Kesembilan

1.8K 283 61
                                    

Sejauh Asya mengenal sosok tegas, angkuh, dingin dan sombong seperti Bintang, tak pernah mulanya Asya melihat binar di kedua mata pemuda itu meredup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejauh Asya mengenal sosok tegas, angkuh, dingin dan sombong seperti Bintang, tak pernah mulanya Asya melihat binar di kedua mata pemuda itu meredup. Pun sebuah tangisan dan isakan keras, tak pernah Asya melihatnya kecuali hari ini.

Hari ini, binar itu meredup dan tangisan Bintang tak mampu sang empu bendung. Di hadapan Asya, Bintang menangis terisak sambil memeluk raga perempuan di dekapannya begitu erat.

Sumpah, Asya tak pernah mampu menerima kenyataan yang diucapkan Bintang. Karena di sini, Asya sudah begitu menyayangi laki-laki itu hingga tak mau dia pergi.

Asya selalu mengatakan kepada Bintang untuk tak usah berkata yang buruk-buruk karena Asya tak pernah mau Bintang di ambil. Dia berkata dia akan merusak lukisan mereka saat nanti Bintang melupakannya juga bukan tanpa alasan, itu semua semata-mata adalah cara Asya menahan Bintang.

Namun jika memang benar begitu kebenarannya, mau menahan sekeras apapun Bintang pasti akan di ambil. Yang bisa Asya lakukan setelah ini adalah mencoba terbiasa, membiarkan Bintang berkata apapun sesukanya sebagai rangkaian pesan terakhir darinya untuk Asya.

Tadi setelah keluar dari ruang lukis, Asya sudah mengatakan kepada Bintang bahwa ia tak akan menahan Bintang jika sudah waktunya. Tapi Asya tetap berkata bahwa setidaknya usaha tetap diperlukan sebelum hari di mana dia juga semua orang ditinggalkan telah tiba, dan Bintang menyetujuinya.

Sejak keluar dari ruang lukis pukul 2 siang tadi, Asya terus menggenggam tangan Bintang yang terasa dingin begitu erat. Sang empunya tangan pun nampaknya merasa nyaman, tak ada tanda-tanda darinya untuk menginginkan tautan itu terlepas. Bintang tetap menggenggam tangan Asya meski satu lengannya yang lain kesulitan membawa kanvas.

"Lukisan ini mau Asya pajang di ruang tamu, biar kalau Bintang main ke rumah Asya Bintang bisa selalu ingat sama lukisan ini dan momennya."

Bintang tersenyum saja menanggapi ucapan Asya, laki-laki itu mengangguk setelahnya. Bintang mengeratkan genggaman, bersamaan dengan langkah keduanya yang terus berderap menyusuri koridor kosong area kelas 10. Semuanya sudah pulang dan tinggal mereka berdua yang masih menetap di sekolahan sampai akhir.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
1. Hug Me Star [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang