dua

8 2 0
                                    

Ujian Akhir Semester di hari pertama adalah Evaluasi Proyek. Siang itu selepas salat zuhur, Hasna duduk di depan—menunggu pintu ruang kelas dibuka oleh pengawas UAS. Ia menatap beberapa teman-temannya yang belajar, entah itu untuk sekedar mengingat materi atau apa, ia sendiri tak mau tahu. Sebab, hati dan pikirannya tambah tak tenang jika harus membuka materi lagi. Ia menghela napas bosan, tak ada teman yang diajak bicara karena semua sibuk dengan urusan masing-masing. Sedang sibuk merenung, gadis itu dikejutkan oleh tepukan pada pundaknya dari samping. Ia menoleh mendapati sang pelaku yang mana teman sekelasnya. “Ngagetin,” dengusnya saat temannya itu memberikan cengiran.

“Dih, lo aja yang kagetan,” sahutnya tak terima disalahkan. “Nggak belajar, lo?” Pemuda itu ikut duduk di sebelah Hasna.

“Udah pernah,” jawab gadis itu asal.

Pemuda itu—Wisnu memasang raut julidnya. “Songong banget, lo. Nggak bisa ngerjain terus dapat D gue mampusin.”

Ia memukul lengan sahabatnya. “Ya jangan dong! Gue udah mati-matian belajar. Bahkan beberapa tugas kelompok gue yang buat semuanya. Enak aja dapat D.”

“Lah, kan bisa jadi? Lo berusaha segimana pun, ujung-ujungnya yang nentuin dosen,” bantah Wisnu. “Dah, lah. Gue pinjam catatan Evapro dong, punya gue ada yang nggak lengkap.”

Hasna memutar bola matanya, dengan lesu ia mengambil binder di dalam tote bag putih miliknya. “Nih, cari aja yang Evapro,” tukasnya.

Kini binder milik Hasna sudah di tangan Wisnu, pemuda itu membaca materi yang semalam belum selesai ia pelajari. “Oh, jadi aliran kas itu satunya terminal cash flow,” gumam pemuda itu. “Eh Na, ini kalau udah dikelompokin masing-masing aliran kasnya abis itu gimana?” tanya pemuda itu sembari menunjuk tiga arus kas yang mana terdiri dari initial cash flow, operational cash flow, serta terminal cash flow pada catatan rapi berwarna-warni milik sahabatnya.

“Tinggal diestimasi aliran kas proyek secara keseluruhan itu. Gunanya sebagai dasar pemberian kelayakan proyek investasi sesuai model penilaian investasi. Nah, kalau semua semua data keuangan diringkas dan disusun dalam bentuk aliran kas proyek, langkah selanjutnya melakukan analisis untuk menilai apakah proyek tersebut layak atau tidak layak untuk dilaksanakan. Selain mendasarkan pada aliran kas, penilaian investasi harus mempertimbangkan konsep Time Value of Money.” Dengan pelan dan telaten ia menjelaskan rangkuman catatannya itu kepada Wisnu. Yah, meski Hasna sering mengeluh salah jurusan gini, ia masih paham materi meski harus belajar cukup lama dan berkali-kali. Terlebih ini Evaluasi Proyek, matkul favoritnya.

“Definisi Time Value of Money itu penilaian individu terhadap uang, dinyatakan uang sekarang lebih berharga dari pada uang pada masa yang akan datang. Penilaian ini didasarkan adanya inflasi, jadi ada kecenderungan untuk investasi atau menyimpan di Bank,” sambungnya.

“Oke, paham.” Pemuda Hutama itu mengangguk mengerti, sebelum rautnya berubah panik. “Oh ya, rumus rumus PP itu yang gimana?” Ia membuka lembar catatan milik sahabatnya, mencari rumus payback period, tetapi tak ketemu juga. Mungkin efek panik karena sebentar lagi UAS akan dimulai.

“Gila lo, Nu. Emang pas ngerjain kelompok kemarin gimana? Kan ada PP juga.”  Dia ikut panik karena perkataan Wisnu, takut kalau apa yang dipelajari semalam malah lupa.

“Kan itu bagiannya Elisa. Buruan, kasih tahu gue rumusnya!” netra pemuda itu bergulir mencari tulisan payback period. Saat ia mendongak dan menatap Hasna malah dikejutkan oleh pengawas ujian yang berjalan ke arah mereka. “Anjing. Pengawasnya udah datang! Na, gue gimana dong?”

“Duh … apa sih, Nu. Dah lah, gara-gara lo gue nggak fokus. Ntar kerjain sebisanya aja, ngayal jawaban apa susahnya sih?”

Masih dengan Hasna, di ruang ujian gadis itu menatap soal sampai matanya pedas. Sembilan soal ia baca semua, isinya sebutkan dan jelaskan—yang mana jawabanya panjang sekali. Tapi, yang bikin kesal soal beranak itu hanya memiliki dua puluh dan sepuluh poin di tiap soal, oh ada tiga puluh poin di satu soal hitungan. Sial!

Feeling Like I DoWhere stories live. Discover now