Sembilan CSL

571 81 6
                                    

Olivia tidak bisa menutupi keterkejutannya saat Pedro membawanya ke sebuah toko perhiasan. Memintanya untuk memilih cincin pernikahan sesuai keinginannya-- Cincin yang akan mereka gunakan nanti.

Olivia bahkan tak bisa menutupi senyumnya saat Pedro hanya mengangguk setuju dengan semua pilihannya. Dia--begitu menurut dengan apa pun yang Olivia katakan dan inginkan. Begitu jauh berbeda dari biasanya-yang sangat senang mendebat juga melawannya.

Pria itu malam ini benar-benar begitu penurut dan sangat manis.

Selesai dengan perihal cincin, Pedro membawa Olivia ke sebuah restoran. Dia bilang, mereka harus membahas perihal pernikahan mereka nanti. 

Pernikahan seperti apa yang Olivia inginkan, di mana, dan apa saja yang wanita itu butuhkan. Juga beberapa hal yang harus mereka sepakati sebelum menikah. Dan di sini lah mereka, duduk saling berhadap-hadapan dengan Olivia yang tidak berhenti membolak-balik buku menu.

"Jadi ... " Ada jeda yang Olivia berikan sebelum dia melanjutkan ucapannya. "Setelah menikah kita akan tinggal di mana?"

"Anda keberatan jika kita akan tinggal di apartemen saya?"

Olivia mengangkat wajahnya sebentar, hanya untuk menatap ke arah Pedro. Lalu menggeleng. "Tidak." Ujarnya begitu santai.

Pedro mengangguk sekilas, lalu meletakkan kedua tangannya yang saling bertautan di atas meja. Kedua matanya tak berhenti mengawasi apa pun yang Olivia lakukan sedari tadi. "Anda yakin?"

"Hmm." Jawab Olivia tanpa pikir panjang. Tapi seakan teringat sesuatu, Olivia segera menutup buku menu di depannya. Menggesernya menjauh dan menatap Pedro sepenuhnya. Dengan satu tangan menopang dagu.

"Memangnya jika aku keberatan untuk tinggal di apartemenmu yang kecil itu." Dia begitu berterus terang. Sama sekali tidak ingin menjaga perasaan pria di depannya. Tapi, bukankah apartemen pria itu memang kecil? "Kamu akan membelikanku rumah?"

"Tentu saja tidak,"

Olivia berdecih kesal. Sudah dia duga Pedro akan menjawab seperti itu. Lalu kenapa dia masih bertanya?

"Sekedar informasi, Nona, saya tidak mau jika nanti setelah menikah anda menuntut ini itu. Karna itu saya memberi tahu anda dari sekarang."

"Jika kita akan tinggal di apartemenmu?" Olivia menyambungkan.

"Ya." Angguk Pedro. "Jadi, jika anda ingin berubah pikiran. Anda masih punya waktu untuk membatalkan pernikahan ini."

Kedua mata Olivia memicing. Menatap Pedro tidak suka. "Sampai kapan kamu akan memanggilku nona, Pedro?! Berhenti memanggilku seperti itu!"

Tidak memberi kesempatan pada Pedro untuk membalas kata-katanya. Olivia kembali berseru. Lebih ketus dari sebelumnya. "Kita akan menikah. Dan kamu masih memanggilku nona? Yang benar saja!"

"Kita belum tentu menikah, Nona. Anda bisa berubah pikiran kapan saja untuk membatalkan pernikahan ini."

"Ya, ya, ya, terserah. Tapi yang jelas, aku tidak akan pernah berubah pikiran. Jadi, simpan rapat-rapat angan-anganmu itu untuk batal menikahiku." Rutuk Olivia. Yang ditanggapi Pedro dengan wajah datar.

Bangkit dari duduknya, Olivia memutari meja. Duduk di samping Pedro yang kini mengangkat satu alisnya tinggi. Tubuhnya sedikit menyerong ke arahnya.

"Ayo coba!" Perintahnya.

"Apa?"

"Panggil aku!"

"Anda ingin saya memanggil anda apa?"

"Kamu!" Olivia kembali mengajukan protesannya. "Berhenti memakai kata anda atau semacamnya!" Erang Olivia kelewat kesal. Dia bahkan sampai memukul lengan Pedro gemas. Kenapa pria di sampingnya ini bebal sekali?

Pernikahan Semusim (Cintamu Seasam Lemon🍋)Where stories live. Discover now