut handuk, masih melekat di benaknya.

Jovita menggeleng kepalanya perlahan, itu supaya bayang-bayang kejadian tadi tidak melekat di benaknya, namum seperti yang di duga, bayang-bayang itu tidak hilang secara langsung.

"Ugh! Gue kenapa sih? Kok gue kayak abg gini!" monolognya kepada diri sendiri. "Gak, gak. Gak mungkin gue suka sama Arman. Gak mungkin."

Jovita menolak keras pikirannya barusan, ia sangat susah payah, sambil terus menuruni anak tangga ia terus berusaha melupakan kejadian tadi.

Setelah sampai di dapur, Jovita berpapasan dengan Arman, keduanya saling pandang beberapa saat namun langsung tertunduk malu-malu, canggung satu sama lain.

Keduanya ternyata mau mengambil minum, entah koneksi dari mana, Arman dan Jovita mengambil Air secara bersamaan yang membuat gelas mereka saling beradu.

"M-mbak duluan," kata Arman.

"K-kamu aja duluan," balas Jovita.

"Ladies firsh."

"O-ok."

Pada akhirnya, Jovita yang mengambil air duluan, di susul oleh Arman setelahnya.

Walaupun dalam suasana canggung, mereka justru tidak beranjak, kedua nya justru menenggk ir minum itu di tempat, tanpa bicara hanya menghabiskan air di gelas masing-masing.

SUAMI 100 JUTA ✅ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang