16. Hurt, but it's okay

773 77 17
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Entah bumi yang terlalu cepat berotasi atau hari yang terlalu laju berganti

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Entah bumi yang terlalu cepat berotasi atau hari yang terlalu laju berganti. Tak terasa, kini rumah reyot Ijah sudah memiliki kepala rumah tangga. Walau hanya sebatas status belaka. Sebab nyatanya, laki-laki yang belum genap satu bulan menikahi Tantri itu tampak terus berada di rumah. Makan tidur seenaknya tanpa berpikir untuk mencari kerja.

Bisa ditebak bukan, siapa pihak yang paling dirugikan saat ini?

Ya, tentu Alby.

Remaja semampai yang belum benar-benar sembuh dari lukanya itu kembali mendapat luka baru. Keuangan keluarga anjlok tak karuan. Ibu melepas pekerjaannya karena efek hamil muda. Jadi, satu-satunya orang yang bisa diandalkan di rumah itu, hanya Alby

Saat malam, Alby berjuang melawan cemas yang selalu berhasil mengusik waktu istirahatnya. Berusaha membuang pikiran aneh tentang benda tajam, meski sulit.

Saat pagi, Alby sekolah.

Siangnya, Alby bekerja. Menjual gorengan keliling seperti rutinitas biasanya. Belakangan ini juga, sepulang jualan, Alby sering ditawari jadi kuli panggul oleh warung sebelah. Benar-benar full aktivitas.

Alby saja hampir lupa keberadaan gawainya dimana. Sampai-sampai jarang berkomunikasi dengan Bara. Ngomong-ngomong soal Bara, cowok itu sedikit berbeda belakangan ini. Alby harap, itu hanya sebuah kebetulan. Karena ia sudah trauma berpisah dengan orang terdekat.

"Mas, kok ibuk pengen mangga muda, ya?"

Meletakkan kembali minyak urut ke rak bawah televisi, Alby kemudian mengurut pergelangan kakinya yang terasa nyeri. Sesekali menatap Tantri kasihan. Wanita itu tampak pucat.

"Ibuk ngidam?"

Tantri mengangguk. "Iya kayanya. Kok kerasa pengen banget, gitu."

"Bilang ke paman coba." Alby celingukan, menyisir seisi ruang tamu. "Paman mana?"

"Panggil pak, Mas," tegur Tantri.

Namun, dengan cepat Alby menggeleng. "Bapak Mas cuma satu. Pak Gino Wardhana."

Alby, Jangan NangisWhere stories live. Discover now