8. Halo, Bara!

866 111 6
                                    

Alby tidak tahu pukul berapa sekarang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Alby tidak tahu pukul berapa sekarang. Yang ia tahu ruangan pengap ini sudah lumayan gelap dibanding saat ia masuk tadi. Mungkin tidurnya cukup pulas. Jauh lebih tenang dari pada di rumah.

Melirik lengan kiri yang terasa kaku, ada banyak jejak darah kering di sana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Melirik lengan kiri yang terasa kaku, ada banyak jejak darah kering di sana. Tak lupa luka menganga di sekitarnya. Tak sadar, Alby tersenyum kecil. Banyak suara berkeliaran dalam kepala. Mengatakan bahwa itu memang pantas ia dapatkan.

"Kenapa aku diciptakan kalau cuma bikin susah manusia lain, ya Allah?"

Bibir tipis yang telah kehilangan rona itu bergetar. Tubuh ringkihnya meringkuk sambil memeluk lutut. Tak peduli akan luka basah yang menempel pada permukaan kulit kaki. Alby menangis, meluapkan sesak yang menyiksa bertahun-tahun.

Sudah sejak lama Alby ingin begini. Menyiksa diri sambil menangis sepuasnya. Namun, dulu selalu ada Tama yang mencegah. Mengatakan bahwa tak semua masalah akan selesai dengan cara demikian. Ia berkata akan selalu ada kapan pun Alby butuh. Mempersilakan telinganya untuk mendengar semua kesah Alby.

Akan tetapi, seperti kata pepatah, yang datang pasti akan pergi. Suatu ketetapan yang tidak pernah Alby sadari. Setelah berpisah kelas, sikap Tama langsung berubah. Saat itu sekolah mengadakan kelas unggulan. Seluruh siswa di tes akademik dan non akademik. Lalu masing-masing akan diletakkan sesuai potensi.

Karena Tama ahli di bidang olahraga, ia masuk kelas atlet. Tidak dengan dirinya yang masuk kelas olimpiade.

Di awal pindah kelas, Tama masih sering menyapa. Bahkan sempat menghampiri Alby ke kelas. Namun, lama kelamaan Tama lebih akrab dengan teman sekelasnya. Mungkin karena memiliki hobi yang sama. Pun Alby yang tak pernah punya waktu bermain.

Sekarang, kedekatan Alby dan Tama hanya sebatas kenangan. Nyatanya, Alby akan selalu sendiri.

"Jangan mudah nyerah, tah, By? Buktiin kalau kamu itu orang yang kuat, pantang menyerah."

"Aku nggak akan nyerah kalau kamu masih di sini. Nemenin aku. Karena aku nggak punya siapa-siapa lagi buat ngeluh."

"Iya, dong! Kita kan sahabat."

Alby, Jangan NangisWhere stories live. Discover now